Face the reality, baby.
Teringat obrolan dengan kekasih beberapa waktu yang lalu, tentang kenyataan yang harus beradu dengan harapan, lebih tepatnya khayalan. Saya ingat betul, waktu itu, malam itu sepulang dari nonton, saya tiba-tiba (bahkan mungkin selalu) merasa tidak mau melepaskan pacar pulang ke tempat kosnya. Rasanya selalu ingin sama-sama. Biasanya pacar memanjakan saya, mengucapkan kata-kata manis, atau malah menjanjikan sesuatu agar saya bisa merelakannya pulang ke kos. Tapi malam itu, dengan tegas dia mengatakan,"Cobalah melihat kenyataan. Kita belum bisa sama-sama terus seperti yang kita mau."
Dan, yeah, dia benar. Sepanjang jalan, saya hanya bisa mencerna kata-katanya lalu mencoba memasukkannya pada otak saya. Hasilnya, saya masih belum bisa menjadikan kenyataan patokan hidup saya dalam menjalani sisa umur ini. Saya merasa nyaman dan senang dengan hidup dan khayalan saya selama ini. Kenyataan memang sering mematahkan khayalan, bahkan menghancurkannya, membuangnya bagai sampah. Tapi ya itulah kenyataan. Di satu sisi kita ingin khayalan terwujud, di sisi lain, kenyataan mengatakan,"TIDAK!" Kita harus menghadapinya tapi saya tidak bisa menerimanya. Sampai kapanpun saya ingin khayalan saya terwujud, kapanpun itu.
Mungkin semua orang melihat saya seperti orang yang ingin selalu melarikan diri dari kenyataan. Bersembunyi dari semua. Itulah saya sampai detik ini. Kenyataan kadang atau mungkin selalu menciptakan ketidaknyamanan di dalam diri saya sendiri. Walau nyatanya kenyataan adalah bagian dari hidup, saya harus menjalani keduanya, hidup di dunia nyata dan hidup dalam khayalan untuk jadi nyata, because my life is my own.
Rasanya tidak enak. Seperti kalian tahu, terbangun dari tidur dengan perasaan campur aduk tak menentu atau mungkin terbangun dari tidur dengan perasaan rindu yang memuncak padahal kau harus hadapi bahwa hal/orang/benda yang kau rindukan tidak ada di sekitarmu.
Rasanya tidak enak, seperti terbangun dari tidur dengan rasa rindu tapi yang kau dapati adalah kekosongan di sekitar. Kau sendirian.
23.10.11
13.10.11
11.10.11
Ikhlas dan syukur
Mungkin saya kurang bersyukur atau bahkan tidak bersyukur ..
Tahukah kalian? Sekarang saya sudah bekerja. Yaaa, nyaris satu bulan. Dan entah kenapa ini bukan sebuah kebanggaan. Tapi Alhamdulillah..
Pekerjaan ini istilahnya 'bukan gue banget!'. Dan saya benci sekali dengan marketing. Rasanya tuh pengen teriak-teriak, nangis sambil garuk-garuk tanah di minggu pertama kerja, sampai sekarang bahkan. Setiap pagi rasanya malaaaaaaaaaaaaaass na'ujubillah deh. Mandi malas, berangkat malas, ga ada hasrat sama sekali. Selalu ingin berada di rumah aja, tapi lama kelamaan saya merasa jiwa pemalas ini sudah mendarah daging ga jelas. Harusnya saya bersyukur sudah dapat pekerjaan. Setidaknya untuk saat ini, sampai waktu yang ditentukan, bisa sedikit membanggakan orang tua walau mereka kelihatannya kurang gimanaaa gitu dengan pekerjaan yang saya ambil ini. Lah wong pas nerima aja sebenernya agak setengah hati lalu menyesal kemudian. Ngek!
Sekarang saya cuma selalu berharap bisa bertahan untuk tiga bulan ke depan. Berharap semua berjalan lancar dan saya mendapatkan yang terbaik, bahkan kalau bisa lebih baik.
Sulitnya belajar ikhlas makin terasa di usia yang semakin tua ini. Semakin tua semakin banyak masalah, semakin besar tanggung jawab, semakin resah tsaaaaaaaaahh elah -_-"
Manusia emang bener-bener yaa, jadi pengangguran salaaah, dapet kerjaan juga salah. Terus maunya saya ini apa toh??? Kalau Tuhan seperti manusia, mungkin saya sudah dipites seperti manusia mencet jerawat. Tapi Tuhan memang Maha Baik, Maha Tahu apa yang terbaik bagi umatnya, dan mungkin ini yang terbaik untuk saya saat ini.
Bukan ga bersyukur udah dapet kerjaan, udah bisa belajar hidup mandiri, tapi eh tapi (manusia selalu hidup dengan budaya 'tapi').. rasanya tuh pengen teriaaaaaaaaaaaaaaak setiap pagi. Pengen nangis. Pengen curhat. Pengen maiiiiiiiiiin :(((((((((
Setelah ngobrol sama teman baru yang sama-sama baru di tempat kerja, akhirnya saya sadar, mungkin ini masih proses adaptasi. Tapi masa udah mau satu bulan masih adaptasi? Teman baru ini anaknya ceria dan selalu berpikiran positif. Tapi di minggu kedua kerja, saya seperti menangkap aura yang sama dengan aura yang saya rasakan sampai detik ini. Dia merasa semakin tidak betah. Apa ini syndrome umum yang dialami oleh fresh graduate seperti kami? Tapi senior yang juga baru masuk bareng saya juga bilang kalau dia ga betah, dan konyolnya, kami bertiga berharap dipecat setelah tiga bulan masa percobaan ini.
My dream job? Saya masih terus mencari. Mencari, mencari, dan mencari sambil menjalani yang ada ini.
Cita-cita? Ah, lupakanlah. Semakin dewasa, semakin saya sadar bahwa cita-cita hanyalah angan-angan kalau daya, usaha, dan upaya tidak maksimal. Belajar hidup realistis memang sulit, tapi saya tidak akan pernah berhenti untuk bisa menjadi seorang *ehem* penulis :D
Bahkan entah sudah berapa kali saya melamar ke Kompas sejak selesai sidang bulan Februari lalu. 10 kali? Sepertinya. Dan entah ada magnet apa sampai saya begitu tertariknya ingin bisa mencicipi bekerja disana.
Seperti pagi-pagi biasanya di hari Senin-Jum'at di minggu-minggu sebelumnya, rasanya ingin guling-gulingan di kasur ga mau masuk kerja. Kok kayaknya kekanak-kanakan yaa. Ga dewasa gimana gitu. Ga bertanggung jawab. Saya benci sisi diri saya yang satu ini, tapi saya juga ga bisa menyalahkannya karena memang semua masih dalam proses adaptasi. Tapi.. (again and again) bolehkah saya pinjam bahu anda, atau anda, atau kamu untuk menangis, untuk minta dipeluk, ditenangkan sampai terlelap. Arrgh! Ga jelas banget sumpah. Pengen nangis huaaaaaaaaaaaaaaa!
