7.12.10

Can't buy me love ...

Whoaaa, it has been 1 year since we're dating on December, 2nd 2009 :)

Ibaratnya kalau bayi umur 1 tahun, baru bisa jalan sama manggil mama atau papanya dan mulai meracau. Lagi lucu-lucunya. Kalau kata anak gaul jaman sekarang lagi unyu banget -_-" Jadi, mari kita berjalan beriringan dan belajar saling melengkapi agar jalan kita seimbang. Kalaupun jatuh, mari kita bangun lagi bersama-sama. Jangan sampe 'jatuh bangun aku mengejarmu', pasti ga bisa soalnya lari dia cepet dan gw kayak kura-kura, ga bakalan sampeee :(

Dan ada obrolan singkat yang cukup menarik di hari ini setelah nyaris seharian bersama pacar. Berawal dari saya yang memang sulit untuk percaya pada orang (baca : pacar) dia pun merasa lelah (baca : cape') dengan tingkah saya ini. Tapi yaaa begitu pesan mama. Beliau berkata,"Jangan mudah percaya pada orang." dan kata dia,"Jangan terlalu berharap sama aku kalau aku belum dateng ngelamar bawa mas kawin." Yeah, mas-kawin yang merupakan singkatan dari mas-mas minta kawin :D hehehhehee

Di perjalanan ke stasiun dia bilang,"Mungkin kalau aku udah beliin kamu iPhone 4G kamu baru bisa percaya sama aku," sambil bercanda. Oops! Baby, yang namanya rasa percaya ga bisa dibeli dengan uang atau benda apapun, semahal atau seberharga apapun. Seperti hal-nya kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi, tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia :D *malah nyanyi -_-"*

Kata orang cinta itu yang penting take and give. Bagi saya, semua tentang memberi yang terbaik sebisa mungkin. Jangan pernah berani atau sekali-kali iseng mempermainkan perasaan orang ataupun diri sendiri, atau mungkin sampai menilai semua bisa diganti dan dibeli dengan uang atau harta benda. Seperti kata Gita Gutawa di album pertamanya, Bukan Permainan. Cinta itu bukan mainan seperti layangan yang bisa ditarik-ulur. Cinta bukan barang yang bisa dibeli atau ditukar bahkan digadaikan. Cinta bukan cara kita merelakan mereka untuk bisa bahagia dengan orang lain yang mungkin dicintainya. Cinta itu soal memberi, tawa, nyaman, tangis, curhat, dan sebagainya. Love is everything.

Jadi, rasa percaya dan setia ga bisa dibeli dengan iPhone 4G atau BMW seri 8 bahkan Bugatti Veyron yang katanya mobil termahal di dunia sekalipun. Semua hanya butuh bukti. Maka, bernyanyilah seperti Dewi Sandra dan Ryan Pasto dengan lagu mereka Buktikan. Buktikanlah, buktikan, coba buktikan kepadaaakuuu :D

Prove it! Maka percaya dan setia akan berkembang biak dengan sendirinya di tempat yang seharusnya di hati kita masing-masing :D *cieelahhh asoy geboy* :D

Love you, honeydut

29.11.10

tangan itu ...

Malam itu, sejenak semua terasa kembali ke bulan Desember 2009, awal cerita di akhir tahun yang ternyata masih membekas di hati. Saat pertama kali tangannya meraih tanganku demi berjalan menyeberangi zebracross di depan kampus sepulang les sebelum kuliah. Rasanya masih sama dengan malam itu.



Malam itu, diraihnya tanganku tanpa banyak cakap dan rasa nyaman juga hangat mengalir ke sekujur tubuh. Dia tak tahu, mungkin, aku terhenyak sesaat saat ia, matanya, sibuk memperhatikan mobil yang akan lalu lalang. Dari balik bahunya, aku tahu tangan itu yang selama ini aku cari. Dari balik bahu itu, diam-diam aku berharap (sekarang udah ga diam2 :P) .. semoga kenyamanan ini selalu ada untuk kita :)

11.11.10

A great man with a great love-life story ..

Baru aja baca artikel, nemu di salah satu account twitter seseorang dan saya pun .. tak bisa berkata-kata ..

I love the story, that true story.

