Tampilkan postingan dengan label Desember. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Desember. Tampilkan semua postingan

2.2.15

Desember 2014, perpisahan dan kehamilan

"Motherhood is a dream. It really is absolutely amazing." - Jessica Simpson

Desember 2014 jadi bulan yang super spesial bagi saya. Kenapa? Karena di bulan tersebut banyak hal terjadi dan sangat berpengaruh pada hidup saya. Dimulai dari keberanian saya untuk resign dari pekerjaan yang sudah saya geluti sejak September 2011, meninggalnya nenek tercinta, dan kabar kehamilan. Yuk! Coba kita track back lagi sambil nostalgia :)

Sebenarnya saya mengajukan resign kepada ibu boss di kantor pada akhir November dan di approve per awal Desember dengan pesan dari beliau,"Semoga kamu berubah pikiran ya." Well, 3 tahun bukan waktu yang cepat. Jadi ngga kebayang nanti hari terakhir saya bekerja di akhir bulan Februari 2015 ini akan seperti apa. Hmmm..

5 Desember 2014 jadi salah satu tanggal berduka bagi saya dan keluarga. Nenek tercinta (baca : Ibu, karena sejak kecil saya memanggil beliau dengan Ibu) meninggalkan dunia fana untuk kembali kepadaNya. Ibu sudah lama mengidap diabetes dan memang hampir semua kakak-kakaknya meninggal karena diabetes. Namun, seiring waktu, penyakit yang bersarang di dalam tubuhnya mengalami komplikasi, menyerang ginjal, jantung, hingga fisiknya yang habis digerogoti penyakit. Yasudahlah ya, sebenarnya Alhamdulillah juga karena akhirnya Ibu tidak perlu merasakan sakit lagi dan bisa beristirahat dengan tenang disisiNya. Hanya saja, pesan dari Etek (baca : tante, Etek adalah panggilan untuk tante dari bahasa Padang) dan Pakde saya di detik-detik dan hari-hari sebelum Ibu meninggal membuat saya sedih. Ibu memang sudah bertanya pada saya sejak November,"Kapan mau ke sini (Magelang)? Ibu kangen." Kebetulan suami memang mengajak saya berkunjung ke rumah orang tuanya di Kudus, jadi ada kesempatan untuk mampir ke Magelang, saat itu Ibu senang. Namun, seiring waktu semua berubah. Cuti yang habis dan keuangan serta harga tiket yang sejak November sudah melambung tinggiii sekali membuat saya dan suami mengundur rencana tersebut ke Januari 2015. Ibu terus bertanya pada Etek dan Pakde saya, kapan saya akan datang, mereka pun menjawab apa adanya sehingga Ibu pun berkata dalam bahasa Jawa,"Kok kasihan sekali, sana cepat kirimi uang untuk Icha supaya bisa kesini." Sebegitu kangennya dengan saya :'(

Untuk tiket sebenarnya saya dan suami punya uang cadangan tapi ada keperluan lain sehingga harus menunda kepulangan ke Kudus dan Magelang. Namun, Tuhan berkehendak lain. Takdir tidak bisa diubah untuk yang satu ini. Di Jum'at malam, 5 Desember 2014, saat saya dan adik akan makan malam malam di rumah papa, tiba-tiba ada telepon masuk dari Pakde. "Ibu meninggal, Cha." Saya dengar jelas suaranya Pakde malam itu tapi karena tidak percaya, saya tertawa dan malah menganggapnya bercanda. Pakde tetap meyakinkan bahwa Ibu meninggal dan saya harus tabah juga kalau bisa beri tahu papa saya yang masih di kantor karena sulit sekali dihubungi. Malam itu juga kami mencari tiket dan esok Subuh kami berlima berangkat menuju Magelang. Sedih sekali, yang biasanya saya disambut Ibu di depan pintu rumahnya setiap berkunjung ke Magelang, pagi itu rangkaian bunga duka citalah yang menyambut saya, juga lantunan Surat Yassin dari tamu yang hadir. Tangis tidak bisa dibendung, kami berlima tersedu-sedu dan Almarhumah Ibu terlihat seperti sedang tertidur pulas, hanya saja kulitnya dingin dan pucat. "Ikhlas, Bu. Aku ikhlas. Istirahat yang tenang ya, Bu. Sudah ga sakit kan?" Kemudian saya usap pipinya yang halus.

Menurut cerita dari Etek yang selalu berada di sisi Ibu sampai detik-detik napas terakhirnya, Ibu masih sempat menanyakan saya dan menyuruh Etek mengirimkan uang agar saya bisa ke Magelang secepatnya. Tepat jam 7, setelah adzan Isya, Etek mengingatkan agar Ibu sholat Isya lalu berbisik di telinganya (rutinitas setelah sholat) dan menyuruh Ibu mengikutinya membaca 2 kalimat Syahadat. Lalu Ibu seperti menarik napas panjang dan tertidur pulas menghadap kanan. Etek pun keluar kamar ICU digantikan Pakde. Belum banyak melangkah keluar ruangan, Pakde berteriak memanggil Etek dan mengatakan,"Ibu ngga napas, Njas," dengan nada panik. Dan benar saja, Ibu sudah berpulang malam itu dengan tenang dan dalam Islam, mudah-mudahan khusnul khatimah, amiinn.

Masih di Magelang, banyak sanak saudara berkumpul dan sebagian sepupu juga adik kandung dan adik ipar Ibu menanyakan kehamilan saya. "Kapan ini batinya (isi/hamil)?" Saya hanya bisa tersenyum disambut iringan do'a dari para mbah,"Mugi-mugi, cepat isi yaaa." 

Malamnya, di hari yang sama setelah tahlilan, Dita, suami saya sempat bergumam sambil mengelus-elus perut saya,"ini ada dedeknya ga siiihh?" Hehehe mana saya tahu, terlambat haid saja belum, tapi feeling suami mengatakan kalau saya hamil.

Sepulangnya dari Magelang, pada Sabtu, 13 Desember 2014, saya yang sudah terlambat haid 6 hari mencoba tes kehamilan dengan testpack. Hasilnya pun samar. 
Pagi itu langsung saya bangunkan suami yang masih tidur dan dia tersenyum senang,"Kita coba lagi ya minggu depan." Tepat di Sabtu, 20 Desember 2014, saya coba test lagi dan kali ini menggunakan test pack yang tidak perlu celup-celup dulu. Hasilnya? Masih samar.

Saya pun coba googling. Ternyata sebagian orang bialng, samar berarti saya positif hamil hanya saja kadar hCG (Human Chorionic Gonadotropin) atau glikoprotein yang dihasilkan plasenta/embrio/bakal janin masih sedikit sehingga hasilnya samar. Karena testpack sendiri memiliki keskuratan sekitar 95-99,5%. Maka dari itu, setelah libur natal dan Tahun baru nanti saya dan suami berencana ke dokter kandungan untuk memastikan apakah benar saya hamil atau tidak. 

Sejak hari itu saya coba cari tahu dokter kandungan yang oke di sekitar BSD/Serpong dan kalau bisa perempuan karena saya risih jika dengan dokter laki-laki, suami pun setuju dengan saya. Akhirnya kami putuskan untuk cek kehamilan di RS Putra Dalima dengan dr. E. Rohati, SpOG atau dr. M. Taufik Ch, SpOG pada Selasa malam atau Sabtunya, pada 27 Desember 2014.

Senin, 22 Desember 2014 flek tiba-tiba keluar dan saya panik. Sebenarnya pada 13 Desember 2014 flek juga keluar karena saya naik turun tangga lebih dari 10 kali (saat acara Colour Your Day EF 2014). Saya hubungi suami dan dia menenangkan saya karena kalau menurut mbah google, flek muncul bisa jadi karena plasenta sedang menempel pada dinding rahim. Lagi-lagi mbah google yang serba tahu memberikan ilmu baru pada saya dan suami. Hari Selasa, flek kembali muncul dan saya makin panik, tapi karena saya banyak pekerjaan, saya tidak sempat ke dokter malam harinya dan coba mencari tahu lagi melalui google. Rabu, 24 Desember, flek masih muncul dan perut agak kram. Saya panik bukan main karena beberapa artikel menuliskan bahwa itu adalah tanda-tanda keguguran. Saya hubungi suami dan dia coba menenangkan saya lagi dengan memberikan artikel yang dia baca agar saya tenang. Kamis, flek agak berkurang karena saya hanya di rumah tapi tetap muncul warna kecoklatan sedikit. Pada Jum'at, saya pergi bersama teman-teman ke Bintaro Xchange tapi perut semakin kram dan flek masih saja muncul bahkan tambah banyak (full satu pantiliner). Akhirnya saya janjian di stasiun rawa buntu dengan suami untuk kemudian ke dokter karena kramnya agak nyut-nyutan. Hujan deras sempat menahan kami selama 2 jam disana tapi akhirnya kami bisa ke dokter dan kebetulan yang praktek adalah dr. Taufik. Setelah di usg dan ditanya-tanya kurang lebih 10 menit, saya dinyatakan hamil dan diberi resep vitamin dkk. Saat saya ceritakan saya flek sudah sejak senin, mimik wajah dokter langsung berubah dsn menyuruh saya untuk bedrest karena itu indikasi keguguran. Sediiihh bukan main, sambil menunggu ruangan dan infus, saya duduk di ruang pendaftaran bersama suami. Mencoba menenangkan saya yang tidak berhenti menangis, suami mengelus-elus rambut saya tapi saya tepis sehingga ada sekumpulan keluarga di pojokan yang kemudian berbisik-bisik, mungkin mereka pikir saya hamil diluar nikah hahahahahaha.

Plasenta yang hampir gugur karena saya terlalu sibuk bekerja :(

Singkat cerita, 4 hari bedrest total di rumah sakit, setiap hari saya disuntik penguat (agar plasenta kuat) dan antibiotik juga minum beberapa obat penguat juga vitamin, saya boleh pulang (sebenarnya agak maksa karena dokternya sempet menahan saya tapi tidak dengan alasan apa-apa). Karena ngga betah akhirnya saya pulang ke rumah papa untuk sementara, karena suami khawatir kalau di rumah kontrakan, selain tidak ada yang menjaga, toiletnya jongkok sementara saya tidak boleh jalan-jalan kecuali untuk buang hajat dan mandi. 

I am a mother to be :) Alhamdulillah..