Rasanya kangen banget sama kuliah. Kangen suasana kampus waktu istirahat dan kuliah. Kangen suasana sekitar kampus. Kangen pacaran di kelas. Kangen temen-temen. Kangeeeeeeeeeeen :((
Andai masih bisa seperti dulu. Kayak jaman SD, kalau lagi males sekolah, saya akan akting (acting maksudnya :P) sakit dan itu butuh lima belas menit untuk meyakinkan mama atau papa kalau saya benar-benar malas. Setelah antar jemput datang dan mama menitipkan surat tidak masuk, saya akan tersenyum senang lalu istirahat di depan tv sambil tiduran dan ngobrol sama mama. Tuh kan, jadi mewek lagi -_-"
Masa-masa sekolah, masa-masa kuliah adalah masa yang paling endang bambang kalau saya bilang, atau mungkin kalian semua setuju? Rasanya bebas, lepas, ga terikat ini-itu dalam kehidupan sehari-hari.
Mungkin memang benar, saya masih belum bisa ikhlas dan bersyukur atas apa yang saya dapat saat ini. Itulah kenapa, sampai detik ini saya masih belum bisa merasakan sisi bahagia dari hidup saya saat ini, pekerjaan ini.
Thank you, Allah. I love you ♥
Tahukah kalian? Sekarang saya sudah bekerja. Yaaa, nyaris satu bulan. Dan entah kenapa ini bukan sebuah kebanggaan. Tapi Alhamdulillah..
Pekerjaan ini istilahnya 'bukan gue banget!'. Dan saya benci sekali dengan marketing. Rasanya tuh pengen teriak-teriak, nangis sambil garuk-garuk tanah di minggu pertama kerja, sampai sekarang bahkan. Setiap pagi rasanya malaaaaaaaaaaaaaass na'ujubillah deh. Mandi malas, berangkat malas, ga ada hasrat sama sekali. Selalu ingin berada di rumah aja, tapi lama kelamaan saya merasa jiwa pemalas ini sudah mendarah daging ga jelas. Harusnya saya bersyukur sudah dapat pekerjaan. Setidaknya untuk saat ini, sampai waktu yang ditentukan, bisa sedikit membanggakan orang tua walau mereka kelihatannya kurang gimanaaa gitu dengan pekerjaan yang saya ambil ini. Lah wong pas nerima aja sebenernya agak setengah hati lalu menyesal kemudian. Ngek!
Sekarang saya cuma selalu berharap bisa bertahan untuk tiga bulan ke depan. Berharap semua berjalan lancar dan saya mendapatkan yang terbaik, bahkan kalau bisa lebih baik.
Sulitnya belajar ikhlas makin terasa di usia yang semakin tua ini. Semakin tua semakin banyak masalah, semakin besar tanggung jawab, semakin resah tsaaaaaaaaahh elah -_-"
Manusia emang bener-bener yaa, jadi pengangguran salaaah, dapet kerjaan juga salah. Terus maunya saya ini apa toh??? Kalau Tuhan seperti manusia, mungkin saya sudah dipites seperti manusia mencet jerawat. Tapi Tuhan memang Maha Baik, Maha Tahu apa yang terbaik bagi umatnya, dan mungkin ini yang terbaik untuk saya saat ini.
Bukan ga bersyukur udah dapet kerjaan, udah bisa belajar hidup mandiri, tapi eh tapi (manusia selalu hidup dengan budaya 'tapi').. rasanya tuh pengen teriaaaaaaaaaaaaaaak setiap pagi. Pengen nangis. Pengen curhat. Pengen maiiiiiiiiiin :(((((((((
Setelah ngobrol sama teman baru yang sama-sama baru di tempat kerja, akhirnya saya sadar, mungkin ini masih proses adaptasi. Tapi masa udah mau satu bulan masih adaptasi? Teman baru ini anaknya ceria dan selalu berpikiran positif. Tapi di minggu kedua kerja, saya seperti menangkap aura yang sama dengan aura yang saya rasakan sampai detik ini. Dia merasa semakin tidak betah. Apa ini syndrome umum yang dialami oleh fresh graduate seperti kami? Tapi senior yang juga baru masuk bareng saya juga bilang kalau dia ga betah, dan konyolnya, kami bertiga berharap dipecat setelah tiga bulan masa percobaan ini.
My dream job? Saya masih terus mencari. Mencari, mencari, dan mencari sambil menjalani yang ada ini.
Cita-cita? Ah, lupakanlah. Semakin dewasa, semakin saya sadar bahwa cita-cita hanyalah angan-angan kalau daya, usaha, dan upaya tidak maksimal. Belajar hidup realistis memang sulit, tapi saya tidak akan pernah berhenti untuk bisa menjadi seorang *ehem* penulis :D
Bahkan entah sudah berapa kali saya melamar ke Kompas sejak selesai sidang bulan Februari lalu. 10 kali? Sepertinya. Dan entah ada magnet apa sampai saya begitu tertariknya ingin bisa mencicipi bekerja disana.
Seperti pagi-pagi biasanya di hari Senin-Jum'at di minggu-minggu sebelumnya, rasanya ingin guling-gulingan di kasur ga mau masuk kerja. Kok kayaknya kekanak-kanakan yaa. Ga dewasa gimana gitu. Ga bertanggung jawab. Saya benci sisi diri saya yang satu ini, tapi saya juga ga bisa menyalahkannya karena memang semua masih dalam proses adaptasi. Tapi.. (again and again) bolehkah saya pinjam bahu anda, atau anda, atau kamu untuk menangis, untuk minta dipeluk, ditenangkan sampai terlelap. Arrgh! Ga jelas banget sumpah. Pengen nangis huaaaaaaaaaaaaaaa!
Rasanya kangen banget sama kuliah. Kangen suasana kampus waktu istirahat dan kuliah. Kangen suasana sekitar kampus. Kangen pacaran di kelas. Kangen temen-temen. Kangeeeeeeeeeeen :((
Andai masih bisa seperti dulu. Kayak jaman SD, kalau lagi males sekolah, saya akan akting (acting maksudnya :P) sakit dan itu butuh lima belas menit untuk meyakinkan mama atau papa kalau saya benar-benar malas. Setelah antar jemput datang dan mama menitipkan surat tidak masuk, saya akan tersenyum senang lalu istirahat di depan tv sambil tiduran dan ngobrol sama mama. Tuh kan, jadi mewek lagi -_-"
Masa-masa sekolah, masa-masa kuliah adalah masa yang paling endang bambang kalau saya bilang, atau mungkin kalian semua setuju? Rasanya bebas, lepas, ga terikat ini-itu dalam kehidupan sehari-hari.
Mungkin memang benar, saya masih belum bisa ikhlas dan bersyukur atas apa yang saya dapat saat ini. Itulah kenapa, sampai detik ini saya masih belum bisa merasakan sisi bahagia dari hidup saya saat ini, pekerjaan ini.
Thank you, Allah. I love you ♥
15.8.11
Kita... manusia biasa
Mungkin ada satu kata untuk menggambarkan diri saya sekarang.
M untuk Malas.
Oh ya? Hmm, mungkin ada kata lain yang lebih tepat. Bukan malas, saya hanya suka menunda waktu, menunda pekerjaan. Yaaa, bagi nenek saya, kakek, papa, mama, tante, om, sepupu, pakde, pakle, bude, bule, semua orang di sekitar saya, malas adalah sinonim dari suka menunda waktu. Hey, apakah kalau ajal bisa ditunda? I wish... tapi nyatanya... Oh, tidak bisa!
Terlalu banyak alasan untuk melakukan hal baik.
Kalimat yang benar untuk menggambarkan aku.. dan kamu. Kalimat yang dari kemarin, seharian, bersliweran di kepala. Biarpun konteks 'hal baik' antara aku dan kamu berbeda, tapi semuanya sama-sama hal baik. Dan di balik hal baik tersebut, banyak alasan yang kita kemukakan untuk bisa menundanya, atau tidak sengaja menundanya, padahal sudah seharusnya terlaksana. Kalau bisa secepat mungkin.
Tersadar, kita hanya manusia biasa. Tapi kadang saya suka merasa ada yang salah. Tidak seharusnya hidup saya berjalan seperti ini. Pasti garis hidup yang digambarkan Tuhan untuk saya jauh lebih baik. Akibat melenceng karena kebodohan diri sendiri, saya harus bisa mencari jalan kembali ke garis hidup itu. Way back into Life. Dari serakan kejadian nyaris satu tahun terakhir ini. Dari memori mama yang akhir-akhir ini suka berkelebatan di hari-hari saya. Dari cita-cita yang satu ke cita-cita yang satunya lagi. Semoga saya bisa mewujudkan satu kehidupan yang layak untuk pribadi malas ini. Setidaknya untuk membanggakan papa saya, keluarga. Semoga...
Sometimes you just gotta know how to feel..
M untuk Malas.
Oh ya? Hmm, mungkin ada kata lain yang lebih tepat. Bukan malas, saya hanya suka menunda waktu, menunda pekerjaan. Yaaa, bagi nenek saya, kakek, papa, mama, tante, om, sepupu, pakde, pakle, bude, bule, semua orang di sekitar saya, malas adalah sinonim dari suka menunda waktu. Hey, apakah kalau ajal bisa ditunda? I wish... tapi nyatanya... Oh, tidak bisa!
Terlalu banyak alasan untuk melakukan hal baik.
Kalimat yang benar untuk menggambarkan aku.. dan kamu. Kalimat yang dari kemarin, seharian, bersliweran di kepala. Biarpun konteks 'hal baik' antara aku dan kamu berbeda, tapi semuanya sama-sama hal baik. Dan di balik hal baik tersebut, banyak alasan yang kita kemukakan untuk bisa menundanya, atau tidak sengaja menundanya, padahal sudah seharusnya terlaksana. Kalau bisa secepat mungkin.
Tersadar, kita hanya manusia biasa. Tapi kadang saya suka merasa ada yang salah. Tidak seharusnya hidup saya berjalan seperti ini. Pasti garis hidup yang digambarkan Tuhan untuk saya jauh lebih baik. Akibat melenceng karena kebodohan diri sendiri, saya harus bisa mencari jalan kembali ke garis hidup itu. Way back into Life. Dari serakan kejadian nyaris satu tahun terakhir ini. Dari memori mama yang akhir-akhir ini suka berkelebatan di hari-hari saya. Dari cita-cita yang satu ke cita-cita yang satunya lagi. Semoga saya bisa mewujudkan satu kehidupan yang layak untuk pribadi malas ini. Setidaknya untuk membanggakan papa saya, keluarga. Semoga...
Sometimes you just gotta know how to feel..
10.7.11
Palembang, I miss you ...
Bermula dari rasa rindu yang muncul saat makan sore di dekat rumah bersama pasangan, semalam rasa ini menyeruak menjadi kangen teramat sangat pada kota masa kecil saya, kota sejuta kenangan bahkan lebih, kota yang menjadi tempat dan saksi bisu tumbuh kembang saya dan keluarga, yaitu kota Palembang.
Sore kemarin saya cuma lagi makan nasi uduk tenda masih di sekitar BSD. Dulu saya pernah mengamuk pada adik saya di tempat nasi uduk ini gara-gara si ibu penjualnya lupa menggoreng pesanan si adik dan malah diduluin 4 orang yang baru dateng. Tapi kemarin sore, karena sang pacar lapar, kita makan disini, katanya enak, saya jadi penasaran. Lagian yang jualan bukan ibu-ibunya tapi suaminya sama 3 orang laki-laki kok :p Pas pertama mengunyah nasinya, mata saya langsung menerawang ke jalanan luas di hadapan, memori saya langsung memutar bagian kecil masa indah di Palembang, masa-masa papa dan mama sering mengajak kami mampir makan nasi uduk di dekat toko roti Baker, di samping atm bank Bali yang lambangnya sidik jari berwarna merah memakai topi dan punya tangan-kaki.
Malamnya, ternyata kangen itu makin menjadi. Sehabis solat Isya, semua malah bergumul menjadi satu kenangan yang rasanya bener-bener mau meledak. Maklum, sudah lama juga saya rasanya ingiiiin sekali ke Palembang, beberapa tahun setelah mama kembali padaNya. Memori itu berubah menjadi puzzle yang saya coba satukan. Mulai dari nasi uduk dekat Bank Bali, toko gorengan sosis solo di depan Baker, toko roti Baker yang merangkap toko buah yang dulu anggurnya sering saya minta 1-4 biji hehehee-toko roti yang roti coklatnya paling enak sePalembang, rumah makan Sri Solo yang nasi gorengnya berwarna pink-nya menjadi langganan saya setiap berkunjung, tempat makan nasi goreng dan bubur ayam yang enak di seberang Hero, bakmu Buncit di dekat Hero yang dulu pernah beberapa kali kami kunjungi jam 8 pagi sepulang dari menjemput teman papa di Bandara dan saya masih ingat rasa mie ayamnya pagi itu juga penampilannya yang disajikan pada piring ceper yang besar. Belum selesai, saya dan adik makin asyik mengenang masa kecil kami yang tak bisa terganti di Palembang, kota tumbuh-kembang kami, kota sejuta kenangan dengan mama. Kami melanjutkan dengan mengenang nasi goreng Bang Jaja yang kata papa, terakhir beliau ke Palembang sekitar 3-4 tahun lalu masih berjualan di depan RS Charitas, yang dulu setiap malam, sebelum papa-mama pergi ke pengajian pasti mengajak kami membeli nasi goreng bang Jaja dulu dan makan di mobil. Lalu cerita berlanjut pada kisah-kisah tolol si adik bersama sohib kecilnya, Nia, anak depan rumah yang saya-sendiri-juga-ngga-tahu-kenapa-dulu-benci-banget-sama-dia. Alasannya satu, jorok. Dan saya ngga mau adik saya ikutan jorok. Tapi kata om saya yang baru saja pindah dari Palembang ke Jakarta, Nia sekarang sudah berubah, tinggi, cantik, dan jago tennis. WOW! I have to see her :P
Bentuk bangunannya masih sama :') Jadi makin ngga sabar pengen ke Palembang lagi. Oh iya, belum selesai lhoo cerita kuliner kenangannya. Masih ada French, tempat saya biasa makan mie ayam dan pempek kalau lagi jalan-jalan ke JM. Dulu JM ini salah satu tempat OK buat jalan-jalan keluarga, kalau sekarang kan kabarnya udah ada PIM a.k.a Palembang Indah Mall dan lain-lain. Tapi yang saya ingat cuma Hero, JM, dan IP alias International Plaza :D Di French selain mie ayam dan pempeknya enak, mama biasanya beli kue yang bentuknya mirip dorayaki dan rasanya macam-macam juga enaaaaaaaak! Belum lagi saya tiba-tiba ingat mbak pelayan di Sri Solo yang hapal pesanan saya jika berkunjung. Dulu sebelum saya pindah ke Jakarta, mbak itu pindah kerja ke cabang Sri Solo di dekat JM dan French, saking akrabnya sama kakek saya dan mama, kami sampe rela mampir kesana cuma buat ketemu mbaknya sama makan juga sih hehee.