Bapak Eko Pratomo Suyatno mungkin adalah salah satu dari beberapa pria yang menjadi idaman para wanita, termasuk saya. Kenapa saya menyebut kata 'beberapa'? Karena tidak banyak pria, laki-laki, cowo yang memiliki hati, pola pikir, dan cinta seperti beliau.

Membaca penggalan cerita saat beliau berdialog bersama keempat anaknya ditemani sang istri yang amat dicintainya, mengingatkan saya pada momen, kejadian, saat2 sekitar 5-6 atau 7 tahun yang lalu. Saat mama merasa sudah tak berdaya sebagai istri dan menyuruh papa untuk mencari pendamping baru yang sehat wal afiat lahir dan batin, yang bisa mencukupi kebutuhan papa. Sebagai seorang anak, terutama anak perempuan, saya terkejut sekaligus terdiam saat itu. Hanya bisa menangis dan terdiam. Bukan sekali atau dua kali mama meminta papa untuk menikah lagi, tapi jawaban papa tetap sama. Papa terkenal dengan diamnya, tidak banyak bicara tapi kritis. Saat diminta begitu, papa hanya diam dan menatap mama penuh cinta lalu memeluknya, membelai rambutnya, menciumnya. Jawaban tak harus berupa kata, sikap dan laku bisa menunjukkan kalau cinta tak selamanya soal 'kebutuhan batin'. Doaku untuk kalian selalu, berjodoh di dunia dan akhirat, selamanya ... amiiin.

I love you, papa, from deepest of my heart. I love youuu :')

8.11.10

memori ...

terlintas di benak tadi siang sebangunnya dari tidur (baca: ketiduran waktu nonton Sorry, I Love you, drama korea yang pertama kali saya tonton dan langsung saya suka, apalagi pemeran utamanya sama backsound plus soundtrack-nya yang dramatis tapi saya suka hehee)... Oke, kalimat pembuka saya barusan belum selesai dan malah ngelantur kesana kemari.

Terlintas di benak tadi siang sebangunnya dari tidur, bagaimana rasanya jadi orang mati?

Bukannya sombong atau sok sudah siap, toh kita semua pasti akan pergi dari dunia fana ini dan datang ke dunia lain di kubur dan akhirat sana. Serem sih kalo ngebayanginnya, serem banget apalagi dengan tubuh dan jiwa yang kotor begini. Ngarepnya masuk surga tapi tingkah laku masih ngekor setan. Itulah saya... dan mungkin beberapa diantara kalian.

Hmm, sebenernya saya hanya bertanya2, akan seperti apa jadinya mereka, orang2 yang saya 'tinggalkan' nanti? Berkaca dari pengalaman hidup. Mereka, kakek buyut, pakde, mama, semua yang sudah lebih dulu 'pulang' selalu dijanjikan semasa hidupnya kalau mereka tidak akan pernah dilupakan, akan selalu hidup di benak, hidup kekal sepanjang masa di dalam hati walau raga tak tampak. Kenyataannya? Entahlah, mungkin semua itu hanya klise. Janji adalah klise, dan saya adalah salah satu yang tidak percaya dan tidak suka berjanji atau dijanjikan. Janji itu kata lain dari bohong menurut saya. Buktinya, seiring waktu, mereka yang sudah tiada akan terhapus perlahan-lahan dari hidup, otak, dan mungkin hati. Tidak jauh2, saya contohnya. Awal2 tahun 2005-2007, nyaris setiap minggu saya, papa, dan adik selalu menjenguk mama di rumah barunya yang selalu terlihat sejuk dan bersih. Mulai tahun 2008-2009 rutinitas tiap minggu itu menurun menjadi satu sampai dua kali dalam sebulan. Naasnya, tahun 2010 ini saya hanya menjenguk mama mungkin hanya lima kali sampai detik ini. Bahkan dari setelah Iedul Fitri bulan lalu, saya dan keluarga belum juga menjenguk mama lagi...

Tentu bukan keinginan kita untuk melupakan mereka yang terdahulu, tapi pertanyaan di awal tulisan di atas masih menggantung di hati saya.

Mama pernah berpesan,''Mama mau dikubur disini aja, biar bisa deket sama kalian." Saya hanya terdiam waktu itu. "Jenguk mama ya, nak."

Oooh, cukup2, flashbacknya :D Biarlah menjadi kenangan...

Mengutip kata2 pacar waktu kita pernah ngobrol beberapa waktu silam. Dia bertanya pada saya,"Mon, sebenernya apa yang menjadi titik utama dari hidup manusia?" Saya jawab otak dan jantung kalo ga salah. Dia tersenyum dengan tatapan menerawang menatap ke arah monitornya,"Memori. Tanpa memori hidup akan berjalan begitu2 aja. Kebayang ga kalo kita hidup tanpa memori? Kayak komputer aja, tanpa memori, kita ga bisa ngapa2in. Kosong."

Memori... obrolan singkat itu masih terekam di benak saya. Cukup jenius dan mengena bagi saya. Memori, sesuatu yang menjadikan manusia bisa hidup sampai sekarang ini. Tanpa memori, kita akan menjalani hari ini seperti selamanya. Setelah bangun tidur, semua kembali dari nol dan seterusnya. "Ga ada yang spesial," lanjutnya.

Andai mama ada disini, aku pasti masih menjadi anak baik mama dan pasti aku kenalkan pacar aku pada mama... pasti!

Biarpun frekuensi menjenguk mama sudah menurun drastis, dan mungkin saja seiring waktu berjalan nanti menjadi hanya sekali dalam setahun seperti mereka yang lain, tapi do'a insyaAllah ga akan pernah putus.

Namun, pertanyaan itu tetap menempel dan rasanya agak ga rela kalau sampai nanti saya diperlakukan begitu walau mungkin nanti mereka ga berniat begitu, seperti saya saat ini. Bagaimana rasanya jadi orang mati? Akankah saya bernasib seperti mereka yang terdahulu? Hidup dalam memori mereka tapi terkubur perlahan seiring waktu yang berjalan ...

18.10.10

God, save me please ...

Entah ini namanya cobaan atau apa. Yang pasti, saya jadi mati rasa. Bingung mau apa. Semua mengalir begitu aja tanpa ada yang tau nantinya bagaimana. Semoga semua baik2 saja amiiin.

Entah sudah berapa makanan yang menjadi pelampiasan hari ini. Sampai detik ini pun, rasanya mulut masih ingin mengunyah, apapun itu asal rasanya enak. Ga peduli sehat atau ga, yang pasti harus enak biar hati saya jadi enak.

Entah harus bagaimana. Rasanya seperti yang dulu saya rasakan saat kelas 3 SMP. Rasanya benar2 mati rasa. Saya tidak siap dengan semua ini. Semoga, semua baik-baik saja.. amiiin...

17.10.10

Kasih sayang elektronik

Beberapa tahun terakhir, saya perhatikan makin banyak orang2 yang dekat tapi terasa jauh. Sebenarnya mereka berdekatan dan secara tidak sengaja menjauh karena teknologi yang semakin maju juga berkembang.

Di perjalanan pulang di kereta tadi, miris melihat pemandangan di depan saya. Dua pasang ibu-anak duduk berdampingan tapi masing2 asik dengan handphone mereka. Tidak ada obrolan kecil atau tatapan bahkan mungkin sekedar lirikan satu sama lain. Mereka tenggelam dalam keasyikan masing2.

Pasangan pertama yang duduk di serong kanan saya, mereka sudah ada sejak saya duduk. Sang ibu terlihat serius dengan BeBek-nya sementara si anak asik dengan handphone ber-antena miliknya. Tidak ada interaksi yang berarti di antara mereka. Kenapa saya bisa bilang mereka ibu-anak? Karena wajah mereka mirip :D Dan benarlah, saat sang anak melepas earphone dari telinganya dan bertanya sesuatu pada ibunya, sang ibu hanya berdeham dan menjawab sekenanya dengan tatapan lurus ke BeBek.

Pasangan kedua, duduk di serong kiri saya dan baru naik dari Stasiun Kebayoran. Baru naik, sang ibu langsung mengeluarkan BeBek bersarung putihnya dan si anak mengeluarkan NDS bersarung kuning miliknya. Dan keduanya tenggelam dalam keasyikan masing2. Sampai sang ibu istirahat dan bertanya sesuatu pada anaknya. Si anak sempat hanya menyahut,"Hah?" selama tiga kali dan sang ibu pun mengulang kata2nya sebanyak tiga kali dengan sabar. Habis itu, si anak malah menyahut begini kalo saya ngga salah dengar. "Yah, jadi mati kan, Bu." Lalu ia menjawab dengan sedikit kesal.

Ada satu lagi pasangan ibu-anak di serong kiri saya, lebih jauh dari pasangan kedua. Pasangan yang satu ini asyik mengobrol dan duduk berdua. Si anak cowo duduk manis di samping ibunya. Mereka terlihat 'hangat' dan akrab. Jadi iriii :((

Kesimpulan saya, teknologi membuat manusia menjadi autis. Dan kasih sayang yang seharusnya bisa tercurah langsung dan baik2, harus tersendat. Sebenarnya bukan sepenuhnya salah. Semua tergantung dari si manusia itu. Teknologi awalnya mendekatkan yang jauh, tapi kenapa sekarang menjadi menjauhkan yang dekat? Tapi semua tetap kembali ke masing2 manusia, harusnya mereka bisa membagi waktunya dan jika ada manusia lain disisinya, hendaknya simpan dulu teknologi-canggih-mahal-yang-belum-mampu-saya-beli-sendiri itu.

Saya sudah merasakannya sendiri. Bertemu dengan sahabat, melepas rindu siang tadi seperti hanya pergi ke toko kue untuk membeli kue lalu membayarnya. Singkat. Amat sangat singat. Awalnya semua baik2 saja, senenggg banget bisa ketemu lagi. Setelah habis bahan obrolan, dia asyik sama handphone dan telponan, sementara saya bingung, mati kutu mau ngapain. Sampai akhirnya dia memberi ide untuk pulang dan saya buru2 telpon pacar karena udah ngga betah juga. She's changed...

Saya tahu, beberapa waktu lalu ada masalah komunikasi dan lain2, tapi perubahan ini makin jauh rasanya. Saya tidak bisa mengimbangi kehidupannya yang makin berkelas, juga teman2nya yang berkelas itu. Dia adalah pekerja keras dan saya belum bisa bekerja keras. Saya salut dengannya. Saya suka semangatnya. Saya senang mendengar cerita2nya yang ekspresif dan menggebu2. Tapi entah kenapa, saya tidak suka jarak yang ada diantara kami. Maaf...

Di jaman yang makin maju ini, saya tadi sempat berikrar dalam hati. Kalau sampai nanti punya anak, baru akan saya belikan dan ijinkan memakai handphone saat SMA kelas 2 atau 3, seperti yang orang tua saya terapkan pada anak2nya. Boleh2 aja asyik sendiri dengan barang2 itu tapi kalau sedang pergi bersama orang lain yaa harusnya bisa dibatasi ke'asyik'an itu. Agar mereka bisa menghargai orang lain dengan baik. Agar mereka tahu fungsi utama barang2 elektronik canggih itu. Agar mereka selalu dekat dengan orang terdekat dan mendekatkan yang jauh disana. Dan biarlah kasih sayang elektronik itu berfungsi di waktu yang tepat :)

*cheers

Wooow, hampir dimana-mana semua orang lagi jatuh cinta. Pujian, sanjungan, ucapan baik, semuaaa yang romantis-romantis lagi mengisi sekeliling saya, tanpa saya sadari, keadaan saya tidak jauh beda dari mereka. Jauh di dalam, saya pun seperti mereka.

Diawali dari melihat teman kuliah yang dijemput pacarnya di kampus. Saya yang baru aja keluar dari toilet sepulang kuliah jam 5 merasa agak sirik. Duileee, ada2 aja dah. Soalnya mereka terlihat bahagia banget! Rona wajah mereka bener2 cerah, senyum selalu mengembang di wajah keduanya dan setelah mengobrol singkat, saya pergi ke kos pacar untuk makan malam bersama. Seperti biasa, kami mengobrol ini-itu sampai akhirnya terdiam dan saya asal nyeplos, inget kejadian jam 5 di lantai 8.

Saya : Masa tadi si melati (bukan nama sebenarnya) dijemput pacarnya. (dengan nada nyindir bin cemburu)
Pacar : Lah, tiap hari pagi sama pulang kuliah itu aku ngapain? (dengan nada santai tanpa melirik sedikitpun)

DEG! Iya juga yaaa. Harusnya saya bisa lebih sombong. Bayangin aja, tiap pagi dijemput sebelum kuliah di stasiun Palmerah. Pulang kuliah juga dianterin, kadang dan lebih sering ditungguin sampe keretanya bener2 ilang dari penglihatan dia. Ckckck, bener2 payah saya jadi pacar -.-"

Dilanjutkan dengan iri melihat tweet teman2 yang selalu pamer seolah emang cuma mereka yang abis makan bareng sama jalan2 berduaan. Ya abis gimanaa yaaa, tweetnya itu loooh, bikin iri banget, sumpah! Tapi saya kemudian tersadar di tengah obrolan kecil bersama adik tercinta. Heran, kenapa saya harus iri? Dalam seminggu, hampir lima hari kita bisa sarapan atau makan sore bersama. Harusnya saya bisa pamer juga.

Sayangnya, saya bukan tipe orang begitu. Biarlah apa yang saya, kita, dan mungkin kamu rasakan jadi rahasia kita bertiga saja. Aku, kamu, dan Tuhan :)

Dan entah kenapa, saya selalu malu2 untuk mengungkapkan perasaan saya, terutama perasaan sayang dan cintaaa aaahhh asiiikk dahhhh :D Ke orang tua, ke adik, ke saudara, bahkan ke pacar -.-" Mungkin karena saya orangnya pemalu awww (oyee !) atau karena saya malu2in ? Yahh yang pasti sih, barusan, sekitar pukul 09:25 pacar nelpon dan di tengah obrolan dia ungkapin perasaannya. Sementara saya, tersipu malu ga jelas nun jauh disini dan rasanya kata2 yang mau saya ucapkan padanya nyangkut di tenggorokan. Ga jadi deh ngomong,"Aku sayang kamu." Kasian bener yang jadi pacar saya ahahahhaha :P

Ga nyangka kita udah melangkah cukup lama tapi belum lama. Ibaratnya, kalau anak bayi, di usia segini dia baru bisa ngomong sepatah2 sama belajar jatuh-bangun. Dan seperti para bayi itu juga, mereka tidak pernah menyerah untuk bisa lancar berjalan hingga bisa berlari, mereka tidak pernah menyerah untuk bisa berbicara lancar sampai akhirnya bisa berpidato dan mengucapkan kata2 indah untuk orang2 tersayang. Aku harap kita bisa seperti mereka. Tidak pernah menyerah menjalani kehidupan kecil ini untuk bisa menjadi besar nantinya, amiiin.

14.10.10

oh, boys ...

"PESAN SEORANG AYAH KEPADA ANAK LELAKI:
Kau harus berani mengatakan "tidak" untuk yang salah dan "ya" untuk yang benar. Kau harus melindungi martabat rumahmu dengan menjaga saudara-saudara perempuanmu dan ibumu. Kau harus berani melindungi yang tertindas. Dan jika kau berkeluarga nanti, kau sudah mati sebagai lelaki, tapi kau berganti menjadi suami dan ayah. Kau harus selalu pulang ke rumah dan mengabdi kepada istri dan anak-anakmu. Kau harus bekerja dan menafkahi mereka. Kau harus jadi ayah dan suami yang bisa menjaga kehormatan mereka."
Gola Gong (Aku Anak Matahari)

Sudah cukup banyak perempuan, wanita, istri, ibu yang disakiti olehmu. Kami bukan mainan yang bisa kau mainkan saat kau ingin saja dan kau simpan di lemari saat kau bosan. Jika kau ingin atau mungkin terbesit niat untuk menyakiti perempuanmu atau mungkin tidak sengaja sudah terjadi, ingatlah ibumu yang telah melahirkanmu, perjuangannya dan cintanya. Ibumu adalah seorang perempuan *pastinya* dan hanya orang tak berakal dan tuna asmara yang akan membiarkan ibunya disakiti. Cobalah untuk selalu menjadi imam yang baik bagi perempuanmu, baik kalian sedang pacaran atau sudah menikah.

Kata2 yang berbunyi,'lebih baik selingkuh atau main2 sekarang, sebelum menikah, daripada setelah menikah malah berkelakuan buruk' menurut saya terlalu mengada-ada dan bodoh. Masa pacaran adalah masa untuk kita melatih diri agar lebih mantap saat menikah nanti. Kalau di masa pacaran aja udah begitu, gimana nikah. Memang ada waktunya manusia bertobat, tapi masa harus nunggu sampe tobat dulu? Cobalah untuk menjadi anak laki-laki, pacar, kakak laki-laki, suami, dan imam yang baik untuk perempuanmu ...

4.10.10

kita di antara mereka ...

Banyak yang sedang berbahagia, banyak juga yang sedang bersedih. Itu bagian dari kehidupan. Dan alhamdulillahnya saya sedang berbahagia. :)

Mereka yang sedang dimabuk cinta, rasanya iri tiap melihat twitt di timeline, kata2 yang mereka rangkai seolah begitu bernyawa dan ingin menunjukkan kalau mereka sedang jatuh cinta. Mereka saling adu gombal, balas-balasan kata2 romantis bin manis, dan pamer foto2 mereka yang terlihat 'wuah, mereka cocok banget' sehingga membuat kita secara tidak langsung berdoa untuk kelanggengan mereka. Dan abis 'iri-iri-an' melihat timeline di twitter, saya baru sadar, kalau saya punya pacar :P

Beberapa di antara mereka ada yang perempuannya lebih romantis, ada yang lelakinya terlalu romantis, ada juga yang biasa aja, ada yang sampe nyebut pacarnya 'my lady', ada yang selalu manggil pasangannya 'sayang', ada yang begini dan pasti ada yang begitu. Look! They are so in love.

Kadang rasa penasaran tentang pacar teman begitu besar sampai rela melihat profil dan membaca isi twitt mereka sampai ke foto2 mereka dan menyadari beberapa hal dari para lelaki itu. Beberapa di antara mereka mengumbar rasa cintanya sewajar mungkin. Ada juga sebagian besar yang mengumbarnya dengan kata2 romantis bikin mabok tapi ada juga yang jadi bikin saya, sebagai perempuan, jadi bertanya2. Di balik kata2 yang mereka tulis itu, apakah hati mereka sesuai dan setulus kata-kata yang mereka ucapkan? Men are like children, i think. Kadang mereka terlalu mudah mengumbar janji lalu melupakannya sampai akhirnya teringat kembali setelah melakukan kesalahan lalu mendapatkan akibatnya.

Mereka terlalu mudah mengumbar janji dan kata2 manis yang terlalu manis, bahkan saat kita tidak memintanya berjanji atau menggombal.

Tapi bukan ini yang ingin saya bahas. Di balik para lelaki di twitter dan gombalan mereka, saya punya dia, aku punya kamu. Walau belum seutuhnya dan tidak mungkin, karena kamu milik Tuhan seutuhnya :) Ibarat rumah, aku mau membelinya agar bisa berteduh di dalamnya selamanya dan membuatnya menjadi indah, bukan hanya sekedar mengontrak lalu harus mau di depak jika masa kontrakan sudah habis. Honestly, I want you to be my last :)

Kadang kalo berharap dan mengkhayal sendiri, saya jadi berpikir, apakah dia juga merasakan hal yang sama, seenggaknya pernah berharap atau sekedar berkhayal tentang kami di masa depan, akankah tetap begini, semakin baik dan terus bersama, atau malah entah bagaimana.

Di balik rasa iri saya terhadap teman2 saya yang seolah-seolah dunia sedang milik mereka dengan pasangannya saja, saya, aku bersyukur masih bersama kamu sampai detik ini. Waktu kadang terasa lambat saat kita sedang bermasalah dan kadang terasa cepat saat kita sedang berbahagia. Sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik, itu seperti sudah menjadi hukum alam. Dan menengok ke mereka yang sedang patah hati, pastinya akan terasa menyakitkan saat kenyataan tak sesuai dengan harapan.

Tapi yang pasti, selama berharap ga dipasangin tarif Rp 10.000,00/harapan, aku ingin kita selalu bersama dalam setiap sedih, tangis, susah, tawa, bahagia, dalam setiap keadaan dan kondisi tak terkecuali. Karena kamu sahabat dan cintaku ... karena saat cinta gugur, sahabat akan terus ada dan hidup di dalam. Apabila diijinkan, aku ingin keduanya selalu hidup berdampingan di dalammu, di antara kita, di dalam kita.