21.8.10

Dewasa dan apatis ..

Silent is gold...

Yeah, kadang pepatah itu benar tapi kadang juga salah. Tidak selamanya diam itu emas tetapi ada kalanya kita harus diam untuk bisa menjaga suasana dan hati masing2. Terbukti, seisi rumah ikut hening dengan keheningan yang tak sengaja saya buat.

Hari ini penuh warna dan saya tidak menyesalinya. Semua berawal dari kejenuhan yang berakhir dengan kemarahan. Maaf, boy, aku khilaf dan ga mau bohong jg, aku merasa nyaman dan tenang di satu sisi karena semua yang tertahan bisa tumpah siang ini, sore ini. Semua terjadi tanpa rencana dan tanpa terduga. Yang pasti, bukan mencari siapa yang salah tapi mencoba mencari jalan keluar bersama. Bukan juga menuduh tapi aku mencoba terus mengerti tanpa mau menang sendiri.

Kemarin ada obrolan kecil antara saya dengan keluarga (minus papa). Sebenarnya semua tanpa disengaja, selalu begitu. Awalnya sih cuma mau curhat, endingnya malah bikin kesel sendiri. Saya memulai pembicaraan dengan rasa malas saya untuk menginap di rumah teman di Mampang untuk membuat skripsi nanti. Karena sebelumnya, teman satu kelompok skripsi saya itu sudah mengatakan kalau lebih baik menginap di rumah dia saja untuk menyusun skripsi dan orang tuanya menyambut baik, malah mempelopori tapi saya merasa enggan. Masa iya, tiap minggu harus bolak-balik rumah, kampus, sama rumah dia. Dan saya tipe orang yang ga betah di rumah orang, apalagi bukan yang begitu saya kenal, belum begitu dekat. Lagipula, seikhlas-ikhlasnya orang menampung anak orang di rumahnya, pasti ada rasa ga enaknya juga, apalagi selama empat bulan direcokin rumahnya. Ehh, yang ada saya malah disuruh begitu sama orang rumah, kalau perlu gantian nginepnya, di rumah juga boleh -.-"

Obrolan masih berlanjut sampe ada perdebatan kecil setelah saya mengutarakan niat untuk ngekos di dekat kampus. Baru juga ngomong,"Aku pikir mendingan aku ngekos soalnya ..." tapi langsung dicecer hujatan pernyataan kalau saya ngekos ga akan betah, saya ngekos cuma biar deket sama pacar, saya ngekos ga akan ada manfaatnya dan tralala trililiii. GILA ! Jelas2, saya belum mengutarakan alasan saya ngekos. Sampe akhirnya saya coba jelasin kalau saya ngekos karena masih ada kuliah tiga hari dalam seminggu dan kos itu berfungsi untuk tempat berkumpul dan tidur kalau terlalu larut ngerjain skripsi nantinya. Mereka mulai paham, sedikit, dan ada lagi alasan baru saya dilarang ngekos yaitu alasan yang dari dulu selalu menghambat kemajuan saya dalam menjadi dewasa,"Nanti di rumah ga ada orang, cha." Oh, please, gimana kalau nanti dapet kerja di luar kota atau mungkin luar negri, atau mungkin dilamar anak orang terus nikah, masa iya dilarang cuma dengan alasan ga mutu gitu?

Dan sore tadi, papa nyentil sedikit soal kos saat saya keluar dari kamar, sehabis mengobrol lewat telepon dengan pacar. "Ini tas berserakan di kursi semua." Beliau sambil membaca koran. Lalu saya bereskan tas yang ga terpakai sampai tiba2 beliau komentar lagi,"Ngurus diri sendiri aja belom bisa mau pake ngekos segala." That is the point, Dad! Rasanya pengen teriak gitu. Itu juga salah satu alasan saya ingin ngekos. Selain nanti biar ga bolak-balik kampus-kantor-rumah, belajar dewasa dan mengurus diri sendiri juga salah satu alasannya. Tapi tidak saya gubris. Terbukti, rumah menjadi hening. Saya diam seribu bahasa tanpa berucap sepatah kata pun sejak sore tadi sampai detik ini. Rasanya seperti, kesepian di tengah keramaian...

Akhir2 ini papa memang lebih protektif pada kedua anaknya. Tapi alangkah baiknya kalau semua dibicarakan baik2 bukan lewat belakang dan sembunyi2. Semua menjadi jelas dan semua enak. Terbukti, diam hanya menjadikan masalah terasa selesai sesaat namun bisa meledak suatu saat. Bicara adalah solusi yang baik asal dilakukan baik2.

Dewasa tidak selalu apatis dan kadang untuk menjadi dewasa kita perlu mengorbankan hal lain yang kita sukai atau mencintai hal baru yang tidak kita sukai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar