Tampilkan postingan dengan label teknologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label teknologi. Tampilkan semua postingan

17.10.10

Kasih sayang elektronik

Beberapa tahun terakhir, saya perhatikan makin banyak orang2 yang dekat tapi terasa jauh. Sebenarnya mereka berdekatan dan secara tidak sengaja menjauh karena teknologi yang semakin maju juga berkembang.

Di perjalanan pulang di kereta tadi, miris melihat pemandangan di depan saya. Dua pasang ibu-anak duduk berdampingan tapi masing2 asik dengan handphone mereka. Tidak ada obrolan kecil atau tatapan bahkan mungkin sekedar lirikan satu sama lain. Mereka tenggelam dalam keasyikan masing2.

Pasangan pertama yang duduk di serong kanan saya, mereka sudah ada sejak saya duduk. Sang ibu terlihat serius dengan BeBek-nya sementara si anak asik dengan handphone ber-antena miliknya. Tidak ada interaksi yang berarti di antara mereka. Kenapa saya bisa bilang mereka ibu-anak? Karena wajah mereka mirip :D Dan benarlah, saat sang anak melepas earphone dari telinganya dan bertanya sesuatu pada ibunya, sang ibu hanya berdeham dan menjawab sekenanya dengan tatapan lurus ke BeBek.

Pasangan kedua, duduk di serong kiri saya dan baru naik dari Stasiun Kebayoran. Baru naik, sang ibu langsung mengeluarkan BeBek bersarung putihnya dan si anak mengeluarkan NDS bersarung kuning miliknya. Dan keduanya tenggelam dalam keasyikan masing2. Sampai sang ibu istirahat dan bertanya sesuatu pada anaknya. Si anak sempat hanya menyahut,"Hah?" selama tiga kali dan sang ibu pun mengulang kata2nya sebanyak tiga kali dengan sabar. Habis itu, si anak malah menyahut begini kalo saya ngga salah dengar. "Yah, jadi mati kan, Bu." Lalu ia menjawab dengan sedikit kesal.

Ada satu lagi pasangan ibu-anak di serong kiri saya, lebih jauh dari pasangan kedua. Pasangan yang satu ini asyik mengobrol dan duduk berdua. Si anak cowo duduk manis di samping ibunya. Mereka terlihat 'hangat' dan akrab. Jadi iriii :((

Kesimpulan saya, teknologi membuat manusia menjadi autis. Dan kasih sayang yang seharusnya bisa tercurah langsung dan baik2, harus tersendat. Sebenarnya bukan sepenuhnya salah. Semua tergantung dari si manusia itu. Teknologi awalnya mendekatkan yang jauh, tapi kenapa sekarang menjadi menjauhkan yang dekat? Tapi semua tetap kembali ke masing2 manusia, harusnya mereka bisa membagi waktunya dan jika ada manusia lain disisinya, hendaknya simpan dulu teknologi-canggih-mahal-yang-belum-mampu-saya-beli-sendiri itu.

Saya sudah merasakannya sendiri. Bertemu dengan sahabat, melepas rindu siang tadi seperti hanya pergi ke toko kue untuk membeli kue lalu membayarnya. Singkat. Amat sangat singat. Awalnya semua baik2 saja, senenggg banget bisa ketemu lagi. Setelah habis bahan obrolan, dia asyik sama handphone dan telponan, sementara saya bingung, mati kutu mau ngapain. Sampai akhirnya dia memberi ide untuk pulang dan saya buru2 telpon pacar karena udah ngga betah juga. She's changed...

Saya tahu, beberapa waktu lalu ada masalah komunikasi dan lain2, tapi perubahan ini makin jauh rasanya. Saya tidak bisa mengimbangi kehidupannya yang makin berkelas, juga teman2nya yang berkelas itu. Dia adalah pekerja keras dan saya belum bisa bekerja keras. Saya salut dengannya. Saya suka semangatnya. Saya senang mendengar cerita2nya yang ekspresif dan menggebu2. Tapi entah kenapa, saya tidak suka jarak yang ada diantara kami. Maaf...

Di jaman yang makin maju ini, saya tadi sempat berikrar dalam hati. Kalau sampai nanti punya anak, baru akan saya belikan dan ijinkan memakai handphone saat SMA kelas 2 atau 3, seperti yang orang tua saya terapkan pada anak2nya. Boleh2 aja asyik sendiri dengan barang2 itu tapi kalau sedang pergi bersama orang lain yaa harusnya bisa dibatasi ke'asyik'an itu. Agar mereka bisa menghargai orang lain dengan baik. Agar mereka tahu fungsi utama barang2 elektronik canggih itu. Agar mereka selalu dekat dengan orang terdekat dan mendekatkan yang jauh disana. Dan biarlah kasih sayang elektronik itu berfungsi di waktu yang tepat :)

*cheers