9.3.15

Quotes of the day

"Be brave. Even if you're not, pretend to be. No one can tell the difference. Don't allow the phone to interrupt important moments. It's there for your convenience, not the callers. Don't be afraid to go out on a limb. That's where the fruit is. Don't burn bridges. You'll be surprised how many times you have to cross the same river. Don't forget, a person's greatest emotional need is to feel appreciated. Don't major in minor things. Don't say you don't have enough time. You have exactly the same number of hours per day that were given to Pasteur, Michaelangelo, Mother Teresa, Helen Keller, Leonardo Da Vinci, Thomas Jefferson, and Albert Einstein. Don't spread yourself too thin. Learn to say no politely and quickly. Don't use time or words carelessly. Neither can be retrieved. Don't waste time grieving over past mistakes Learn from them and move on. Every person needs to have their moment in the sun, when they raise their arms in victory, knowing that on this day, at his hour, they were at their very best. Get your priorities straight. No one ever said on his death bed, 'Gee, if I'd only spent more time at the office'. Give people a second chance, but not a third. Judge your success by the degree that you're enjoying peace, health and love. Learn to listen. Opportunity sometimes knocks very softly. Leave everything a little better than you found it. Live your life as an exclamation, not an explanation. Loosen up. Relax. Except for rare life and death matters, nothing is as important as it first seems. Never cut what can be untied. Never overestimate your power to change others. Never underestimate your power to change yourself. Remember that overnight success usually takes about fifteen years. Remember that winners do what losers don't want to do. Seek opportunity, not security. A boat in harbor is safe, but in time its bottom will rot out. Spend less time worrying who's right, more time deciding what's right. Stop blaming others. Take responsibility for every area of your life. Success is getting what you want. Happiness is liking what you get. The importance of winning is not what we get from it, but what we become because of it. When facing a difficult task, act as though it's impossible to fail."
- Jackson Brown Jr.

5.3.15

61 hari

2015

Awal tahun yang penuh pelajaran hidup..

Akhir Januari kemarin, tepatnya tanggal 28 Januari, saya mengalami keguguran. Sementara itu, 28 Februari kemarin, secara resmi saya resign atau berhenti bekerja dan memutuskan untuk menjadi full time housewife sekaligus menjalani masa recovery di rumah. Dan kemarin, pernikahan kami memasuki tahun ke-3.

Keguguran (/ke·gu·gur·an/ )

Membacanya saja rasanya menyeramkan ya?
Keguguran itu sendiri adalah keluarnya janin dengan tidak disengaja sebelum waktunya lahir (sumber : kbbi )
Selasa, 27 Januari 2015, saya dan suami cek up ke obgyn di RS Hermina Serpong. Setiap Selasa, sebulan sekali harusnya menjadi jadwal rutin untuk check up ke obgyn. Namun, belum satu minggu, saya dan suami harus kembali karena saya mengalami pendarahan ringan sejak Sabtu sore, 24 Januari 2015. Saat cek up itu, dokter dan kami berdua sudah bisa melihat si janin (Alhamdulillah), kecil, mungil, dan terlihat lemah. Saat itu juga dokter sebenarnya sudah menyatakan tidak mendengar atau melihat adanya detak jantung dari janin. Namun, beliau memberikan saya opsi, mau dilihat perkembangannya atau mengikuti saran yang sudah seharusnya, yaitu kuret (mengeluarkan janin yang sudah tidak berkembang/mati, karena saat seperti itu, tubuh mengenali janin sebagai benda asing yang berbaya bagi kesehatan dan kelangsungan si ibu). Akhirnya, saya memutuskan untuk melihat perkembangannya seminggu lagi, jika memang tidak berkembang maka ya sudah, mungkin itu sudah jalannya. Disini, dokter Nina juga menguatkan saya dan suami agar mempersiapkan mental untuk yang terburuk (mengingat ini kehamilan pertama setelah hampir dua tahun menikah) tetapi tetap tawakal kepada Allah SWT, karena Dia adalah Sang Maha Pengatur.

Dokter pun masih menaruh harapan besar bahwa hasil cek up ini mungkin hanya karena keterbatasan indera beliau dan kami sebagai manusia, karena sebelumnya, saat cek up pertama kali dengan beliau pada 13 Januari 2015, dokter tidak melihat adanya kantung hamil, saya bahkan sampai harus di test pack ulang di lab rumah sakit dan hasilnya positif. Disitu dokter mengungkapkan kekurangannya sebagai manusia dan memberikan masukan positif agar saya dan suami tetap tawakal dan harus kembali minggu depannya. Saya pun cek up pada 22 Januari 2015 dan disini dokter sudah bisa melihat kantung hamil, tapi lebih dari 1, bahkan dari hasil usg, kami berempat (termasuk bidan yang mendampingi) melihat ada 3-4 kantung hamil. Disni dokter khawatir saya mengalami hamil mola atau hamil anggur (hamil bohongan dan lebih mengarah pada tumor jinak yang jika tidak dikeluarkan segera akan mengancam kesehatan dan nyawa si ibu). Maka dari itu, dokter menyarankan saya kembali lagi pada tanggal 3 Februari 2015, jadi di observe dulu apakah benar dugaannya atau salah. Namun, karena saya mengalami pendarahan pada Sabtu, 24 Januari maka kami percepat cek up pada tanggal 27 Januari. Ternyata, lagi-lagi, kami sebagai manusia dikejutkan dengan terlihatnya janin mungil sepanjang kurang lebih 1,3 cm. Sayang, detaknya tidak terasa, terlihat, ataupun terdengar. Maka, dokter menyarankan kami untuk kembali minggu depannya. Lagi-lagi, untuk diobserve.

Rabu pagi, semua berjalan lancar sampai setelah makan siang sekitar pukul 13.30, saya merasakan sakit yang amat sangat di perut bawah. Rasanya seperti tiba-tiba perut bawah dicengkeram dengan hebat dan ditimpa batu besar. Saya hanya bisa duduk sembari meluruskan kaki di atas meja, beruntung ada adik yang menemani di rumah saat ini. Sekitar pukul 15.00, saya memutuskan untuk mandi karena sejak pagi belum mandi hehehe, saat itu perut masih sakit tapi sudah agak mendingan dari sebelumnya, hanya saja saya harus berjalan bungkuk dan mandi sembari duduk. Pukul 16.00, perut mendadak kram lagi dan sakit menyerang sampai rasanya lemaaass banget badan ini. Di saat sakit, saya merasa ingin buang air kecil, tapi karena takut (berdasarkan blog dan cerita di forum juga cerita tante dan teman yang sempat keguguran, sakit yang saya alami mengarah kesana) jadilah saya menahan pipis sampai suami pulang, sekitar pukul 19.30. Saya pun buru-buru berjalan ke toilet walau pelan seperti kura-kura sembari bungkuk. Benar saja, saat buang air kecil, saya melihat ke bawah dan menemukan gumpalan darah sebesar setengah genggam tangan orang dewasa. Kaget, saya berteriak histeris memanggil suami dan adik. Shock? Banget! Saya takut gumpalan darah itu adalah janin yang keluar, suami pun saya mintai tolong untuk mengambilnya tapi tidak bisa karena gumpalan tersebut hancur saat berusaha digapai dan digenggam. Sementara saya syok dan menangis tersedu-sedu, suami menelpon dokter Nina dan adik membantu menyiapkan baju untuk saya ke dokter. Ya, walaupun mental sudah disiapkan jauh-jauh hari, apa yang saya alami malam itu tidak akan terlupakan. Sakitnya tidak tertahankan (beruntung, saya juga tidak pernah merasakan sakit saat haid, eh, pernah sekali saja, saat Oktober 2014. Sebelum atau sesudahnya belum pernah).

Sesampainya di Hermina Serpong, saya langsung disambut bidan dan diantar ke ruangan dokter Nina. Disitu saya di usg dan hasilnya, pembuluh darah yang tersambung ke plasenta memang sudah tidak ada (sudah terlebih dahulu luruh saat saya buang air kecil) sementara janin dan kantungnya masih ada di rahim. Lalu dokter mencoba memasukkan jarinya ke dalam mulut rahim dan menyatakan kalau saya baru pembukaan satu. MasyaAllah, pembukaan satu saja sakitnya seperti ini, apa kabar yang melahirkan sampai bukaan sembilan atau sepuluh? Malam itu juga diputuskan untuk dipasang laminaria (alat untuk membuat pembukaan pada rahim-bisa coba googling) dan di kuret esok paginya. Dokter merasa prihatin karena saya tidak bisa berhenti menangis dan masih tersedu-sedu saat beliau menjelaskan prosedurnya ke suami.

Sakit belum berhenti. Saya diantar ke ruang bersalin sembari menunggu ruangan untuk menginap disiapkan dan dokter menyiapkan alat-alat untuk memasang laminaria agar terjadi pembukaan. Dokter dan bidan sudah saya tanyai berkali-kali, apakah akan sakit saat dipasang laminaria? Jawaban meraka tetap sama,"Iya, sedikit, Bu," dengan senyum manis. Oke, saya percaya saja. Saat masuk ke ruangan seperti ruang bersalin dengan alat-alat melahirkan, saya diminta duduk di kursi yang biasa untuk melahirkan normal sepertinya. Kaki diikat dan dinaikkan (disangga penopang) lalu dokter mulai 'mendongkrak'. Seram ya? Kalau ingat suaranya, memang seperti sedang mendongkrak mobil kalau mogok. Belum lagi sakitnya, saya tidak tahan sampai agak meronta dan hampir menendang bidan yang ada di dekat kaki kanan saya. Tapi dokter yang sabar meminta saya untuk tenang dan rileks agar prosesnya lebih cepat. Oke, pasrah. Sambil sedikit meronta akhirnya laminaria selesai dipasang dan lubang vagina disumpel gulungan kassa dengan banyak betadine. Lalu saya harus pindah ke kamar opname di sebelahnya dengan berjalan ngangkang, ya, bayangin aja ada sesuatu menyumbat lubang vagina dan kita harus berjalan. Mungkin yang terbiasa pakai tampon tau rasanya. Seperti ada yang mengganjal.

Saya habiskan banyak waktu untuk tidur diselingi suntik sana sini dan minum juga makan sebelum jam 5 pagi karena harus puasa. Buang air kecil pun harus ditemani suami, dipegangi, dan jongkok di lantai agar jika terjadi sesuatu tidak langsung masuk ke kloset.

Tibalah waktunya. Pukul 8 pagi saya dipindahkan ke ruang sebelum operasi. Diinfus dan lagi-lagi tidur saja kerjaannya. Kasihan suami, menunggui saya semalaman dan tidurnya tidak nyenyak karena hanya ada kursi lipat. Pukul 9 bidan masuk dan menyuruh saya mengganti baju dan kami (saya, suami, adik, juga bidan) sempat bersenda gurau dulu agar tidak tegang. Pukul 10, saya dibawa ke ruang operasi dan cukup norak karena saya belum pernah masuk ruang operasi sekalipun (pernah satu kali saat dilahirkan di dunia dulu :p). Lampunya besar, tangan saya diikat agar tidak bergerak karena yang kiri diinfus dan kanan dipasangi alat penghitung detak jantung dkk, kaki diangkat lagi dan diikat, bidan mondar-mandir, satu bidan berbadan besar menemani saya sembari menunggu dokter anestesi dan dokter Nina. Tiba-tiba dia bertanya ramah,"Tegang ya, Bu?" Rasanya ingin jawab,"Menurut lo?!" Tapi saya hanya bisa tersenyum canggung. Dokter anestesi pun masuk dan seperti menyuntikkan sesuatu. Dia mengajak saya mengobrol dua menit kemudian,"Berat badan ibu berapa?" Hah? Ngga salah pertanyaannya? Kan ada recordnya? Tapi saya tetap jawab,"68kg, dok." Dokter pun bergurau,"80 kg kali, salah itu timbangannya." Entah kenapa saya merasa gurauannya lucu lalu tiba-tiba semua berbayang dan saat bangun saya sudah di kamar sebelumnya. Kepala terasa pusing muter-muter dan haus sekali. Setelah minum beberapa teguk saya tertidur kembali. Akhirnya bidan membangunkan saat pukul 12.00 karena kalau tidur terlalu lama malah jadi bahaya, nanti ngga bangun lagi. Merasa agak bugar, saya diperbolehkan pulang dan lapar menyerang. Kami bertiga pun menuju Hoka-hoka bento BSD Square. Tapi saat sampai disana, rasa lapar hilang dan tangan gemetaran tidak bisa memegang sumpit. Akhirnya sisa hari itu saya habiskan dengan istirahat.


Kata suami, janin kami berwarna putih dan berbentuk seperti pilus tapi agak kecil sedikit dan saat ini masih ada di lab untuk diobservasi penyebabnya. Hipotesa dokter karena memang kualitas janin lemah, jadi saat sperma bertemu sel telur, keduanya dalam keadaan tidak prima ditambah kesibukan saya saat bulan Desember dan harus naik turun tangga beberapa puluh kali dalam seminggu jadilah penyebabnya. Ikhlas, hanya itu sugesti untuk diri sendiri. Walau nyatanya saya butuh seminggu untuk menerima semuanya. Itulah perjuangan untuk menjadi seorang ibu, itulah mengapa pula disebutkan bahwa 'Surga ada di telapak kaki ibu.'

28 Februari 2015

Setelah 3 tahun, 6 bulan bekerja di EF English First BSD, akhirnya saya memutuskan untuk berhenti demi mengejar cita-cita untuk menjadi penulis, aktif kembali menulis, mengurus suami yang sempat tak terurus, mengurus rumah, dan menyembuhkan diri sendiri. Ya, kalau secara psikologis, saya masih dalam masa pemulihan. Dan tidak disangka-sangka, saya mendapat kejutan di hari terakhir bekerja. Saya dikerjai habis-habisan walau kata teman-teman kemarin rencana tidak berjalan seutuhnya tapi saya sudah merasa K.O. Wajah cemong, tapi semua terlihat bahagia.

Berat rasanya, tapi keputusan sudah saya ambil. Namun, jika ada waktu luang, saya masih bisa part time di sana, begitu menurut Ibu Menejer dan teman-teman yang lain. Saya merasa sangat berterima kasih atas kejutan dan kebahagiaan yang dirasa. Allah memang maha baik.

Surprise, surprise!! ^.^ (23 Februari 2015 saat ultah)

Another surprise!!! (Abaikan wajah dakocan saya)

My EF team :')

With lovely friends :)

Begitu banyak memori yang mungkin tidak akan saya temukan di kantor lain. Bahkan saat saya menyerahkan surat pengunduran diri, Ibu Menejer tertawa dan berkata,"Ini pertama kalinya kamu bikin surat ini ya?" Thank you so much, guys! *kiss

2 Maret 2015

Pernikahan saya dan suami memasuki tahun ke-tiga. 2 Maret kemarin kami habiskan berduaan saja di rumah. Benar-benar quality time :)



Suami tidak masuk kerja karena saya memang kurang sehat, batuk sudah seminggu lebih dan setiap sore suara pasti hilang sampai malam. Paginya bersin-bersin dan batuk-batuk lagi. Setelah ke dokter langganan sejak saya kecil, kami pergi makan malam di Taman Jajan BSD, bubur malam itu terasa enak sekali (entah karena lapar atau karena makannya di hari spesial bersama suami tercinta ya hehehe).

2 tahun bukan waktu yang sebentar, suk-duka, senang-sedih, naik-turun, semua kita rasakan dan jalani bersama. Let's grow old and traveling around the world togetherStay with me through our up and down, baby. I love you! *smooch 

Itulah 61 hari pertama saya di 2015 ini... Alhamdulillah hidup saya dikelilingi orang-orang baik hati yang saya sayangi dan insyaAllah menyayangi saya juga :)

Semoga apa yang saya bagi disini bisa bermanfaat bagi kalian dan semoga kalian para calon ibu, senantiasa diberi kesehatan. Thank you, Allah. I am nothing without You.

"Once you make a decision, the universe conspires to make it happen." - Ralph Waldo Emerson.





2.2.15

Desember 2014, perpisahan dan kehamilan

"Motherhood is a dream. It really is absolutely amazing." - Jessica Simpson

Desember 2014 jadi bulan yang super spesial bagi saya. Kenapa? Karena di bulan tersebut banyak hal terjadi dan sangat berpengaruh pada hidup saya. Dimulai dari keberanian saya untuk resign dari pekerjaan yang sudah saya geluti sejak September 2011, meninggalnya nenek tercinta, dan kabar kehamilan. Yuk! Coba kita track back lagi sambil nostalgia :)

Sebenarnya saya mengajukan resign kepada ibu boss di kantor pada akhir November dan di approve per awal Desember dengan pesan dari beliau,"Semoga kamu berubah pikiran ya." Well, 3 tahun bukan waktu yang cepat. Jadi ngga kebayang nanti hari terakhir saya bekerja di akhir bulan Februari 2015 ini akan seperti apa. Hmmm..

5 Desember 2014 jadi salah satu tanggal berduka bagi saya dan keluarga. Nenek tercinta (baca : Ibu, karena sejak kecil saya memanggil beliau dengan Ibu) meninggalkan dunia fana untuk kembali kepadaNya. Ibu sudah lama mengidap diabetes dan memang hampir semua kakak-kakaknya meninggal karena diabetes. Namun, seiring waktu, penyakit yang bersarang di dalam tubuhnya mengalami komplikasi, menyerang ginjal, jantung, hingga fisiknya yang habis digerogoti penyakit. Yasudahlah ya, sebenarnya Alhamdulillah juga karena akhirnya Ibu tidak perlu merasakan sakit lagi dan bisa beristirahat dengan tenang disisiNya. Hanya saja, pesan dari Etek (baca : tante, Etek adalah panggilan untuk tante dari bahasa Padang) dan Pakde saya di detik-detik dan hari-hari sebelum Ibu meninggal membuat saya sedih. Ibu memang sudah bertanya pada saya sejak November,"Kapan mau ke sini (Magelang)? Ibu kangen." Kebetulan suami memang mengajak saya berkunjung ke rumah orang tuanya di Kudus, jadi ada kesempatan untuk mampir ke Magelang, saat itu Ibu senang. Namun, seiring waktu semua berubah. Cuti yang habis dan keuangan serta harga tiket yang sejak November sudah melambung tinggiii sekali membuat saya dan suami mengundur rencana tersebut ke Januari 2015. Ibu terus bertanya pada Etek dan Pakde saya, kapan saya akan datang, mereka pun menjawab apa adanya sehingga Ibu pun berkata dalam bahasa Jawa,"Kok kasihan sekali, sana cepat kirimi uang untuk Icha supaya bisa kesini." Sebegitu kangennya dengan saya :'(

Untuk tiket sebenarnya saya dan suami punya uang cadangan tapi ada keperluan lain sehingga harus menunda kepulangan ke Kudus dan Magelang. Namun, Tuhan berkehendak lain. Takdir tidak bisa diubah untuk yang satu ini. Di Jum'at malam, 5 Desember 2014, saat saya dan adik akan makan malam malam di rumah papa, tiba-tiba ada telepon masuk dari Pakde. "Ibu meninggal, Cha." Saya dengar jelas suaranya Pakde malam itu tapi karena tidak percaya, saya tertawa dan malah menganggapnya bercanda. Pakde tetap meyakinkan bahwa Ibu meninggal dan saya harus tabah juga kalau bisa beri tahu papa saya yang masih di kantor karena sulit sekali dihubungi. Malam itu juga kami mencari tiket dan esok Subuh kami berlima berangkat menuju Magelang. Sedih sekali, yang biasanya saya disambut Ibu di depan pintu rumahnya setiap berkunjung ke Magelang, pagi itu rangkaian bunga duka citalah yang menyambut saya, juga lantunan Surat Yassin dari tamu yang hadir. Tangis tidak bisa dibendung, kami berlima tersedu-sedu dan Almarhumah Ibu terlihat seperti sedang tertidur pulas, hanya saja kulitnya dingin dan pucat. "Ikhlas, Bu. Aku ikhlas. Istirahat yang tenang ya, Bu. Sudah ga sakit kan?" Kemudian saya usap pipinya yang halus.

Menurut cerita dari Etek yang selalu berada di sisi Ibu sampai detik-detik napas terakhirnya, Ibu masih sempat menanyakan saya dan menyuruh Etek mengirimkan uang agar saya bisa ke Magelang secepatnya. Tepat jam 7, setelah adzan Isya, Etek mengingatkan agar Ibu sholat Isya lalu berbisik di telinganya (rutinitas setelah sholat) dan menyuruh Ibu mengikutinya membaca 2 kalimat Syahadat. Lalu Ibu seperti menarik napas panjang dan tertidur pulas menghadap kanan. Etek pun keluar kamar ICU digantikan Pakde. Belum banyak melangkah keluar ruangan, Pakde berteriak memanggil Etek dan mengatakan,"Ibu ngga napas, Njas," dengan nada panik. Dan benar saja, Ibu sudah berpulang malam itu dengan tenang dan dalam Islam, mudah-mudahan khusnul khatimah, amiinn.

Masih di Magelang, banyak sanak saudara berkumpul dan sebagian sepupu juga adik kandung dan adik ipar Ibu menanyakan kehamilan saya. "Kapan ini batinya (isi/hamil)?" Saya hanya bisa tersenyum disambut iringan do'a dari para mbah,"Mugi-mugi, cepat isi yaaa." 

Malamnya, di hari yang sama setelah tahlilan, Dita, suami saya sempat bergumam sambil mengelus-elus perut saya,"ini ada dedeknya ga siiihh?" Hehehe mana saya tahu, terlambat haid saja belum, tapi feeling suami mengatakan kalau saya hamil.

Sepulangnya dari Magelang, pada Sabtu, 13 Desember 2014, saya yang sudah terlambat haid 6 hari mencoba tes kehamilan dengan testpack. Hasilnya pun samar. 
Pagi itu langsung saya bangunkan suami yang masih tidur dan dia tersenyum senang,"Kita coba lagi ya minggu depan." Tepat di Sabtu, 20 Desember 2014, saya coba test lagi dan kali ini menggunakan test pack yang tidak perlu celup-celup dulu. Hasilnya? Masih samar.

Saya pun coba googling. Ternyata sebagian orang bialng, samar berarti saya positif hamil hanya saja kadar hCG (Human Chorionic Gonadotropin) atau glikoprotein yang dihasilkan plasenta/embrio/bakal janin masih sedikit sehingga hasilnya samar. Karena testpack sendiri memiliki keskuratan sekitar 95-99,5%. Maka dari itu, setelah libur natal dan Tahun baru nanti saya dan suami berencana ke dokter kandungan untuk memastikan apakah benar saya hamil atau tidak. 

Sejak hari itu saya coba cari tahu dokter kandungan yang oke di sekitar BSD/Serpong dan kalau bisa perempuan karena saya risih jika dengan dokter laki-laki, suami pun setuju dengan saya. Akhirnya kami putuskan untuk cek kehamilan di RS Putra Dalima dengan dr. E. Rohati, SpOG atau dr. M. Taufik Ch, SpOG pada Selasa malam atau Sabtunya, pada 27 Desember 2014.

Senin, 22 Desember 2014 flek tiba-tiba keluar dan saya panik. Sebenarnya pada 13 Desember 2014 flek juga keluar karena saya naik turun tangga lebih dari 10 kali (saat acara Colour Your Day EF 2014). Saya hubungi suami dan dia menenangkan saya karena kalau menurut mbah google, flek muncul bisa jadi karena plasenta sedang menempel pada dinding rahim. Lagi-lagi mbah google yang serba tahu memberikan ilmu baru pada saya dan suami. Hari Selasa, flek kembali muncul dan saya makin panik, tapi karena saya banyak pekerjaan, saya tidak sempat ke dokter malam harinya dan coba mencari tahu lagi melalui google. Rabu, 24 Desember, flek masih muncul dan perut agak kram. Saya panik bukan main karena beberapa artikel menuliskan bahwa itu adalah tanda-tanda keguguran. Saya hubungi suami dan dia coba menenangkan saya lagi dengan memberikan artikel yang dia baca agar saya tenang. Kamis, flek agak berkurang karena saya hanya di rumah tapi tetap muncul warna kecoklatan sedikit. Pada Jum'at, saya pergi bersama teman-teman ke Bintaro Xchange tapi perut semakin kram dan flek masih saja muncul bahkan tambah banyak (full satu pantiliner). Akhirnya saya janjian di stasiun rawa buntu dengan suami untuk kemudian ke dokter karena kramnya agak nyut-nyutan. Hujan deras sempat menahan kami selama 2 jam disana tapi akhirnya kami bisa ke dokter dan kebetulan yang praktek adalah dr. Taufik. Setelah di usg dan ditanya-tanya kurang lebih 10 menit, saya dinyatakan hamil dan diberi resep vitamin dkk. Saat saya ceritakan saya flek sudah sejak senin, mimik wajah dokter langsung berubah dsn menyuruh saya untuk bedrest karena itu indikasi keguguran. Sediiihh bukan main, sambil menunggu ruangan dan infus, saya duduk di ruang pendaftaran bersama suami. Mencoba menenangkan saya yang tidak berhenti menangis, suami mengelus-elus rambut saya tapi saya tepis sehingga ada sekumpulan keluarga di pojokan yang kemudian berbisik-bisik, mungkin mereka pikir saya hamil diluar nikah hahahahahaha.

Plasenta yang hampir gugur karena saya terlalu sibuk bekerja :(

Singkat cerita, 4 hari bedrest total di rumah sakit, setiap hari saya disuntik penguat (agar plasenta kuat) dan antibiotik juga minum beberapa obat penguat juga vitamin, saya boleh pulang (sebenarnya agak maksa karena dokternya sempet menahan saya tapi tidak dengan alasan apa-apa). Karena ngga betah akhirnya saya pulang ke rumah papa untuk sementara, karena suami khawatir kalau di rumah kontrakan, selain tidak ada yang menjaga, toiletnya jongkok sementara saya tidak boleh jalan-jalan kecuali untuk buang hajat dan mandi. 

I am a mother to be :) Alhamdulillah..

10.11.13

Hello, World!



Hai!

Rindu saya? Rindu tulisan saya? Rindu sajak dan puisi saya? Hahaa.. yang pasti saya rinduuuuu sekaliii menulis, mengisi, dan berbagi di blog ini.

Setahun belakangan menjadi tahun yang cukup menguji saya pribadi. But, Hey! I'm still alive!

Bukan karena penyakit atau apa, tapi yaa, seperti kata banyak orang dan pepatah 'People Change'. Semua orang pasti merasakan dan melakukan perubahan dalam hidupnya, itu pasti, baik disengaja ataupun tidak. Dan kalian tahu? I'm a married woman now! Woohoo! Alhamdulillah :D

Banyak sekali yang ingin saya bagi disini. Dan baiknya mungkin satu per satu ya supaya tidak bertubrukan hehee..

P.S. I'm still a girl who loves to write and adores pictures and photographs *smooch*

28.12.12

2012

Hello, people.. I'm back! Woohoooo \^.^/

Lamaaa sekali tenggelam dalam kesibukan yang sebenernya tidak ada. Maksudnya yaa.. kesibukan yang sebenarnya bukan kesibukan, ya begitulah.

Banyak kejadian yang terlewatkan di blog ini. Bukannya tidak sempat menulis tetapi kadang saat sudah membuka lembar entri ini, rasanya blank. Kosong. kedua mata menatap ke layar putih blog dengan seisi kepala yang berkelebatan pemikiran dan monolog untuk bisa ditulis.

5 menit pertama...
Kedua mata masih memandang blog kosong dengan alis mengkerut.

10 menit kemudian...
Saya menggigit-gigit bibir bawah mencari kata-kata dan kalimat pembuka.

20 menit lewat..
*sign out*

*sigh*
Begitu saja? Yup. Itu yang saya alami sejak terakhir posting. Tapi tidak usah gusar, jangan khawatir, tidak perlu panik (siapa pula yang panik?) Oh, God! *tepok jidat tetangga sebelah*

Apa saja yang sudah saya lewatkan? Yang terlewat maksud saya. Hmm.. sebenarnya saya sibuk bekerja dari Senin sampai Sabtu. Yayaya, Sabtu masuk, sodara-sodara. Tapi sudah biasa sih, semenjak kuliah dari semester satu sampai lulus pun saya selalu kebagian kuliah Sabtu, jam 7.20 pagi. Jadiii.. kerja di hari Sabtu itu sudah biasa. Yang bikin senang, kantor saya dekat rumah jadi leluasa dan tidak perlu grusak-grusuk kalau kesiangan hahahaaha..

Baiklah, mari ke sesi serius.

Kalau menurut perhitungan masehi, sekitar tiga hari lagi kita semua umat di seluruh dunia akan meninggalkan tahun 2012 dan memasuki kehidupan baru di 2013. Pastinya banyak hal terjadi di tahun ini. Dari yang sedih sampai yang bahagia. Dari yang terduga sampai yang bikin SYOK! I''ve been there :P Yuk, mari kita beberkan apa saja yang sudah kita lewati di tahun ini. Saya akan coba membahas yang saya ingat sekarang ini hehehe.. Ini mungkin tidak berurutan tapi sangat bermakna bagi saya (ya iyalah, saya yang menjalani dan melewatinya)

1. Kado ulang tahun di 2012 ini adalah omelan dari bos.
    Kenapa? Sebagai seorang admin, saya melakukan kesalahan fatal sampai harus mengulang sekitar tiga ratusan sertifikat untuk di print ulang. Yes. I am the only one tersangka karena saya PIC dan pelakunya. Itu tepat sehari sebelum tanggal 23 Februari. Saya kira ini hanya bercanda, tapi, ini adalah kado sekaligus pelajaran berharga bagi saya. Tidak ada pekerjaan yang sepele, semua ada tanggung jawabnya. Maka, hati-hatilah dalam bekerja tapi tetap cepat, benar, dan penuh tanggung jawab. Beruntung saya tidak harus membayar tiga ratusan sertifikat yang salah itu :D

2. Disiplin.
    Sejak kecil, saya dilatih mama untuk membuat jadwal sehari-hari setiap bulannya. Bahkan hari Minggu pun ada jadwalnya dari awal bangun tidur sampai tidur lagi. Main, nonton TV, mandi, dan belajar ada aturannya. Dan seiring waktu berjalan, bukannya makin disiplin dan bisa bekerja dengan baik, saya malah jadi mahasiswa yang lulus tepat waktu tapi tidak bisa apa-apa. Bahkan sempat menganggur nyaris setahun lamanya! Tapi rejeki dari Allah mengajarkan saya banyak hal. Di kantor pertama ini, saya belajar banyak hal. Dari yang saya kira ini hanya pekerjaan sepele, tapi dari pekerjaan-yang-lokasinya-dekat-rumah ini saya belajar disiplin. Walau tidak menggunakan transportasi kereta lagi, saya jadi lebih berhati-hati dalam mengatur waktu berangkat ke kantor. Mungkin butuh 10 menit dengan motor tapi bisa 15 sampai 30 menit jika menggunakan angkot. Keburu tua kalau naik angkot yang doyan ngetem.

3. Multitasking.
    Pekerjaan saya tidak melulu admin. Menghandle customer pun harus bisa. Disini saya dituntut untuk bisa multitasking dan saya bisa dibilang cukup berhasil walau di dua bulan pertama kerja agak keteteran sampai mewek di rumah karena takut diomelin tiap hari. Tapi ternyata, kerja multitasking itu menguras banyak energi loh. Buktinya, setelah tiga bulan pertama kerja saya turun berat badan sampai 5kg, di bulan ke-4 berat badan saya kembali naik, drastis! --> yang ini bukan kabar baik. Dan terus naiiik sampai sekarang. *pingsan abis lihat timbangan*

4. Belajar Bahasa GRATIS!
    Ini yang utama dan paling utama dari kesukaan saya bekerja di perusahaan ini. Saya bisa belajar bahasa Inggris secara cuma-cuma langsung dari si bule. Ya, memang, awalnya saya sering sekali diomeli oleh DoS (Director of Study a.k.a Kepala Sekolah) karena setiap dia bicara, saya cuma jawab 'YA' tanpa tahu artinya alias sotoy. Yes, Sotoy is my middle name :P dan dia selalu mengadu ke bos kalau saya ini payah dalam berkomunikasi. Lah, gimana mau bisa komunikasi, wong saya saja tidak ngerti dia bicara apa. Ya gitu deh. Dan setahun disini, bahasa Inggris saya meningkat drastis! Woohooo hehehee.

5. Make friend from all over the world & learn how to deal with them at work.
    Salah satu cita-cita saya adalah berkeliling dunia, tentunya setelah insyaAllah bisa naik haji *amiin* :) Dan saya bertemu banyak orang dengan banyak background karena mereka berasal dari beraneka ragam budaya dan negara. Selain dikenal suka traveling, mereka memiliki pengetahuan yang luas. Dari mereka jugalah saya banyak belajar dan merasa malu, ternyata pengetahuan umum saya sangatlah dangkal mengenai bangsa dan dunia ini. Yang tidak kalah penting, bekerja bersama native tidak seperti kita bekerja bersama sesama orang Indonesia. Mereka bekerja cepat dan jika ada yang tidak pas pada tempatnya (sebuah masalah) mereka akan langsung bicara F2F (face to face) dengan yang bersangkutan. Bukan tidak ada kendala, saya masih suka ngambek-ngambekan atau lebih sering diambekin sama mereka hehehee, but I'll do my best *crossed fingers*

Mungkin lima hal utama itu yang bisa saya bagikan malam ini. Bukan berarti tidak ada hal atau kejadian lain yang berarti, tapi mungkin, kesimpulan yang bisa saya tarik di tahun ini, secara personal, saya belajar banyak hal untuk bisa menajdi pribadi yang lebih baik lagi. Allah Maha Baik. Dia tahu yang terbaik bagi umatNya. Saya pun ingat pernah berdo'a untuk bekerja di perusahaan yang tidak mengharuskan karyawannya menggunakan pakaian formal (pakaian kerja khas kantoran), lokasinya kalau bisa dekat rumah, dan saya bisa belajar hal baru di tempat kerja tesebut yang saya sukai tentunya. Dan saya suka bahasa. And here I am, Allah menempatkan saya di tempat yang memang saya minta dariNya. Dan masih banyak lagi do'a yang Dia kabulkan di tahun ini. Terima kasih, Allah :)

Jangan biarkan saya, kami semua menajdi umatMu yang kufur nikmat dan lupa bersyukur. Ingatkanlah kami selalu untuk selalu berdo'a dan beribadah hanya kepadaMu, Ya Rabb. Hanya kepadaMu-lah saya berdoa dan hanya kepadaMu-lah saya kembali. Amiiin ya rabbal'alamiiiin.

Saya percaya. Do'a-do'a saya lainnya dan do'a kita semua selalu di dengar olehNya. Sabar dan tawakal adalah dua hal yang harus kita lakukan. Ada yang cepat dikabulkan oleh Allah, ada yang lamaaa menantinya. Seperti yang sering kita dengar, ada tiga cara yang Allah lakukan atas do'a umatNya.
1. Jika memang baik untuk kita menerima, maka insyaAllah akan segera dikabulkan olehNya.
2. Kadang Allah perlu melihat kesungguhan kita dalam meminta padaNya. Maka janganlah cepat berputus asa, terus bersabar dan tawakal, akan tiba waktunya di saat yang tak terduga do'a kita terkabulkan. Allah Maha Tahu yang terbaik.
3. Jika kita tidak kunjung mendapat jawaban dari do'a, mungkin Allah punya yang lebih baik untuk kita dibandingkan do'a dan kemauan kita. Keep believing and praying.

Semoga semua yang sudah direncanakan tahun depan bisa berjalan lancar, insyaAllah dan kita semua diberkahi kesehatan dan kekuatan juga akal sehat untuk bisa selalu mencari karunia dan berkahNya di dunia sebagai bekal di akhirat. Ampuni kami ya Allah..

I've learned a lot this year. Thank God. And thank you, love :)

16.5.12

The Songs

  1. More than you'll ever know -MICHAEL RUFF

                                             2. A love that will last - RENEE OLSTEAD

     3. Comfortable - JOHN MAYER

                                  4. Little House - AMANDA SEYFRIED

                          5. Dancin' away with my heart - LADY ANTEBELLUM

                                                               6. Lonely - 2NE1

          7. A thousand years - CHRISTINA PERRI                  

2.3.12

Cita-cita dan abu-abu

Hidup itu gak mungkin berjalan mulus mulus aja. Mungkin kelihatannya seperti jalan tol, luruuuss, teruss, muluuuss, eh tiba-tiba ada lobang besar atau kerikil yang agak menghambat perjalanan. Nah, itu juga yang terjadi dalam hidup. Mungkin rasanya lurus, lempeng, biasa aja, tapi sebenarnya, hidup itu bundar. Bukan seperti lagu topi saya bundar, tapi bundar mengitari. Seperti kata pepatah 'Dalam hidup, kadang kita berada di atas dan kadang di bawah.'

Bukan soal hidup, bukan ingin berfilosifi a La filsuf. Namun, sudah beberapa waktu belakangan, hal ini cukup menggelitik hati dan rasa penasaran saya.

Bermula dari kakak teman di kantor yang akan menikah September ini, lalu ada juga teman kantor yang merencanakan akan menikah November tahun ini, berakhir pada Alodita yang ternyata baru saja bertunangan. Saya jadi iri.

Saya tidak kenal Alodita, begitu pula sebaliknya. Tapi saya menyukai virtual personality-nya dan hasil jepretan dia. Bisa dibilang, dia cukup mempengaruhi hidup saya setengah tahun terakhir ini, terutama dalam hal pemikiran dan cara pandang melalui blog-nya.

Yang membuat saya iri adalah.. sebagai seorang perempuan, saya juga memimpikan pernikahan saya yang spesial bersama pasangan untuk sekali seumur hidup. Sudah banyak imipian sejak dulu, bahkan sejak saya belum punya pacar, belum tahu rasanya pacaran, masih ngimpiin gebetan, impian sejenis ini sudah bersliweran di benak. Bahkan sampai terakhir kali kami berbincang mengenai rencana ke jenjang yang lebih mantap lagi. Saya masih ingat perbincangan terakhir kami.

Kini, saat ini, semua terasa abu-abu.

Hidup adalah soal pilihan dan manusia adalah makhluk yang berubah-ubah. Sebentar mau A, sebentar mau B, taunya ambil D sama dapet J. Tidak bisa ditebak. Dan itu berlaku pula pada saya. Pemikiran saya tiba-tiba berubah. Mendadak, perlahan.

Sekitar dua atau tiga hari ini, saya memikirkan soal pendidikan, masa depan, dan cita-cita saya. Saat semua bersliweran jadi satu, rasanya pengen menghela napas sedalam-dalamnya. Penyesalan, rasa senang akan khayalan untuk masa depan, dan cita-cita yang belum tercapai jadi satu. Mereka menyatu bagai, seperti diputar perlahan di fillm-film saat tokoh utamanya tiba-tiba menerawang jauh ke depan.

Kalau mau menilik lebih dalam, sebenarnya saya ini sedang penasaran-penasarannya dengan hal-hal yang ada di sekitar saya. Mungkin pertumbuhan otak saya agak lambat karena jarang mengkonsumsi omega 3. Rasa ini menyeruak perlahan setelah hasil pengamatan yang cukup lama terhadap kehidupan di sekitar saya. Karena setiap hari bertemu dengan banyak orang yang ragam dan jenisnya rupa-rupa, saya jadi ikut belajar secara tidak langsung bahwa hidup itu tidak melulu soal A. Masih ada 25 soal lainnya, atau mungkin lebih dari itu. Dan kalau diminta untuk memilih saat ini, jujur, saya masih ingin, amat sangat ingin belajar. Saya masih ingin kuliah (lagi).

Mungkin memang kita masih muda. Mungkin saya masih terlalu muda. Tapi apa salahnya jika saya menjalani keduanya? Tentu ada kendalanya. Bagaimana bisa bertahan di usia muda dengan berbagai kendala ini? Tidak mungkin mengeluh pada orang tua. Dan begitulah setiap hari, setiap timbul pertanyaan, akan ada jawaban lalu timbul pertanyaan lain hingga disambut jawaban lain, dan seterusnya. Semua masih abu-abu...

Belum ada keputusan akhir dari semua rencana dan khayalan yang kian lama membumbung tinggi. Sejauh ini, jika memang belum saatnya, saya ingin kuliah lagi. Mempelajari sastra. Lebih dalam. Sastra Indonesia adalah pilihan saya. Jika Tuhan mengijinkan, semoga jalan tulus ini dipermudah.

Hidup adalah soal pilihan. Dan kalau ini pilihan terbaik untuk saat ini, apa salahnya mengesampingkan sejenak hal yang masih tampak abu-abu? Toh, hidup tidak melulu mulus dan manis, kadang ada pahit, asam, dan getirnya.

Ini hanya pemikiran saya semata, apa pemikiranmu?

23.1.12

Heartbreak-Love

Bukan. Bukan saya yang sedang patah hati ataupun putus. Bukan soal patah hati juga yang akan ada disini. Hanya beberapa hal klise tentang hal yang sangkut-menyaut dengan patah hati, putus cinta.

Bukan terinspirasi, bukan juga mau nulis biografi. Tapi kisah sahabat dekat, membuat saya tergugah untuk menulis tentang ini. Beriring John Mayer-Comfortable :)

Hanya ingin menyampaikan bahwa saya bukan orang yang kreatif. Semua kata-kata, apa yang saya hasilkan dimana-mana kebanyakan adalah hasil 'terinspirasi'. Dimanapun, kapanpun, saat apapun itu. Tidak salah dan tidak benar menurut saya. Saya bukan manusia yang bisa menciptakan karya-karya atau apapunlah itu yang original. Tidak juga kamu atau kalian. Hanya Tuhan, Dia-lah yang paling original sejagat raya alam semesta bimasakti dan sekitarnya ini.

Kembali ke persoalan patah hati, putus cinta. Ada banyak hal yang bisa mempengaruhinya. Menurut pengalaman teman-teman yang curhat sejak jaman putih-abu-abu dulu sampai sekarang, tidak pernah ada satu orang yang patah hati hanya karena satu alasan yang itu-itu aja. Tapi kebanyakan putus karena 'beda'. Entah beda prinsip, beda fisik, beda tujuan, sampai beda yang paling mendasar : beda keyakinan.

Saya belum pernah mengalami perbedaan se'dasar' ini. Pacaran pun baru sekali, semoga ini juga yang terakhir kali :) Tapi, bagaimana rasanya bagi mereka yang mengalami ini? Sedih? Tentu. Dengar saja lagu Marcell yang judulnya Peri Cintaku. Klise tapi nyangkut dengan dahsyatnya di hati.

Serba salah. Mungkin masalah selanjutnya yang harus dihadapi. Masing-masing harus bisa 'let it go' dan 'move on'. Keduanya harus dijalani dengan sedikit paksaan. Untuk bisa lepas dari 'rasa' yang masih menggebu-gebu tapi tak sampai, sulit sekali bisa menerapkan kedua itu, bahkan salah satunya. Jauuuhh lebih susah dari merelakan gebetan yang ternyata hanya memberi harapan palsu selama nyaris dua tahun. Oke, kenapa saya jadi curhat? Tapi benar adanya, kejadian itu membuat saya sulit 'let him go' dan 'move on' selama nyaris dua tahun lamanya. Otak, hati, dan pikiran seperti layang-layang yang digambari wajahnya, sementara waktu menjadi tali yang menarik ulur layang-layang sampai akhirnya waktu jugalah yang memutus tali tersebut karena telah usang. Belum 'jadian' saja sudah sulit begitu, apalagi yang sudah jalan bersama?

Tidak usah dibayangkan, tidak usah dipikirkan. Disini tempat untuk menyampah pikiran-pikiran agar tidak busuk dieram di otak lalu jatuh ke hati :p

'Keep in touch'. Salut pada sohib saya dan pasangannya ini. Mereka terlihat cocok sejak saya melihat keduanya berkunjung ke rumah. Pipi keduanya bersemu merah tiap saya goda soal hubungan mereka-yang pada saat itu saya pun belum tahu mereka sudah jadian atau belum. Tapi kejadian dan keputusan bersama mereka ini agak menyayat hati saya juga. Sebagai sahabat dekat dan nyaris senasib, saya bisa merasakan apa yang dirasakan sahabat saya ini. Tapi saya bisa apa? Mendengarkan dan berucap,"Sabar" adalah yang saya bisa sampai sejauh ini. Sedih sekaligus senang bercampur aduk saat mendengar ceritanya. Tapi kembali lagi, saat dia tiba-tiba terdiam setelah cerita panjang lebar, saya bisa apa? Saya tahu yang dia rasakan, pastinya jauh lebih sakit dari yang saya rasakan. Namun, dari semua ceritanya, satu pesan kekasihnya untuk dia. "Kita harus tetap 'keep in touch' ya." Walau kenyataannya pasti sulit untuk mempraktekannya dan memang benar begitu. Mereka harus tetap berhubungan baik tanpa harus terbawa perasaan yang sedang menggebu-gebu. Mungkin rasanya seperti mencoba nyebrang lautan pake perahu tapi kita harus mendayung perahu tersebut jauh dari tepi pantai untuk bisa sampai di bibir pantai.

'Ketidakcocokan satu sama lain' menjadi klise saat perbedaan yang paling mendasar ini berbicara. Buktinya, Indonesia dengan beraneka ragam suku dan budaya yang berbeda satu sama lain tetap bisa hidup bersama dan baik-baik saja. Memang kadang ada gejolak amarah, perbedaan yang tiba-tiba tampak mencolok dan sulit ditengahi, tapi mau apa lagi? Menerimanya dengan lapang dada dan saling memperbaiki diri masing-masing untuk bisa menjadi lebih baik adalah jalan terbaik. Toh, kalau kita buka mata lebar-lebar, Tuhan saja menciptakan mahluk hidup berbeda-beda. Diciptakan berbeda-beda agar lebih berwarna, saling menolong, dan menopang. Seperti tubuh kita yang di dalamnya terdapat organ dan indera yang berbeda-beda fungsi dan letaknya, mereka diciptakan berbeda untuk saling menopang hidup kita, bukan untuk saling merusak ataupun merasa dirinya yang paling benar dan penting.

Kamis yang lalu, untuk pertama kalinya saya mendengar kata 'cinta' terucap langsung dari bibirnya untuk saya. Bukan senang atau bahagia yang saya rasa. Klise yang ada. Telinga ini belum siap mendengar kata itu karena saat hati merasakan dengungannya, ia merasa salah. Ya, cinta adalah anugerah, tapi dua tahun kami bersama, belum cukup bagi saya untuk bisa benar-benar menelaah arti kata cinta yang sebenarnya. Bukan hanya sekedar perasaan. Bukan hanya soal kebiasaan mengucapkan. Bukan hanya sebatas kata penyejuk hati. Masih banyak yang harus diarungi oleh kami untuk bisa memahami kata itu sejujur-jujurnya dan sedalam-dalamnya.

Terakhir, semoga kita selalu diliputi kebahagiaan, syukur, dan cinta di sekeliling dan di dalam diri masing-masing. Kebersamaan akan menumbuhkan kecintaan lalu berbuah keseimbangan yang membawa kebaikan dan kebahagiaan, amiiin :)

Cheers.

27.12.11

Beautiful-silly thing on my thought



Marriage. This word keeps running through my head. Yeah, trust me :P

I ate too much this night. Saya pun ga tau harus dengan cara apa untuk bisa membakar lemak dan menebus dosa-dosa ini. Yang pasti, nyaris seharian ini saya diliputi pikiran seputar pernikahan. Ya, menikah, pernikahan. Tidak ada yang salah dengan itu semua. Yang salah adalah diri saya ini. Oke, mulai ngaco pembahasannya *efek lemak*

Malam ini saya makan sepiring nasi dengan tuna balado, capcay, tahu semua, setengah sendok sambal terasi, dan kerupuk kampung. Beberapa menit kemudian, saya menggoreng empat buah nugget dan sepotong sosis sapi lalu melahapnya dengan beberapa sendok nasi. Tidak hanya itu. Sekitar setengah jam kemudian, bundo pulang membawa satu box kue basah dan camilan dari Monami. Sepotong pastel pun mendarat dengan mulus di lambung. Ternyata masih belum selesai. Dari kantong ajaib bundo, masih ada satu box KFC plus kentang dan saya pun tergoda untuk melahapnya. Baru saja selesai mengunyah kentang, bundo keluar kamar dan berkata,"Nih, lupa, ada brownies sama bolu." Oke, tanpa melihat dan berlama2, saya simpan bolu2 itu di kulkas. Saya pun merasa aman setelahnya.

Bukan soal apa yang saya makan dan apa yang terjadi malam ini yang ingin saya tulis melainkan yang ada di otak saya nyaris seharian ini.

Setelah makan malam, tiba2 cincin di jemari manis saya terjatuh. Cincin-yang-dari-jauh-terlihat-seperti-cincin-emas-putih-tapi-nyatanya-bukan. Ini cincin biasa yang memiliki arti luar biasa. Saya jadi ingat, suatu waktu, saat lagi nunggu bookingan tempat makan bareng orang kantor, cincin saya menarik salah seorang yang termuda diantara mereka, Tyo. Dengan polosnya, Tyo yang duduk di dekat saya sore itu nanya,"Lo udah nikah, Riz?" Matanya menyorot cincin yang melingkar di jari manis tangan kiri saya. Saya tertawa kecil,"Kalau nikah mah, cincinnya di sebelah kanan, Yo." Dia langsung nyaut,"Terus kalo di kiri apa dong? Tunangan?" Belum sempat saya menjawab, mbak2 pelayan dan kawan2nya sudah terlebih dulu datang.

Belum lagi obrolan saya dan Pie2 tadi siang. Ternyata ada satu dan lain hal yang membuat bundo belum bisa melepas saya untuk menikah. Satu alasan yang paling utama, yaitu saya belum dewasa. Dalam konteks ini, dewasa bisa memiliki arti yang luas. Dalam otak saya, definisi dewasa disini berarti saya masih seorang anak sulung yang manja dan terlihat belum bisa mandiri karena sering plonga-plongo sendiri, dimanapun, kapanpun, sedang apapun itu. Dan ya, itulah saya.
Sebuah pertanyaan pun mencuat dari dalam diri ini.

Am I ready for this?

Apakah saya sudah siap menikah? Apakah saya sudah siap menjadi seorang istri dan pendamping hidup seutuhnya? Apakah saya sudah bisa mandiri dan mengurus rumah tangga sendiri tanpa campur tangan orang lain walaupun itu orang tua sendiri? Apakah saya siap punya anak? Apakah saya siap bangun Subuh untuk menyiapkan sarapan bumbu cinta untuk suami? *agak lebay yang terakhir* nyehehehee

Mereka (keluarga saya-bundo, kakek, dan nenek) terlalu khawatir terhadap saya ke depannya. Tapi lama kelamaan kekhawatiran mereka merambah ke dalam diri saya sehingga saya menjadi ikutan khawatir dan tidak fokus. Tapi balik lagi, hidup adalah soal pembelajaran. Untuk tahu kita mampu atau tidak melewati satu fase dalam hidup, bukankah kita harus melewatinya? Menjalaninya dan mengambil segala hal dan pelajaran yang ada di dalammnya?

Dan bukan bermaksud untuk coba-coba atau nekat. Biarpun kelihatannya saya super duper cuek dan abstrak dalam menjalani hidup sendiri, saya punya banyak rencana untuk hidup saya 1 bulan ke depan, 1 tahun ke depan, bahkan 10 tahun ke depan, mungkin :p Biarpun kelihatannya saya nyeleneh dan ga peduli sama hal2 di sekitar, tapi jauh di dalam lubuk hati, saya tidak pernah tidak peduli ataupun penasaran dengan hal-hal yang ada di sekitar saya. Tapi, apakah saya siap dengan semuanya? Maksud saya, siap dengan semua pertentangan yang mungkin ada? Baik dari dalam maupun dari luar.

Siap tidak siap. Ditentang ataupun tidak, saya tetap teguh pada pendirian dan terus berdo'a. Niat baik selalu ada jalannya, insyaAllah, dan saya percaya itu. Asal kamu tetap ada disisiku, honeydut :*

1.12.11

Purnama-Desember

Purnama..
gerangan cinta menabuh sunyi
ijinkan aku memberinya nama
walau hanya sebatas mimpi
Purnama..
bentuk indah memancar sinar
terangi jalan setapak berujung cinta
beriring suara merdu yang berbinar
Purnama..
kokoh tinggi bernaung dalam gelap
tampak sulit digapai dengan jari lima
namun indah menjadi teman dalam senyap
Namanya purnama..
saksi cinta seakan tak kan pernah pudar
pada dua Desember lalu yang purnama..
saat ku mengharap cinta dalam sunyi
bersambut hangatmu dalam hati
yang mungkin tak kan pernah terganti..

Happy anniversary, baby love

BSD, 12 November 2011
20:23