Seiring waktu berjalan, usia bertambah, hidup pun semakin rumit kalau kita tak jeli mengatur strategi untuk bisa menjalaninya tanpa ada celah yang bisa membuat kita menjadi 'kosong'.
... dan saya sedang merasakan 'kosong' itu beberapa hari terakhir ini.
Entah karena memang rumah sedang sepi dan orang tua sedang pergi Umrah atau karena waktu bersama pasangan (ehem, ya, maksud saya, pacar) semakin menyempit, bahkan amat sempit, dan sang adik yang semakin besar dan kegiatannya semakin banyak.
Tapi yang perlu diketahui, si 'kosong' ini datang tak kenal waktu. Di pagi hari ini, setelah membuka mata dan berkaca sebentar, saya melihat sosok perempuan biasa yang amat biasa dengan wajah sembab sehabis bangun tidur. Namun, setelah Subuh, tiba-tiba ada secuil rasa hampa menyeruak dari dalam diri hingga akhirnya rasa itu mengendap-endap berjalan ke sekujur tubuh dan merangkak merasuki otak.
Ada banyak hal yang sedang menjadi pemikiran saya akhir-akhir ini. Selain pekerjaan, keluarga, dan pacar. Siklus bulanan yang tak kunjung datang menjadikan saya seorang yang prematur dan tempramen. Sulit untuk mendeskripsikannya. Yang saya tahu, si 'kosong' sedang mengambil alih peran utama dalam drama kehidupan saya. Menjadikan saya sebagai penontonnya yang hanya bisa diam saja menyaksikan tanpa perlu berkomentar. Mematahkan waktu, merasakan detiknya, mencuri menit-menit berharganya untuk ditabung. Siapa tahu saya membutuhkannya di masa datang, sekedar untuk mengembalikan waktu yang sempat terbuang.
Siapa yang menyangka, pergantian 'pegawai' pribadi di rumah juga berpengaruh terhadap pribadi saya. Cara kerjanya yang asal-asalan, pribadinya yang agak *maaf* 'kurang', dan saya yang tipenya tidak suka memerintah orang lain menjadi sedikit masalah akhir-akhir ini.
Kedatangan orang tua dari orang tua saya, kakek dan nenek dari Magelang juga menjadi salah satunya. Setiap saya berada di depan komputer, entah sedang apapun, selalu dianggap sedang bermain dan mereka tidak suka. Selalu saja ada hal-hal kecil yang dikomentari dan dijadikan masalah oleh beliau-beliau. Beberapa hal kecil yang selalu menjadi ketidakcocokan selalu menghiasi pertemuan di awal. Dan saya jengah.
Waktu bersama pacar yang... entah kenapa rasanya semakin sempit. Sebenarnya ini bukan kendala besar. Toh kami masih bisa berkomunikasi lewat handphone ataupun ym dan twitter. Tapi semakin canggih teknologi, tetap tidak bisa menggantikan waktu berharga kami berdua.
Komunikasi menjadi amat penting dalam menjalin sebuah komitmen, sebuah hubungan. Semua tergantung pada si pelaku, apakah ia bersedia, rela meluangkan waktu demi berbagi atau sekedar berbincang mengenai hidupnya hari itu bersama pasangannya. Ibaratnya seperti kapal atau ship dalam bahasa Inggris. Komunikasi antara nahkoda dan awak kapal menjadi amat penting dalam menjalankan kapal tersebut, dalam menghadapi badai dan segala kondisi serta situasi agar mereka tetap bisa menjalankan kapal dengan baik dan kompak. Layaknya kapal, sebuah relationSHIP menaruh harapan pada komunikasi untuk bisa berlayar mengarungi gelombang dan tidak mati terombang-ambing cobaan.
Ahhh, terlalu banyak mengeluh tidak ada gunanya. Namun, saya butuh teman, teman untuk bisa berbagi cerita. Bahkan waktu dengan sahabat sekarang ini bisa dihitung dengan hitungan jari. Dulu yang biasanya kami bisa saling berbagi dan bercerita berjam-jam bahkan pernah sampai seharian dan berakhir menginap di rumah salah satu dari kami, kini mungkin akan sulit untuk bisa terjalin lagi.
Waktu... menjadi amat penting saat kita sudah bisa memaknai hidup. Dan setiap waktu itu terbuang, saya coba memungutnya kembali, memasukkannya ke dalam sebuah kantung merah menyala yang kemudian saya ikat kencang-kencang agar tidak tumpah untuk nantinya saya keluarkan lagi demi berbagi bersama orang tersayang. Jadi kami akan terus terasa bersama-sama walau hidup seolah suka sekali memotong jatah waktu diantara puing-puing hari yang telah lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar