"Kok kamu kurus banget pake baju ini keliatannya, Mas?"
"Kok makannya sedikit banget, tho?"
"Beratnya berapa? Jangan gendut-gendut, tho."
"Besar amat anaknya, jangan kegendutan ya."
"Kok kata Pakde Asep (nama samaran) anakmu gede banget, jangan kebesaran ya, mbak."
Daaann masih banyak lagi body shaming sejak dini kepada bayi dan balita.
Why sih? Whyyy???
Perlukah kalimat-kalimat itu diucapkan? Pentingkah? Apa manfaatnya? Manfaat untuk si pengucap dan yang mendengarnya, adakah? Kenapa harus selalu mengomentari fisik?
Mirisnya, kalimat-kalimat di atas seringnya kita terima dari orang-orang terdekat. Sedih ya? Banget!
Internet dan kecanggihan teknologi membuat hubungan yang berjarak jadi lebih dekat. Tapi, kalau setiap bercengkrama yang dibicarakan hal-hal di atas, kira-kira malah bikin lebih dekat atau malah bikin yang mendengarkan menjauh? Saya sih lebih pilih menjauh, lebih jauh kalau perlu. Tapi itu salah, iya, pilihan saya salah.
Bulan Oktober lalu saya ikut kuliah whatsapp dengan judul Parenting Nyaman, Bebas Insecure bersama IbuRakaRayi a.k.a Mbak Iput. Saya sudah lama menjadi follower beliau, dari jaman masih main ig dan mbak Iput bikin buku Kisah Air Hujan, kebetulan saya juga beli buku itu. Bagus deh. Kembali ke topik Parenting Nyaman, Bebas Insecure. Disini intinya dibahas, jadi orang tua memang sulit, amanah dari Allah sangatlah besar tanggung jawabnya sampai akhirat. Dan kita sebagai ayah atau ibu (terutama mak emaknya yg sering baperan), tidak bisa mengontrol komentar atau omongan orang lain juga lingkungan, yang bisa kita kontrol hanya diri sendiri, sisanya mari kita kembalikan lagi kepada Allah Yang Maha Mendengar, Maha Tahu, Maha Adil. Jadi, ga usah baper, ga perlu baper. Minta tolong sama Allah, berusaha mengontrol diri, menjadikan diri versi manusia, ibu, istri, anak terbaik, sisanya (lingkungan) tidak perlu ditanggapi terlalu serius, kalau tidak ada manfaatnya apalagi, tinggalkan.
Yes, teori memang mudah. Praktek itu yang sulit. Sulitnya minta ampun.
Awal Oktober lalu juga saya dibuat syok. Kenaikan BB bayi saya (anak ke-2) cuma 100 gram, sodara sodara! Itu juga bantuan dari popok sm baju mungkin 😌 Berusaha tenang, tapi hati kocar kacir. Kenapa? Kok bisa? Apa yang salah? Kenapa anakku begini? Aku salah apa? Perasaan dia nyusu terus, kenceng. Apa yang salaaahh??? Menjerit dalam hati, pagi siang sore malam, tapi wajah tampak lempeng, jadi nobody knows. Udah sih curhat ke suami sama adek, tapi suami ya gitu lah,"Alhamdulillah, yang penting anaknya sehat." Ya iya sih, tetap harus bersyukur. Alhamdulillah anak ke-2 ini memang milestonenya lebih cepat, dari usia 2 hari sudah bisa angkat kepala, usia 2 bulan sudah bisa tengkurap sendiri, kepala sudah tegak dengan baik, usia 4 bulan sudah bs duduk sendiri, masyaAllah, Allah yang buat ini semua. Tapi kan sebagai ibu, aku harus tau apa yang bikin doi naik BB cuma 100 graaamm, 100 gram dalam sebulan, yang biasanya minimal 900 gram 😱ðŸ˜
Singkat cerita, ternyata banyak faktor. Setelah saya tabayyun, kira-kira inilah faktor-faktornya :
1. Saya kurang minum air putih sejak September.
2. Saya terlalu multitasking, sibuk, baru join komunitas, baru aktif jualan, jadi ga fokus pada anak dan diri sendiri (termasuk minum air, ini penting banget lho!)
3. Anak bayi susah fokus saat nyusu. Mungkin karena asi seret dan kakaknya sering ngajak main waktu dia nyusu.
4. Stress!
Jadi, faktor 1 & 2 mah ngertilah ya. Memang salah saya. Jadi setelah tabayyun, minta petunjuk sama Allah sampai mewek-mewek karena hanya sama Allah ku bisa mengadu, dan Allah yang paling Tau, Maha Mendengarkan, saya mulai minum air putih yang banyak lagi. Lalu muncul petunjuk lain dari Allah, efek asi seret ini, setelah mulai minum lagi, BB anak masih belum naik (ngeceknya dengan cara nimbang sambil gendong - BB kita sendiri) dan yang keluar mayoritas hanya foremilk. Saya beli susu almond. Mulai nampak hindmilknya, saya belum puas. Tapi Alhamdulillah, hampir 10 hari, BB anak naik 200gr waktu dicek pas imunisasi. Belum puas, datang lagi petunjuk Allah dan kekepoanku, belilah Herbology Breasfeeding Capsul. Tadinya mau beli Herbs of Gold, tapi mengingat harga dan lain hal, kucoba produk dalam negri saja. Alhamdulillah sekarang sudah terasa lagi bocornya ASI, sudah banyak hindmilknya, dan nak bayi sudah mulai fokus lagi nyusunya.
Faktor ke-4, stress.
Taukah kalian stress ini darimana asalnya? Dari komentar-komentar di atas. Saya ngga ambil pusing, saya ngga pikirin tapiii mereka (komentar-komentar.red) ternyata bergelayutan di alam bawah sadar. Suka timbul tenggelam sewaktu-waktu.
Bayangin, hampir setiap video call dengan orang terdekat, yang dikomentarin anak saya besar, dipesankan ke saya atau suami, dibilang jangan sampai kebesaran. Ya gimana? Bayi ASI ini, gimana ngontrolnya, mereka sendiri yang ngontrol kebutuhan ASI untuk diri mereka. Dan produksi ASI itu kan rumusnya 'supply by demand'.
Lagian ya, buat apa sih komentar begitu? Salah ya bayi saya tampak besar? Kakaknya kurus juga salah kayaknya. Video call kan juga bikin orang terlihat lebih besar, kayak orang masuk tivi, jadi 2x lipat lebih lebar.
Komentar-komentar di atas berhasil membuat bayi saya ga kebesaran lagi. Yang tadinya BB di atas rata-rata sedikit, jadi dibawahnya. Selamat, Anda berhasil! Susu ibunya pun ikut seret.
Walau bukan satu-satunya faktor yang membuat ASI saya seret dan BB anak seret juga, tapi faktor ke-4 ini sumbangsihnya lumayan besar. Dia bergelantungan di alam bawah sadar si ibu. Sudah lama, sejak si bayi masih 'besar'.
Sedih? Iya.
Lebay? Terserah ~
Tapi yasudahlah.
Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.. Laa illaha illallah.. Hasbunallah wa ni'mal wakil..
Allah sebaik-baik penolong dan pemberi petunjuk. Berusaha ikhlas, dan praktek untuk membuang kalimat-kalimat buruk dari hati dan kepala, minta bantuan sama Allah ta'ala.
Tapi juga, please, STOP!
Saya juga manusia yang banyak khilaf dan dosa, sebisa mungkin saya hindari berkomentar seperti itu, kalau saya ternyata masih begitu, tolong tegur saya.
Tapi, please, STOP!
Berkomentar seperti itu tidak ada manfaatnya untuk si ibu, anaknya, dan mungkin si pengomentar (masa iya ada manfaat buat mereka sih?)
Please, STOP! Terutama berkomentar begitu pada ibu baru, ibu yang baru melahirkan, baru punya anak pertama.
Semua akan dihisab sama Allah, semoga kita bisa menjaga ucapan, ketikan, dan perilaku agar tidak menyakiti orang lain dan merugikan diri sendiri.
Saya sudah maafkan, saya ikhlaskan, semoga dengan saya gores di blog ini, bisa saya lupakan juga. Tolonglah aku, ya Allah, hapuskan, bersihkan isi kepala dan hati ini.
".. ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati terasa tentram." (QS. Ar-Ra'd : 28)
"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak maka diamlah." (HR. Bukhari No. 6018 dan Muslim No. 47)
Please, STOP! 😊