Taraaa, inilah IP :)
Dan barusan saya ingat Cafe Ipoek-Tea' punya keluarga-pacar-teman papa dulu, saya lupa penulisan namanya bagaimana, maaf jika salah ya :D Letaknya di daerah perumahan besar dan agak tua di daerah Palembang, kalau mau kesana harus memutar dulu di putaran taman pusat perumahan itu, lokasinya bagus, dan tiap saya berkunjung, om yang melayani juga sudah hapal kalau pesanan saya pasti nasi goreng selimut sama jus melon hehee, makanan saya ngga jauh dari nasi goreng soalnya kata mama dulu waktu hamil saya ngidamnya nasi goreng, mie, dan sate, pokoknya jajanan sejenis itu makanya mungkin saya jadi cinta mati sama nasi goreng, menu paling aman di tempat makan dan lumayan terjangkau harganya. saya juga ingat sekali rumah di samping pom bensin yang saya suka desainnya walau ngga mewah dan bertingkat, tapi halaman depannya cukup luas dan bentul garasinya panjang juga unik :) Pintu utamanya saja bukan di depan tapi di samping rumah, saya masih ingat rumah itu. Biasanya dulu saya dan keluarga suka menunggu angutan kota Sejahtera-sejenis angkot dengan mobil besar di depan rumah itu sepulang jalan-jalan.
Semua kenangan di atas barusan belum ada apa-apanya. Hidup enam tahun lebih di Palembang sejak usia saya lima tahun benar-benar membawa dampak besar bagi kehidupan saya sekarang. Selain itu, kenangan bersama mama benar-benar melekat jelas. Rumah kami di komplek Pusri Sako, bahkan saya masih hapal nomor telepon dan alamat jelasnya bahkan pemilik rumah yang kami kontrak dulu.
Cerita mengenang masa kecil itu saya tutup dengan memutar lagu A Song for Mama dari Boys II Men. Bukan hanya saya yang merindukan mama, adik saya pun begitu, terlihat dari isakannya semalam yang tak sengaja saya dengar. Semoga saya masih sempat untuk napak tilas kesana...
Mama.. Mama.. you know I love you..
Mama.. Mama, you're the queen of my heart
Your love is like tears from the star
Mama, I just want you to know..
Lovin' you is like food to my soul..
22.5.11
Yang tersirat dalam rindu...
"aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada"
— Sapardi Djoko Damono
Pernah merasa tiba-tiba stuck dalam hidup? Atau pernah merasa tiba-tiba mati kutu di suatu hari, saat sebagian orang lain sedang sibuk dengan pekerjaan mereka? Hari ini, siang ini, tepat pukul 12:12 tadi, dalam diam, dalam ke-mati kutu-an, dalam bimbang, sepasang bola mata coklat itu melintas dalam ingatan. Indah... itulah yang tersirat setelahnya. Memori di hari Minggu kemarin, di sore hari, dalam balutan sinar matahari sore, kedua pasang mata kami bertemu dalam ucap dan saya dibuat terpana entah untuk keberapa kalinya oleh sepasang bola mata besar berwarna coklat muda, hingga saya bisa melihat setiap detil yang diciptakan Tuhan dan menghiasi matanya. Dibingkai dengan bulu mata lentik, sepasang bola mata itu selalu bisa membuat saya rindu... dan tersenyum senang karena punya kesempatan untuk bersamanya :)
Diiringi Can't Take My Eyes Off of You dari Lady Antebellum, yang seolah sesuai dengan apa yang sedang saya rasa, jauh di dalam hati, rasanya ingin sekali berucap sembari menatap sepasang bola mata itu bahwa rasa ini telah tercipta amat dalam olehmu, si pemilik kedua bola mata.
Ngga pernah membayangkan akan seperti ini, sejauh ini menyukai dan mencintai seseorang dalam baik dan buruknya *walau memang belum semua ketahuan* :p tapi, aku benar-benar jatuh cinta padamu, sayang.
Aku suka saat kau mengatakan bahwa aku cantik di saat-saat aneh. Bahkan di saat sedang sakit, kau pernah berujar begitu, lalu, apakah aku harus selalu sakit untuk bisa terlihat cantik untukmu?
Aku suka saat kau merengek bak anak kecil saat merindukanku. Padahal, saat aku begitu merindukanmu, kau terlihat sok cool, bahkan saat aku merengek, kadang kau malah jengkel, ya, jengkel karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk bisa meredakan rinduku, begitukah?
Aku suka saat kau layaknya seorang pria idaman wanita. Amat santun, bijaksana, dan lembut. Bahkan dekapanmu kadang terasa disaat kita tidak bersama hanya dengan aku mengingatmu. Bisakah aku me-request peranmu yang ini saat aku butuhkan?
Seperti yang pernah kau katakan, bahkan beberapa hari ini sering kau ulang dalam obrolan kita, layaknya siklus, aku suka siklus hubungan kita. Nyaris tidak pernah sama, terasa saling melengkapi, dan aku suka walau tak selalu suka.
Perbedaan mencipta warna, dan kau adalah pelangiku dalam kelabu... :)
Seperti sajak karya Sapardi Djoko Damono di atas, aku ingin mencintaimu dengan sederhana, apapun kau adanya..
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada"
— Sapardi Djoko Damono
Pernah merasa tiba-tiba stuck dalam hidup? Atau pernah merasa tiba-tiba mati kutu di suatu hari, saat sebagian orang lain sedang sibuk dengan pekerjaan mereka? Hari ini, siang ini, tepat pukul 12:12 tadi, dalam diam, dalam ke-mati kutu-an, dalam bimbang, sepasang bola mata coklat itu melintas dalam ingatan. Indah... itulah yang tersirat setelahnya. Memori di hari Minggu kemarin, di sore hari, dalam balutan sinar matahari sore, kedua pasang mata kami bertemu dalam ucap dan saya dibuat terpana entah untuk keberapa kalinya oleh sepasang bola mata besar berwarna coklat muda, hingga saya bisa melihat setiap detil yang diciptakan Tuhan dan menghiasi matanya. Dibingkai dengan bulu mata lentik, sepasang bola mata itu selalu bisa membuat saya rindu... dan tersenyum senang karena punya kesempatan untuk bersamanya :)
Diiringi Can't Take My Eyes Off of You dari Lady Antebellum, yang seolah sesuai dengan apa yang sedang saya rasa, jauh di dalam hati, rasanya ingin sekali berucap sembari menatap sepasang bola mata itu bahwa rasa ini telah tercipta amat dalam olehmu, si pemilik kedua bola mata.
