8.11.10

memori ...

terlintas di benak tadi siang sebangunnya dari tidur (baca: ketiduran waktu nonton Sorry, I Love you, drama korea yang pertama kali saya tonton dan langsung saya suka, apalagi pemeran utamanya sama backsound plus soundtrack-nya yang dramatis tapi saya suka hehee)... Oke, kalimat pembuka saya barusan belum selesai dan malah ngelantur kesana kemari.

Terlintas di benak tadi siang sebangunnya dari tidur, bagaimana rasanya jadi orang mati?

Bukannya sombong atau sok sudah siap, toh kita semua pasti akan pergi dari dunia fana ini dan datang ke dunia lain di kubur dan akhirat sana. Serem sih kalo ngebayanginnya, serem banget apalagi dengan tubuh dan jiwa yang kotor begini. Ngarepnya masuk surga tapi tingkah laku masih ngekor setan. Itulah saya... dan mungkin beberapa diantara kalian.

Hmm, sebenernya saya hanya bertanya2, akan seperti apa jadinya mereka, orang2 yang saya 'tinggalkan' nanti? Berkaca dari pengalaman hidup. Mereka, kakek buyut, pakde, mama, semua yang sudah lebih dulu 'pulang' selalu dijanjikan semasa hidupnya kalau mereka tidak akan pernah dilupakan, akan selalu hidup di benak, hidup kekal sepanjang masa di dalam hati walau raga tak tampak. Kenyataannya? Entahlah, mungkin semua itu hanya klise. Janji adalah klise, dan saya adalah salah satu yang tidak percaya dan tidak suka berjanji atau dijanjikan. Janji itu kata lain dari bohong menurut saya. Buktinya, seiring waktu, mereka yang sudah tiada akan terhapus perlahan-lahan dari hidup, otak, dan mungkin hati. Tidak jauh2, saya contohnya. Awal2 tahun 2005-2007, nyaris setiap minggu saya, papa, dan adik selalu menjenguk mama di rumah barunya yang selalu terlihat sejuk dan bersih. Mulai tahun 2008-2009 rutinitas tiap minggu itu menurun menjadi satu sampai dua kali dalam sebulan. Naasnya, tahun 2010 ini saya hanya menjenguk mama mungkin hanya lima kali sampai detik ini. Bahkan dari setelah Iedul Fitri bulan lalu, saya dan keluarga belum juga menjenguk mama lagi...

Tentu bukan keinginan kita untuk melupakan mereka yang terdahulu, tapi pertanyaan di awal tulisan di atas masih menggantung di hati saya.

Mama pernah berpesan,''Mama mau dikubur disini aja, biar bisa deket sama kalian." Saya hanya terdiam waktu itu. "Jenguk mama ya, nak."

Oooh, cukup2, flashbacknya :D Biarlah menjadi kenangan...

Mengutip kata2 pacar waktu kita pernah ngobrol beberapa waktu silam. Dia bertanya pada saya,"Mon, sebenernya apa yang menjadi titik utama dari hidup manusia?" Saya jawab otak dan jantung kalo ga salah. Dia tersenyum dengan tatapan menerawang menatap ke arah monitornya,"Memori. Tanpa memori hidup akan berjalan begitu2 aja. Kebayang ga kalo kita hidup tanpa memori? Kayak komputer aja, tanpa memori, kita ga bisa ngapa2in. Kosong."

Memori... obrolan singkat itu masih terekam di benak saya. Cukup jenius dan mengena bagi saya. Memori, sesuatu yang menjadikan manusia bisa hidup sampai sekarang ini. Tanpa memori, kita akan menjalani hari ini seperti selamanya. Setelah bangun tidur, semua kembali dari nol dan seterusnya. "Ga ada yang spesial," lanjutnya.

Andai mama ada disini, aku pasti masih menjadi anak baik mama dan pasti aku kenalkan pacar aku pada mama... pasti!

Biarpun frekuensi menjenguk mama sudah menurun drastis, dan mungkin saja seiring waktu berjalan nanti menjadi hanya sekali dalam setahun seperti mereka yang lain, tapi do'a insyaAllah ga akan pernah putus.

Namun, pertanyaan itu tetap menempel dan rasanya agak ga rela kalau sampai nanti saya diperlakukan begitu walau mungkin nanti mereka ga berniat begitu, seperti saya saat ini. Bagaimana rasanya jadi orang mati? Akankah saya bernasib seperti mereka yang terdahulu? Hidup dalam memori mereka tapi terkubur perlahan seiring waktu yang berjalan ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar