Bukan. Bukan saya yang sedang patah hati ataupun putus. Bukan soal patah hati juga yang akan ada disini. Hanya beberapa hal klise tentang hal yang sangkut-menyaut dengan patah hati, putus cinta.
Bukan terinspirasi, bukan juga mau nulis biografi. Tapi kisah sahabat dekat, membuat saya tergugah untuk menulis tentang ini. Beriring John Mayer-Comfortable :)
Hanya ingin menyampaikan bahwa saya bukan orang yang kreatif. Semua kata-kata, apa yang saya hasilkan dimana-mana kebanyakan adalah hasil 'terinspirasi'. Dimanapun, kapanpun, saat apapun itu. Tidak salah dan tidak benar menurut saya. Saya bukan manusia yang bisa menciptakan karya-karya atau apapunlah itu yang original. Tidak juga kamu atau kalian. Hanya Tuhan, Dia-lah yang paling original sejagat raya alam semesta bimasakti dan sekitarnya ini.
Kembali ke persoalan patah hati, putus cinta. Ada banyak hal yang bisa mempengaruhinya. Menurut pengalaman teman-teman yang curhat sejak jaman putih-abu-abu dulu sampai sekarang, tidak pernah ada satu orang yang patah hati hanya karena satu alasan yang itu-itu aja. Tapi kebanyakan putus karena 'beda'. Entah beda prinsip, beda fisik, beda tujuan, sampai beda yang paling mendasar : beda keyakinan.
Saya belum pernah mengalami perbedaan se'dasar' ini. Pacaran pun baru sekali, semoga ini juga yang terakhir kali :) Tapi, bagaimana rasanya bagi mereka yang mengalami ini? Sedih? Tentu. Dengar saja lagu Marcell yang judulnya Peri Cintaku. Klise tapi nyangkut dengan dahsyatnya di hati.
Serba salah. Mungkin masalah selanjutnya yang harus dihadapi. Masing-masing harus bisa 'let it go' dan 'move on'. Keduanya harus dijalani dengan sedikit paksaan. Untuk bisa lepas dari 'rasa' yang masih menggebu-gebu tapi tak sampai, sulit sekali bisa menerapkan kedua itu, bahkan salah satunya. Jauuuhh lebih susah dari merelakan gebetan yang ternyata hanya memberi harapan palsu selama nyaris dua tahun. Oke, kenapa saya jadi curhat? Tapi benar adanya, kejadian itu membuat saya sulit 'let him go' dan 'move on' selama nyaris dua tahun lamanya. Otak, hati, dan pikiran seperti layang-layang yang digambari wajahnya, sementara waktu menjadi tali yang menarik ulur layang-layang sampai akhirnya waktu jugalah yang memutus tali tersebut karena telah usang. Belum 'jadian' saja sudah sulit begitu, apalagi yang sudah jalan bersama?
Tidak usah dibayangkan, tidak usah dipikirkan. Disini tempat untuk menyampah pikiran-pikiran agar tidak busuk dieram di otak lalu jatuh ke hati :p
'Keep in touch'. Salut pada sohib saya dan pasangannya ini. Mereka terlihat cocok sejak saya melihat keduanya berkunjung ke rumah. Pipi keduanya bersemu merah tiap saya goda soal hubungan mereka-yang pada saat itu saya pun belum tahu mereka sudah jadian atau belum. Tapi kejadian dan keputusan bersama mereka ini agak menyayat hati saya juga. Sebagai sahabat dekat dan nyaris senasib, saya bisa merasakan apa yang dirasakan sahabat saya ini. Tapi saya bisa apa? Mendengarkan dan berucap,"Sabar" adalah yang saya bisa sampai sejauh ini. Sedih sekaligus senang bercampur aduk saat mendengar ceritanya. Tapi kembali lagi, saat dia tiba-tiba terdiam setelah cerita panjang lebar, saya bisa apa? Saya tahu yang dia rasakan, pastinya jauh lebih sakit dari yang saya rasakan. Namun, dari semua ceritanya, satu pesan kekasihnya untuk dia. "Kita harus tetap 'keep in touch' ya." Walau kenyataannya pasti sulit untuk mempraktekannya dan memang benar begitu. Mereka harus tetap berhubungan baik tanpa harus terbawa perasaan yang sedang menggebu-gebu. Mungkin rasanya seperti mencoba nyebrang lautan pake perahu tapi kita harus mendayung perahu tersebut jauh dari tepi pantai untuk bisa sampai di bibir pantai.
'Ketidakcocokan satu sama lain' menjadi klise saat perbedaan yang paling mendasar ini berbicara. Buktinya, Indonesia dengan beraneka ragam suku dan budaya yang berbeda satu sama lain tetap bisa hidup bersama dan baik-baik saja. Memang kadang ada gejolak amarah, perbedaan yang tiba-tiba tampak mencolok dan sulit ditengahi, tapi mau apa lagi? Menerimanya dengan lapang dada dan saling memperbaiki diri masing-masing untuk bisa menjadi lebih baik adalah jalan terbaik. Toh, kalau kita buka mata lebar-lebar, Tuhan saja menciptakan mahluk hidup berbeda-beda. Diciptakan berbeda-beda agar lebih berwarna, saling menolong, dan menopang. Seperti tubuh kita yang di dalamnya terdapat organ dan indera yang berbeda-beda fungsi dan letaknya, mereka diciptakan berbeda untuk saling menopang hidup kita, bukan untuk saling merusak ataupun merasa dirinya yang paling benar dan penting.
Kamis yang lalu, untuk pertama kalinya saya mendengar kata 'cinta' terucap langsung dari bibirnya untuk saya. Bukan senang atau bahagia yang saya rasa. Klise yang ada. Telinga ini belum siap mendengar kata itu karena saat hati merasakan dengungannya, ia merasa salah. Ya, cinta adalah anugerah, tapi dua tahun kami bersama, belum cukup bagi saya untuk bisa benar-benar menelaah arti kata cinta yang sebenarnya. Bukan hanya sekedar perasaan. Bukan hanya soal kebiasaan mengucapkan. Bukan hanya sebatas kata penyejuk hati. Masih banyak yang harus diarungi oleh kami untuk bisa memahami kata itu sejujur-jujurnya dan sedalam-dalamnya.
Terakhir, semoga kita selalu diliputi kebahagiaan, syukur, dan cinta di sekeliling dan di dalam diri masing-masing. Kebersamaan akan menumbuhkan kecintaan lalu berbuah keseimbangan yang membawa kebaikan dan kebahagiaan, amiiin :)
Cheers.