Ngga pernah membayangkan akan seperti ini, sejauh ini menyukai dan mencintai seseorang dalam baik dan buruknya *walau memang belum semua ketahuan* :p tapi, aku benar-benar jatuh cinta padamu, sayang.
Aku suka saat kau mengatakan bahwa aku cantik di saat-saat aneh. Bahkan di saat sedang sakit, kau pernah berujar begitu, lalu, apakah aku harus selalu sakit untuk bisa terlihat cantik untukmu?
Aku suka saat kau merengek bak anak kecil saat merindukanku. Padahal, saat aku begitu merindukanmu, kau terlihat sok cool, bahkan saat aku merengek, kadang kau malah jengkel, ya, jengkel karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk bisa meredakan rinduku, begitukah?
Aku suka saat kau layaknya seorang pria idaman wanita. Amat santun, bijaksana, dan lembut. Bahkan dekapanmu kadang terasa disaat kita tidak bersama hanya dengan aku mengingatmu. Bisakah aku me-request peranmu yang ini saat aku butuhkan?
Seperti yang pernah kau katakan, bahkan beberapa hari ini sering kau ulang dalam obrolan kita, layaknya siklus, aku suka siklus hubungan kita. Nyaris tidak pernah sama, terasa saling melengkapi, dan aku suka walau tak selalu suka.
Perbedaan mencipta warna, dan kau adalah pelangiku dalam kelabu... :)
Seperti sajak karya Sapardi Djoko Damono di atas, aku ingin mencintaimu dengan sederhana, apapun kau adanya..
9.5.11
menabung waktu...
Seiring waktu berjalan, usia bertambah, hidup pun semakin rumit kalau kita tak jeli mengatur strategi untuk bisa menjalaninya tanpa ada celah yang bisa membuat kita menjadi 'kosong'.
... dan saya sedang merasakan 'kosong' itu beberapa hari terakhir ini.
Entah karena memang rumah sedang sepi dan orang tua sedang pergi Umrah atau karena waktu bersama pasangan (ehem, ya, maksud saya, pacar) semakin menyempit, bahkan amat sempit, dan sang adik yang semakin besar dan kegiatannya semakin banyak.
Tapi yang perlu diketahui, si 'kosong' ini datang tak kenal waktu. Di pagi hari ini, setelah membuka mata dan berkaca sebentar, saya melihat sosok perempuan biasa yang amat biasa dengan wajah sembab sehabis bangun tidur. Namun, setelah Subuh, tiba-tiba ada secuil rasa hampa menyeruak dari dalam diri hingga akhirnya rasa itu mengendap-endap berjalan ke sekujur tubuh dan merangkak merasuki otak.
Ada banyak hal yang sedang menjadi pemikiran saya akhir-akhir ini. Selain pekerjaan, keluarga, dan pacar. Siklus bulanan yang tak kunjung datang menjadikan saya seorang yang prematur dan tempramen. Sulit untuk mendeskripsikannya. Yang saya tahu, si 'kosong' sedang mengambil alih peran utama dalam drama kehidupan saya. Menjadikan saya sebagai penontonnya yang hanya bisa diam saja menyaksikan tanpa perlu berkomentar. Mematahkan waktu, merasakan detiknya, mencuri menit-menit berharganya untuk ditabung. Siapa tahu saya membutuhkannya di masa datang, sekedar untuk mengembalikan waktu yang sempat terbuang.
Siapa yang menyangka, pergantian 'pegawai' pribadi di rumah juga berpengaruh terhadap pribadi saya. Cara kerjanya yang asal-asalan, pribadinya yang agak *maaf* 'kurang', dan saya yang tipenya tidak suka memerintah orang lain menjadi sedikit masalah akhir-akhir ini.
Kedatangan orang tua dari orang tua saya, kakek dan nenek dari Magelang juga menjadi salah satunya. Setiap saya berada di depan komputer, entah sedang apapun, selalu dianggap sedang bermain dan mereka tidak suka. Selalu saja ada hal-hal kecil yang dikomentari dan dijadikan masalah oleh beliau-beliau. Beberapa hal kecil yang selalu menjadi ketidakcocokan selalu menghiasi pertemuan di awal. Dan saya jengah.
Waktu bersama pacar yang... entah kenapa rasanya semakin sempit. Sebenarnya ini bukan kendala besar. Toh kami masih bisa berkomunikasi lewat handphone ataupun ym dan twitter. Tapi semakin canggih teknologi, tetap tidak bisa menggantikan waktu berharga kami berdua.
Komunikasi menjadi amat penting dalam menjalin sebuah komitmen, sebuah hubungan. Semua tergantung pada si pelaku, apakah ia bersedia, rela meluangkan waktu demi berbagi atau sekedar berbincang mengenai hidupnya hari itu bersama pasangannya. Ibaratnya seperti kapal atau ship dalam bahasa Inggris. Komunikasi antara nahkoda dan awak kapal menjadi amat penting dalam menjalankan kapal tersebut, dalam menghadapi badai dan segala kondisi serta situasi agar mereka tetap bisa menjalankan kapal dengan baik dan kompak. Layaknya kapal, sebuah relationSHIP menaruh harapan pada komunikasi untuk bisa berlayar mengarungi gelombang dan tidak mati terombang-ambing cobaan.
Ahhh, terlalu banyak mengeluh tidak ada gunanya. Namun, saya butuh teman, teman untuk bisa berbagi cerita. Bahkan waktu dengan sahabat sekarang ini bisa dihitung dengan hitungan jari. Dulu yang biasanya kami bisa saling berbagi dan bercerita berjam-jam bahkan pernah sampai seharian dan berakhir menginap di rumah salah satu dari kami, kini mungkin akan sulit untuk bisa terjalin lagi.
Waktu... menjadi amat penting saat kita sudah bisa memaknai hidup. Dan setiap waktu itu terbuang, saya coba memungutnya kembali, memasukkannya ke dalam sebuah kantung merah menyala yang kemudian saya ikat kencang-kencang agar tidak tumpah untuk nantinya saya keluarkan lagi demi berbagi bersama orang tersayang. Jadi kami akan terus terasa bersama-sama walau hidup seolah suka sekali memotong jatah waktu diantara puing-puing hari yang telah lalu.
... dan saya sedang merasakan 'kosong' itu beberapa hari terakhir ini.
Entah karena memang rumah sedang sepi dan orang tua sedang pergi Umrah atau karena waktu bersama pasangan (ehem, ya, maksud saya, pacar) semakin menyempit, bahkan amat sempit, dan sang adik yang semakin besar dan kegiatannya semakin banyak.
Tapi yang perlu diketahui, si 'kosong' ini datang tak kenal waktu. Di pagi hari ini, setelah membuka mata dan berkaca sebentar, saya melihat sosok perempuan biasa yang amat biasa dengan wajah sembab sehabis bangun tidur. Namun, setelah Subuh, tiba-tiba ada secuil rasa hampa menyeruak dari dalam diri hingga akhirnya rasa itu mengendap-endap berjalan ke sekujur tubuh dan merangkak merasuki otak.
Ada banyak hal yang sedang menjadi pemikiran saya akhir-akhir ini. Selain pekerjaan, keluarga, dan pacar. Siklus bulanan yang tak kunjung datang menjadikan saya seorang yang prematur dan tempramen. Sulit untuk mendeskripsikannya. Yang saya tahu, si 'kosong' sedang mengambil alih peran utama dalam drama kehidupan saya. Menjadikan saya sebagai penontonnya yang hanya bisa diam saja menyaksikan tanpa perlu berkomentar. Mematahkan waktu, merasakan detiknya, mencuri menit-menit berharganya untuk ditabung. Siapa tahu saya membutuhkannya di masa datang, sekedar untuk mengembalikan waktu yang sempat terbuang.
Siapa yang menyangka, pergantian 'pegawai' pribadi di rumah juga berpengaruh terhadap pribadi saya. Cara kerjanya yang asal-asalan, pribadinya yang agak *maaf* 'kurang', dan saya yang tipenya tidak suka memerintah orang lain menjadi sedikit masalah akhir-akhir ini.
Kedatangan orang tua dari orang tua saya, kakek dan nenek dari Magelang juga menjadi salah satunya. Setiap saya berada di depan komputer, entah sedang apapun, selalu dianggap sedang bermain dan mereka tidak suka. Selalu saja ada hal-hal kecil yang dikomentari dan dijadikan masalah oleh beliau-beliau. Beberapa hal kecil yang selalu menjadi ketidakcocokan selalu menghiasi pertemuan di awal. Dan saya jengah.
Waktu bersama pacar yang... entah kenapa rasanya semakin sempit. Sebenarnya ini bukan kendala besar. Toh kami masih bisa berkomunikasi lewat handphone ataupun ym dan twitter. Tapi semakin canggih teknologi, tetap tidak bisa menggantikan waktu berharga kami berdua.
Komunikasi menjadi amat penting dalam menjalin sebuah komitmen, sebuah hubungan. Semua tergantung pada si pelaku, apakah ia bersedia, rela meluangkan waktu demi berbagi atau sekedar berbincang mengenai hidupnya hari itu bersama pasangannya. Ibaratnya seperti kapal atau ship dalam bahasa Inggris. Komunikasi antara nahkoda dan awak kapal menjadi amat penting dalam menjalankan kapal tersebut, dalam menghadapi badai dan segala kondisi serta situasi agar mereka tetap bisa menjalankan kapal dengan baik dan kompak. Layaknya kapal, sebuah relationSHIP menaruh harapan pada komunikasi untuk bisa berlayar mengarungi gelombang dan tidak mati terombang-ambing cobaan.
Ahhh, terlalu banyak mengeluh tidak ada gunanya. Namun, saya butuh teman, teman untuk bisa berbagi cerita. Bahkan waktu dengan sahabat sekarang ini bisa dihitung dengan hitungan jari. Dulu yang biasanya kami bisa saling berbagi dan bercerita berjam-jam bahkan pernah sampai seharian dan berakhir menginap di rumah salah satu dari kami, kini mungkin akan sulit untuk bisa terjalin lagi.
Waktu... menjadi amat penting saat kita sudah bisa memaknai hidup. Dan setiap waktu itu terbuang, saya coba memungutnya kembali, memasukkannya ke dalam sebuah kantung merah menyala yang kemudian saya ikat kencang-kencang agar tidak tumpah untuk nantinya saya keluarkan lagi demi berbagi bersama orang tersayang. Jadi kami akan terus terasa bersama-sama walau hidup seolah suka sekali memotong jatah waktu diantara puing-puing hari yang telah lalu.
6.4.11
Let it be me
Everyday I love you... rasanya kata-kata itu belum cukup juga buat mewakili perasaan saya saat ini, beberapa hari terakhir, setahun terakhir ini :)
Pagi ini, Kamis, 7 April 2011, diiringi lagu Let It Be Me dari Phil Everly saya sedang melayang-layang terbuai asmara :D
I bless the day I found you
I want to stay around you
And so I beg you, let it be me..
Don't take this heaven from one
If you must cling to someone
Now and forever, let it be me..
Each time we meet love
I find complete love
without your sweet love what would life be
So never leave me lonely
Tell me you love me only
And that you'll always, let it be me..
Each time we meet love
I find complete love
without your sweet love what would life be
So never leave me lonely
Tell me you love me only
and that you'll always.. let it be me..
You're my only love. You're truly my bestfriend. So let me be yours.. forever :) ♥
Pagi ini, Kamis, 7 April 2011, diiringi lagu Let It Be Me dari Phil Everly saya sedang melayang-layang terbuai asmara :D
I bless the day I found you
I want to stay around you
And so I beg you, let it be me..
Don't take this heaven from one
If you must cling to someone
Now and forever, let it be me..
Each time we meet love
I find complete love
without your sweet love what would life be
So never leave me lonely
Tell me you love me only
And that you'll always, let it be me..
Each time we meet love
I find complete love
without your sweet love what would life be
So never leave me lonely
Tell me you love me only
and that you'll always.. let it be me..
You're my only love. You're truly my bestfriend. So let me be yours.. forever :) ♥

3.4.11
sehari dalam bus ...
desis mesin bus mengaung di gendang telingaku
sepanjang jalan, deru angin menerpa wajah
suara bising dan sesak seisi bus membuat siapa saja yang ada di dalam merasa jengah
tapi tidak denganku ...
teriakan parau supirnya pun hanya menggema tak bernada
wajah-wajah jenuh menghiasi setiap jengkal jarak di dalam bus
keringat menghambur dari pori-pori menjadi peluh yang berseluncur di sekujur tubuh
namun aku baik-baik saja ...
seorang wanita muda-gemuk-berwajah musam menubruk lenganku
bisikanya sampai pada pendengaranku
ku kembangkan senyum termanis untuknya, dia balas menggerutu
sepasang wanita karir di depanku sibuk membahas kisah mereka
pesolek, kerlingan mata mereka menggambarkan pribadinya
sementara tangannya tak henti berkipas, mengeringkan peluh
mereka penipu, aku tertawa kecil, menggelikan ...
sementara di belakang bangkuku
sepasang manusia berkulit lecek penuh kerutan terlihat pulas ..
sang pria tertidur di atas kepala wanitanya yang bersandar pada bahu ringkih yang terlihat nyaman tak termakan waktu
aku tersenyum ...
dari balik jendela, matahari tengah hari menembak masuk
tanpa malu ..
panas? tentu saja
tapi sebuah senyuman menyejukkanku selalu setiap bersamanya
cahaya mentari menyilaukan wajahnya yang indah
dipegangnya erat jemariku
lalu awan membuatku bisa memandang wajah teduh
kedua matanya yang terang, kecoklatan
tak henti menyinariku, jiwaku, seluruh hidupku
setiap kali aku menatapnya, sekedar mengingatnya ..
aku terpana ..
aku kembali jatuh cinta tuk kesejuta kalinya ...
padanya, padamu, cintaku ...
BSD, 3 April 2011
22:25
sepanjang jalan, deru angin menerpa wajah
suara bising dan sesak seisi bus membuat siapa saja yang ada di dalam merasa jengah
tapi tidak denganku ...
teriakan parau supirnya pun hanya menggema tak bernada
wajah-wajah jenuh menghiasi setiap jengkal jarak di dalam bus
keringat menghambur dari pori-pori menjadi peluh yang berseluncur di sekujur tubuh
namun aku baik-baik saja ...
seorang wanita muda-gemuk-berwajah musam menubruk lenganku
bisikanya sampai pada pendengaranku
ku kembangkan senyum termanis untuknya, dia balas menggerutu
sepasang wanita karir di depanku sibuk membahas kisah mereka
pesolek, kerlingan mata mereka menggambarkan pribadinya
sementara tangannya tak henti berkipas, mengeringkan peluh
mereka penipu, aku tertawa kecil, menggelikan ...
sementara di belakang bangkuku
sepasang manusia berkulit lecek penuh kerutan terlihat pulas ..
sang pria tertidur di atas kepala wanitanya yang bersandar pada bahu ringkih yang terlihat nyaman tak termakan waktu
aku tersenyum ...
dari balik jendela, matahari tengah hari menembak masuk
tanpa malu ..
panas? tentu saja
tapi sebuah senyuman menyejukkanku selalu setiap bersamanya
cahaya mentari menyilaukan wajahnya yang indah
dipegangnya erat jemariku
lalu awan membuatku bisa memandang wajah teduh
kedua matanya yang terang, kecoklatan
tak henti menyinariku, jiwaku, seluruh hidupku
setiap kali aku menatapnya, sekedar mengingatnya ..
aku terpana ..
aku kembali jatuh cinta tuk kesejuta kalinya ...
padanya, padamu, cintaku ...
BSD, 3 April 2011
22:25
13.3.11
Kicau pengangguran galau
saat kata-kata tak mampu terlontar atau terucap dari bibir, kita bisa menuangkannya dalam tulisan. Kadang tulisan bisa lebih baik dalam memberi timbal balik ke diri sendiri daripada ucapan yang sekedar keluar begitu aja dari mulut.
Yeah, yayaya, title 'pengangguran' sudah melekat terhitung tanggal 28 Februari 2011 kemarin. Weks, nyaris sebulan saya jadi pengagguran tak banyak acara. Naas. Sebenernya amat sangat ingin sekali (bahasa Indonesia yang amat buruk dan tidak boleh dicontoh) melamar pekerjaan di semua perusahaan2 besar yang membuka peluang itu. Tapi? Ya, ada tapinya. 'Tapi' ini selalu menjadi pertimbangan setiap saya ingin melamar ke suatu perusahaan, melamar pekerjaan. Saya akan melihat ke lowongan yang disediakan, yg dicari beribu pengangguran seperti saya (kata2 halusnya : fresh graduate) lalu saya akan mencoba mengedit CV dan surat lamaran saya yg dalam membuatnya saja saya nyontek dari mbah google -_-" dalam beberapa menit ke depan, seletelah semua udah beres, tinggal ngirim lewat email, saya terdiam. TERDIAM. Agak lama, memandangi lagi lowongan yang tersedia. Ga peduli berapa kepala manusia yang mencoba memperebutkannya, yg saya pedulikan amat sangat yaitu,'Apakah pekerjaan ini yang saya mau?' 'Apakah pekerjaan ini bisa saya jalani dengan baik jika nanti diterima?' Oke, itu cukup kejauan mikirnya, yang paling naas, saya lihat lagi CV yg sudah saya edit2 tersebut lalu memandangi bagian 'SKILL' entah itu computer skill, bahasa, apapunlah itu yg bisa mendukung saya untuk bisa diterima. Saya ga punya skill. Yang saya punya adalah sikil, ya, dua sikil.
Argh, nyaris satu minggu terakhir ini saya selalu merasa galau ga jelas, ya, seperti anak muda jaman sekarang, sebentar2 galau ga jelas. Galau diputusin pacar, ditinggal pergi pacar, ga punya duit, ga bisa ke mall, denger lagu aja jadi galau tiba2. Yeah, rasanya saya seperti anak (sok) muda yang keseringan galau akhir2 ini. Miris.
HELLO, me, myself, iechaa!!! Hoihoiiii, umur udah 21 tahun, nganggur, kerjaan cuma ngegalau ga jelas tiap hari, manusia macam apa kamu? *ciut tiba2 kalau inget temen2 yg udah mulai kerja* walau di twitter akhirnya mereka mengeluh juga setelah beberapa hari kerja. Ya itu wajar, menurut saya (sok padahal belum ngerasain, paling kalo udah ngerasain bisanay mewek minta berhenti kerja T.T). Mereka mengeluh ini-itu. Ya, setiap keputusan pasti ada konsekuensinya. Dan kalau nanti saya kerja, otomatis kayaknya uang jajan terputus hubungan dengan saya begitu saja :( *gigit keset*
You gonna miss my love, babe.. you gonna miss my love,BABE.. *lah, malah nyanyi* Makin denger lagu2 mellow, makin galau hati saya. Merana ga jelas. Menganggur tanpa tau mau kemana.
Kalau mau ngikutin kata hati, cita2, saya ingin sekali bisa kerja di penerbit seperti Gramedia, Kompas Gramedia, Gagas Media, dan sejenisnya. Oh ya, sekedar info, bukan jadi SPG-nya tapi lebih seperti menjadi seorang jurnalis, penulis, dan sejenisnya. LAH, terus kenapa nama panjang saya S.Kom? Ga nyambung babar blas kalo kata nenek. -_-" Ya abis gimana dong? Alteratif lain, saya ingin sekali menjadi seorang enterpreneur. Udah banyak bayangan, kira2 usaha apa yang akan saya lakukan, seperti apa konsepnya, apa aja yang akan saya produksi. Lalu saya konsultasi sama orang tua, dan hasilnya malah saya jadi agak terpuruk. Seperti setelah saya berusaha menyampaikan keinginan saya ini, bundo berkomentar,"Usaha, bisnis itu harus dimulai dari pinter2 kita ngatur uang, cha. Lah, icha aja ga ngerti, gimana mau buka usaha?" NGEEEK! bener juga sih. Saya ga ngerti, buta soal bisnis. Saya buta soal bagaimana mengatur keuangan yang baik. Saya buta soal hal yang menjadi penting dalam membangun sebuah usaha. Lalu bundo melanjutkan kata2nya,"Kalo usaha, bisnis itu ga bisa jadi orang baik. Kalo icha kan gini 'eh, gue pinjem uang dong' nanti icha kasih 'eh, gue ngutang ya, bayar nanti' pasti icha kasih, kalo gitu mah ga akan bisa untung cha." DOR! yaaa sebego-begonya saya ga segitu begonya juga sih kayaknya -_-" Intinya emang harus bisa membedakan bisnis dan menolong orang.
Kemaren sih udah sempet ngirim CV dll sm sohib, barengan gitu ceritanya. Tapi di email.. *bentar cek email dulu hhehee* NIHIL. Kosong. Ga ada email balasan. Ceritanya kami ngelamar ke perusahaan cukup besar se-Asia, atau mungkin malah hampir ke seluruh dunia. Anak perusahaannya tuh tersebar dibeberapa negara, paling deket Singapura dan Australia. Jadi kami ngelamar deh ke perusahaan yg di Singapura. Contek2an CV, cover letter dan blablabla. Setelah dikirim, saya baru inget, di CV saya ga ada foto, yah, keteledoran salah satu penghambat lari dan jalan kita dalam hidup. Fiuhhh..
Ga ada seorang pun yang bisa saya ajak diskusi soal semua ini. Soal semuanya. Bahkan saat saya berantem sama pacar, saat lagi galau, saat lagi butuh teman. There is no one...
Yeah, yayaya, title 'pengangguran' sudah melekat terhitung tanggal 28 Februari 2011 kemarin. Weks, nyaris sebulan saya jadi pengagguran tak banyak acara. Naas. Sebenernya amat sangat ingin sekali (bahasa Indonesia yang amat buruk dan tidak boleh dicontoh) melamar pekerjaan di semua perusahaan2 besar yang membuka peluang itu. Tapi? Ya, ada tapinya. 'Tapi' ini selalu menjadi pertimbangan setiap saya ingin melamar ke suatu perusahaan, melamar pekerjaan. Saya akan melihat ke lowongan yang disediakan, yg dicari beribu pengangguran seperti saya (kata2 halusnya : fresh graduate) lalu saya akan mencoba mengedit CV dan surat lamaran saya yg dalam membuatnya saja saya nyontek dari mbah google -_-" dalam beberapa menit ke depan, seletelah semua udah beres, tinggal ngirim lewat email, saya terdiam. TERDIAM. Agak lama, memandangi lagi lowongan yang tersedia. Ga peduli berapa kepala manusia yang mencoba memperebutkannya, yg saya pedulikan amat sangat yaitu,'Apakah pekerjaan ini yang saya mau?' 'Apakah pekerjaan ini bisa saya jalani dengan baik jika nanti diterima?' Oke, itu cukup kejauan mikirnya, yang paling naas, saya lihat lagi CV yg sudah saya edit2 tersebut lalu memandangi bagian 'SKILL' entah itu computer skill, bahasa, apapunlah itu yg bisa mendukung saya untuk bisa diterima. Saya ga punya skill. Yang saya punya adalah sikil, ya, dua sikil.
Argh, nyaris satu minggu terakhir ini saya selalu merasa galau ga jelas, ya, seperti anak muda jaman sekarang, sebentar2 galau ga jelas. Galau diputusin pacar, ditinggal pergi pacar, ga punya duit, ga bisa ke mall, denger lagu aja jadi galau tiba2. Yeah, rasanya saya seperti anak (sok) muda yang keseringan galau akhir2 ini. Miris.
HELLO, me, myself, iechaa!!! Hoihoiiii, umur udah 21 tahun, nganggur, kerjaan cuma ngegalau ga jelas tiap hari, manusia macam apa kamu? *ciut tiba2 kalau inget temen2 yg udah mulai kerja* walau di twitter akhirnya mereka mengeluh juga setelah beberapa hari kerja. Ya itu wajar, menurut saya (sok padahal belum ngerasain, paling kalo udah ngerasain bisanay mewek minta berhenti kerja T.T). Mereka mengeluh ini-itu. Ya, setiap keputusan pasti ada konsekuensinya. Dan kalau nanti saya kerja, otomatis kayaknya uang jajan terputus hubungan dengan saya begitu saja :( *gigit keset*
You gonna miss my love, babe.. you gonna miss my love,BABE.. *lah, malah nyanyi* Makin denger lagu2 mellow, makin galau hati saya. Merana ga jelas. Menganggur tanpa tau mau kemana.
Kalau mau ngikutin kata hati, cita2, saya ingin sekali bisa kerja di penerbit seperti Gramedia, Kompas Gramedia, Gagas Media, dan sejenisnya. Oh ya, sekedar info, bukan jadi SPG-nya tapi lebih seperti menjadi seorang jurnalis, penulis, dan sejenisnya. LAH, terus kenapa nama panjang saya S.Kom? Ga nyambung babar blas kalo kata nenek. -_-" Ya abis gimana dong? Alteratif lain, saya ingin sekali menjadi seorang enterpreneur. Udah banyak bayangan, kira2 usaha apa yang akan saya lakukan, seperti apa konsepnya, apa aja yang akan saya produksi. Lalu saya konsultasi sama orang tua, dan hasilnya malah saya jadi agak terpuruk. Seperti setelah saya berusaha menyampaikan keinginan saya ini, bundo berkomentar,"Usaha, bisnis itu harus dimulai dari pinter2 kita ngatur uang, cha. Lah, icha aja ga ngerti, gimana mau buka usaha?" NGEEEK! bener juga sih. Saya ga ngerti, buta soal bisnis. Saya buta soal bagaimana mengatur keuangan yang baik. Saya buta soal hal yang menjadi penting dalam membangun sebuah usaha. Lalu bundo melanjutkan kata2nya,"Kalo usaha, bisnis itu ga bisa jadi orang baik. Kalo icha kan gini 'eh, gue pinjem uang dong' nanti icha kasih 'eh, gue ngutang ya, bayar nanti' pasti icha kasih, kalo gitu mah ga akan bisa untung cha." DOR! yaaa sebego-begonya saya ga segitu begonya juga sih kayaknya -_-" Intinya emang harus bisa membedakan bisnis dan menolong orang.
Kemaren sih udah sempet ngirim CV dll sm sohib, barengan gitu ceritanya. Tapi di email.. *bentar cek email dulu hhehee* NIHIL. Kosong. Ga ada email balasan. Ceritanya kami ngelamar ke perusahaan cukup besar se-Asia, atau mungkin malah hampir ke seluruh dunia. Anak perusahaannya tuh tersebar dibeberapa negara, paling deket Singapura dan Australia. Jadi kami ngelamar deh ke perusahaan yg di Singapura. Contek2an CV, cover letter dan blablabla. Setelah dikirim, saya baru inget, di CV saya ga ada foto, yah, keteledoran salah satu penghambat lari dan jalan kita dalam hidup. Fiuhhh..
Ga ada seorang pun yang bisa saya ajak diskusi soal semua ini. Soal semuanya. Bahkan saat saya berantem sama pacar, saat lagi galau, saat lagi butuh teman. There is no one...
Langganan:
Postingan (Atom)