Tampilkan postingan dengan label rindu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label rindu. Tampilkan semua postingan

10.11.11

Gila karena rindu

Saat kangen dengan pacar, mungkin kita bisa menelepon atau mengunjunginya. Saat kangen dengan teman, kita bisa mengajaknya jalan atau mungkin sekedar makan sembari ngobrol. Saat kangen dengan sosok yang fisiknya-secara-nyata sudah tidak ada, apa yang bisa kita lakukan, saya lakukan?

I miss you, Mom..

Sekitar satu atau dua minggu yang lalu daya tahan tubuh saya sempat menurun drastis. Flu, kelelahan, dan demam menjadi satu. Kerjaan di kantor ga ada yang beres. Hati ga tenang. Hidup rasanya amburadul *lebay*. Tapi yang namanya orang sakit, pasti rasanya selalu ingin ditemenin, ada yang nemenin, atau seenggaknya secara intens selalu memantau kita.

Dari awal pagi pertama sakit, bangun tidur, tengok kanan yang ada lemari baju, tengok kiri ada jendela yang masih tertutup gordyn atau kalau kata orang kita mah, gorden. Celingak celinguk nyari sosok mahluk hidup di sekitar, tapi yang ada cuma kekosongan, kesendirian. Sedih. Pasti. Nangis. Iya. Toh, hampir semua orang tahu kalau saya orang yang cengeng. Jadi nyaris sepagi-an itu cuma meringkuk-sendirian-di kasur. Sampai akhirnya saya tertidur lagi. Entah karena terlalu rindu dengan sosok itu atau memang saya lagi butuh teman, saya berjumpa dengan mama. Seperti biasa, beliau duduk di kursi ruang tamu, memanggil saya, membelai rambut saya lalu mimiknya mengekspresikan kekhawatiran saat menyentuh dahi saya. Beliau tidak pernah berkata-kata setiap hadir dalam mimpi saya, mengunjungi saya. Hanya tersenyum, manis sekali.

I miss you so, Mom...

Seperti dahulu, mama mengajak saya tidur kalau saya sakit atau kalau beliau sedang lelah (karena sakit). Kami bercerita banyak, bedanya, di mimpi beliau tidak pernah berkata-kata, seperti yang sudah saya katakan sebelumnya. Tapi saya merasa kalau kami sedang bercakap-cakap. Beliau usap rambut saya dengan lembut sementara saya memeluk perutnya sambil memejamkan mata. Ini adalah kebiasaan dan kesukaan saya kalau tidur bareng mama. Rasanya hangat dan nyaman, jauh melebihi nyaman. Kemudian waktu terasa cepat berlalu dan saya harus berangkat kerja. Saya merasa tidak rela, begitupun mama. Lalu dengan isyarat, saya mendengar beliau berkata, layaknya saat dulu saya masih sekolah jika sedang sakit,"Istirahatlah dulu, minta ijin satu hari sampai kamu benar-benar sembuh." Saya meng-iya-kan ajakan mama. Memeluk perutnya kembali. Memejamkan mata sembari menikmati belaiannya. Saya pun terbangun. Dengan suhu tubuh yang masih tinggi, saya mencoba tersadar kalau tadi hanya mimpi. Hanya mimpi.

I miss you so badly, Mom...

I miss you like crazy. Trully, madly, deeply.

23.10.11

i am the girl living my own life

Face the reality, baby.

Teringat obrolan dengan kekasih beberapa waktu yang lalu, tentang kenyataan yang harus beradu dengan harapan, lebih tepatnya khayalan. Saya ingat betul, waktu itu, malam itu sepulang dari nonton, saya tiba-tiba (bahkan mungkin selalu) merasa tidak mau melepaskan pacar pulang ke tempat kosnya. Rasanya selalu ingin sama-sama. Biasanya pacar memanjakan saya, mengucapkan kata-kata manis, atau malah menjanjikan sesuatu agar saya bisa merelakannya pulang ke kos. Tapi malam itu, dengan tegas dia mengatakan,"Cobalah melihat kenyataan. Kita belum bisa sama-sama terus seperti yang kita mau."

Dan, yeah, dia benar. Sepanjang jalan, saya hanya bisa mencerna kata-katanya lalu mencoba memasukkannya pada otak saya. Hasilnya, saya masih belum bisa menjadikan kenyataan patokan hidup saya dalam menjalani sisa umur ini. Saya merasa nyaman dan senang dengan hidup dan khayalan saya selama ini. Kenyataan memang sering mematahkan khayalan, bahkan menghancurkannya, membuangnya bagai sampah. Tapi ya itulah kenyataan. Di satu sisi kita ingin khayalan terwujud, di sisi lain, kenyataan mengatakan,"TIDAK!" Kita harus menghadapinya tapi saya tidak bisa menerimanya. Sampai kapanpun saya ingin khayalan saya terwujud, kapanpun itu.

Mungkin semua orang melihat saya seperti orang yang ingin selalu melarikan diri dari kenyataan. Bersembunyi dari semua. Itulah saya sampai detik ini. Kenyataan kadang atau mungkin selalu menciptakan ketidaknyamanan di dalam diri saya sendiri. Walau nyatanya kenyataan adalah bagian dari hidup, saya harus menjalani keduanya, hidup di dunia nyata dan hidup dalam khayalan untuk jadi nyata, because my life is my own.

Rasanya tidak enak. Seperti kalian tahu, terbangun dari tidur dengan perasaan campur aduk tak menentu atau mungkin terbangun dari tidur dengan perasaan rindu yang memuncak padahal kau harus hadapi bahwa hal/orang/benda yang kau rindukan tidak ada di sekitarmu.

Rasanya tidak enak, seperti terbangun dari tidur dengan rasa rindu tapi yang kau dapati adalah kekosongan di sekitar. Kau sendirian.

30.8.10

I miss you, boy ...


"When distance comes, faith and communication
are the things that we need ... "

LDR ...

LDR, kalo di buku Raditya Dika dikenal dengan Long Dick Reaction tapi yang mau saya bahas disini adalah Long Distance Relationship, seperti yang diceritakan Raditya Dika di bukunya yang berjudul Cinta Brontosaurus.

Sebenernya baru aja dapet pemikiran kalau LDR (Long Distance Relationship tentunya) tidak akan berjalan baik tanpa komunikasi yang intens. Kenapa? Bayangin aja, seperti kita ibadah, kita solat, kita diwajibkan solat 5 waktu untuk bisa mengingat Tuhan, Allah SWT dan kalau solat itu tidak berjalan dengan baik, tidak didirikan dengan baik, tentu kita akan lupa, dan otomatis iman kita berkurang, kadar cinta kita pada Tuhan berkurang. Ke-intens-an dengan Tuhan Yang Maha Pencipta aja bisa berkurang apalagi sama sesama manusia? Coba aja dipikir, siapa tau saya salah :P Tapi sayangnya saya amat yakin dengan pemikiran saya ini :D

Dan jujur, saya tidak suka LDR ini. Entah kenapa saya selalu memiliki feeling tidak akan berhasil menjalankannya. Tapi tidak sedikit juga orang2 atau pasangan yang berhasil menjalankannya. Tentu, dengan banyak kejadian dan godaan disana-sini juga. Se-setia apapun mereka, pasti ada godaan dalam bentuk apapun yang menghantui mereka. Kenapa saya merasa tidak akan berhasil menjalankan LDR? Karena saya orangnya mudah merindu. Saya tidak pernah bisa hidup jauh dari orang yang saya sayang, walaupun dari kecil banget udah ngerasain ditinggal orang tua dinas keluar kota, bahkan sampe satu tahun, tapi itu tetap tidak membuat saya kuat untuk menjalaninya. Buktinya, selalu saja ada moment 'sakit'. Entah itu demam, atau apalah dan obatnya kalau sudah ketemu atau sekedar mendengar suara orang tersayang nun jauh disana. Agak lebay sih hehee tapi ya begitulah adanya :P

Hahhh, rindu ini memang membunuhku ...

23.7.10

terbius pelangi ...

ketika semu tak berkata, aku mencarinya
ketika ribut tertidur, tak sengaja aku menyenggolnya, membangunkannya
ketika suara tak teredam, aku membuka lalu menutup mulutku, mulutnya
aku seperti melayang, terhempas angan
disini ku bersanding disisimu
merasakan semua rasa yang indah
melewati rasa yang buatku resah
hanya segelintir dari beberapa saja
belum sepenuhnya aku kenal kau
sudah sepenuhnya jiwa ini aku inginkan kau
hampir sepenuhnya aku sayangi kau
sudah sepenuhnya rasa ini kuberikan tanpa ragu
hampir sepenuhnya aku tersulut cemburu
sudah sepenuhnya aku coba pendam darimu
menggali lebih dalam lagi untuk bisa mengerti
aku tersandung banyak prasangka
terhentak rasa tak suka
terhempas rasa bersalah tak terduga
maaf, semua menerpa begitu saja
kadang terasa aman denganku begitu
kemudian terpampanglah kenyataan dihadapanku
kau adalah kamu di saat manis
kamu adalah kau disaat miris
menjagamu adalah kewajiban, hak terindah
melihatmu adalah waktu terindah
mencintaimua adalah kesempatan terindah
bawalah aku
dalam setiap rasa, percaya, dan cintamu ...
kucoba bunuh semua rasa yang menghalangi
karena aku tlah terbius indahmu, pelangi ..

23 Juli'10
21:50