Hello, people.. I'm back! Woohoooo \^.^/
Lamaaa sekali tenggelam dalam kesibukan yang sebenernya tidak ada. Maksudnya yaa.. kesibukan yang sebenarnya bukan kesibukan, ya begitulah.
Banyak kejadian yang terlewatkan di blog ini. Bukannya tidak sempat menulis tetapi kadang saat sudah membuka lembar entri ini, rasanya blank. Kosong. kedua mata menatap ke layar putih blog dengan seisi kepala yang berkelebatan pemikiran dan monolog untuk bisa ditulis.
5 menit pertama...
Kedua mata masih memandang blog kosong dengan alis mengkerut.
10 menit kemudian...
Saya menggigit-gigit bibir bawah mencari kata-kata dan kalimat pembuka.
20 menit lewat..
*sign out*
*sigh*
Begitu saja? Yup. Itu yang saya alami sejak terakhir posting. Tapi tidak usah gusar, jangan khawatir, tidak perlu panik (siapa pula yang panik?) Oh, God! *tepok jidat tetangga sebelah*
Apa saja yang sudah saya lewatkan? Yang terlewat maksud saya. Hmm.. sebenarnya saya sibuk bekerja dari Senin sampai Sabtu. Yayaya, Sabtu masuk, sodara-sodara. Tapi sudah biasa sih, semenjak kuliah dari semester satu sampai lulus pun saya selalu kebagian kuliah Sabtu, jam 7.20 pagi. Jadiii.. kerja di hari Sabtu itu sudah biasa. Yang bikin senang, kantor saya dekat rumah jadi leluasa dan tidak perlu grusak-grusuk kalau kesiangan hahahaaha..
Baiklah, mari ke sesi serius.
Kalau menurut perhitungan masehi, sekitar tiga hari lagi kita semua umat di seluruh dunia akan meninggalkan tahun 2012 dan memasuki kehidupan baru di 2013. Pastinya banyak hal terjadi di tahun ini. Dari yang sedih sampai yang bahagia. Dari yang terduga sampai yang bikin SYOK! I''ve been there :P Yuk, mari kita beberkan apa saja yang sudah kita lewati di tahun ini. Saya akan coba membahas yang saya ingat sekarang ini hehehe.. Ini mungkin tidak berurutan tapi sangat bermakna bagi saya (ya iyalah, saya yang menjalani dan melewatinya)
1. Kado ulang tahun di 2012 ini adalah omelan dari bos.
Kenapa? Sebagai seorang admin, saya melakukan kesalahan fatal sampai harus mengulang sekitar tiga ratusan sertifikat untuk di print ulang. Yes. I am the only one tersangka karena saya PIC dan pelakunya. Itu tepat sehari sebelum tanggal 23 Februari. Saya kira ini hanya bercanda, tapi, ini adalah kado sekaligus pelajaran berharga bagi saya. Tidak ada pekerjaan yang sepele, semua ada tanggung jawabnya. Maka, hati-hatilah dalam bekerja tapi tetap cepat, benar, dan penuh tanggung jawab. Beruntung saya tidak harus membayar tiga ratusan sertifikat yang salah itu :D
2. Disiplin.
Sejak kecil, saya dilatih mama untuk membuat jadwal sehari-hari setiap bulannya. Bahkan hari Minggu pun ada jadwalnya dari awal bangun tidur sampai tidur lagi. Main, nonton TV, mandi, dan belajar ada aturannya. Dan seiring waktu berjalan, bukannya makin disiplin dan bisa bekerja dengan baik, saya malah jadi mahasiswa yang lulus tepat waktu tapi tidak bisa apa-apa. Bahkan sempat menganggur nyaris setahun lamanya! Tapi rejeki dari Allah mengajarkan saya banyak hal. Di kantor pertama ini, saya belajar banyak hal. Dari yang saya kira ini hanya pekerjaan sepele, tapi dari pekerjaan-yang-lokasinya-dekat-rumah ini saya belajar disiplin. Walau tidak menggunakan transportasi kereta lagi, saya jadi lebih berhati-hati dalam mengatur waktu berangkat ke kantor. Mungkin butuh 10 menit dengan motor tapi bisa 15 sampai 30 menit jika menggunakan angkot. Keburu tua kalau naik angkot yang doyan ngetem.
3. Multitasking.
Pekerjaan saya tidak melulu admin. Menghandle customer pun harus bisa. Disini saya dituntut untuk bisa multitasking dan saya bisa dibilang cukup berhasil walau di dua bulan pertama kerja agak keteteran sampai mewek di rumah karena takut diomelin tiap hari. Tapi ternyata, kerja multitasking itu menguras banyak energi loh. Buktinya, setelah tiga bulan pertama kerja saya turun berat badan sampai 5kg, di bulan ke-4 berat badan saya kembali naik, drastis! --> yang ini bukan kabar baik. Dan terus naiiik sampai sekarang. *pingsan abis lihat timbangan*
4. Belajar Bahasa GRATIS!
Ini yang utama dan paling utama dari kesukaan saya bekerja di perusahaan ini. Saya bisa belajar bahasa Inggris secara cuma-cuma langsung dari si bule. Ya, memang, awalnya saya sering sekali diomeli oleh DoS (Director of Study a.k.a Kepala Sekolah) karena setiap dia bicara, saya cuma jawab 'YA' tanpa tahu artinya alias sotoy. Yes, Sotoy is my middle name :P dan dia selalu mengadu ke bos kalau saya ini payah dalam berkomunikasi. Lah, gimana mau bisa komunikasi, wong saya saja tidak ngerti dia bicara apa. Ya gitu deh. Dan setahun disini, bahasa Inggris saya meningkat drastis! Woohooo hehehee.
5. Make friend from all over the world & learn how to deal with them at work.
Salah satu cita-cita saya adalah berkeliling dunia, tentunya setelah insyaAllah bisa naik haji *amiin* :) Dan saya bertemu banyak orang dengan banyak background karena mereka berasal dari beraneka ragam budaya dan negara. Selain dikenal suka traveling, mereka memiliki pengetahuan yang luas. Dari mereka jugalah saya banyak belajar dan merasa malu, ternyata pengetahuan umum saya sangatlah dangkal mengenai bangsa dan dunia ini. Yang tidak kalah penting, bekerja bersama native tidak seperti kita bekerja bersama sesama orang Indonesia. Mereka bekerja cepat dan jika ada yang tidak pas pada tempatnya (sebuah masalah) mereka akan langsung bicara F2F (face to face) dengan yang bersangkutan. Bukan tidak ada kendala, saya masih suka ngambek-ngambekan atau lebih sering diambekin sama mereka hehehee, but I'll do my best *crossed fingers*
Mungkin lima hal utama itu yang bisa saya bagikan malam ini. Bukan berarti tidak ada hal atau kejadian lain yang berarti, tapi mungkin, kesimpulan yang bisa saya tarik di tahun ini, secara personal, saya belajar banyak hal untuk bisa menajdi pribadi yang lebih baik lagi. Allah Maha Baik. Dia tahu yang terbaik bagi umatNya. Saya pun ingat pernah berdo'a untuk bekerja di perusahaan yang tidak mengharuskan karyawannya menggunakan pakaian formal (pakaian kerja khas kantoran), lokasinya kalau bisa dekat rumah, dan saya bisa belajar hal baru di tempat kerja tesebut yang saya sukai tentunya. Dan saya suka bahasa. And here I am, Allah menempatkan saya di tempat yang memang saya minta dariNya. Dan masih banyak lagi do'a yang Dia kabulkan di tahun ini. Terima kasih, Allah :)
Jangan biarkan saya, kami semua menajdi umatMu yang kufur nikmat dan lupa bersyukur. Ingatkanlah kami selalu untuk selalu berdo'a dan beribadah hanya kepadaMu, Ya Rabb. Hanya kepadaMu-lah saya berdoa dan hanya kepadaMu-lah saya kembali. Amiiin ya rabbal'alamiiiin.
Saya percaya. Do'a-do'a saya lainnya dan do'a kita semua selalu di dengar olehNya. Sabar dan tawakal adalah dua hal yang harus kita lakukan. Ada yang cepat dikabulkan oleh Allah, ada yang lamaaa menantinya. Seperti yang sering kita dengar, ada tiga cara yang Allah lakukan atas do'a umatNya.
1. Jika memang baik untuk kita menerima, maka insyaAllah akan segera dikabulkan olehNya.
2. Kadang Allah perlu melihat kesungguhan kita dalam meminta padaNya. Maka janganlah cepat berputus asa, terus bersabar dan tawakal, akan tiba waktunya di saat yang tak terduga do'a kita terkabulkan. Allah Maha Tahu yang terbaik.
3. Jika kita tidak kunjung mendapat jawaban dari do'a, mungkin Allah punya yang lebih baik untuk kita dibandingkan do'a dan kemauan kita. Keep believing and praying.
Semoga semua yang sudah direncanakan tahun depan bisa berjalan lancar, insyaAllah dan kita semua diberkahi kesehatan dan kekuatan juga akal sehat untuk bisa selalu mencari karunia dan berkahNya di dunia sebagai bekal di akhirat. Ampuni kami ya Allah..
I've learned a lot this year. Thank God. And thank you, love :)
28.12.12
16.5.12
The Songs
1. More than you'll ever know -MICHAEL RUFF
2. A love that will last - RENEE OLSTEAD
3. Comfortable - JOHN MAYER
4. Little House - AMANDA SEYFRIED
5. Dancin' away with my heart - LADY ANTEBELLUM
6. Lonely - 2NE1
7. A thousand years - CHRISTINA PERRI
2. A love that will last - RENEE OLSTEAD
3. Comfortable - JOHN MAYER
4. Little House - AMANDA SEYFRIED
5. Dancin' away with my heart - LADY ANTEBELLUM
6. Lonely - 2NE1
7. A thousand years - CHRISTINA PERRI
2.3.12
Cita-cita dan abu-abu
Hidup itu gak mungkin berjalan mulus mulus aja. Mungkin kelihatannya seperti jalan tol, luruuuss, teruss, muluuuss, eh tiba-tiba ada lobang besar atau kerikil yang agak menghambat perjalanan. Nah, itu juga yang terjadi dalam hidup. Mungkin rasanya lurus, lempeng, biasa aja, tapi sebenarnya, hidup itu bundar. Bukan seperti lagu topi saya bundar, tapi bundar mengitari. Seperti kata pepatah 'Dalam hidup, kadang kita berada di atas dan kadang di bawah.'
Bukan soal hidup, bukan ingin berfilosifi a La filsuf. Namun, sudah beberapa waktu belakangan, hal ini cukup menggelitik hati dan rasa penasaran saya.
Bermula dari kakak teman di kantor yang akan menikah September ini, lalu ada juga teman kantor yang merencanakan akan menikah November tahun ini, berakhir pada Alodita yang ternyata baru saja bertunangan. Saya jadi iri.
Saya tidak kenal Alodita, begitu pula sebaliknya. Tapi saya menyukai virtual personality-nya dan hasil jepretan dia. Bisa dibilang, dia cukup mempengaruhi hidup saya setengah tahun terakhir ini, terutama dalam hal pemikiran dan cara pandang melalui blog-nya.
Yang membuat saya iri adalah.. sebagai seorang perempuan, saya juga memimpikan pernikahan saya yang spesial bersama pasangan untuk sekali seumur hidup. Sudah banyak imipian sejak dulu, bahkan sejak saya belum punya pacar, belum tahu rasanya pacaran, masih ngimpiin gebetan, impian sejenis ini sudah bersliweran di benak. Bahkan sampai terakhir kali kami berbincang mengenai rencana ke jenjang yang lebih mantap lagi. Saya masih ingat perbincangan terakhir kami.
Kini, saat ini, semua terasa abu-abu.
Hidup adalah soal pilihan dan manusia adalah makhluk yang berubah-ubah. Sebentar mau A, sebentar mau B, taunya ambil D sama dapet J. Tidak bisa ditebak. Dan itu berlaku pula pada saya. Pemikiran saya tiba-tiba berubah. Mendadak, perlahan.
Sekitar dua atau tiga hari ini, saya memikirkan soal pendidikan, masa depan, dan cita-cita saya. Saat semua bersliweran jadi satu, rasanya pengen menghela napas sedalam-dalamnya. Penyesalan, rasa senang akan khayalan untuk masa depan, dan cita-cita yang belum tercapai jadi satu. Mereka menyatu bagai, seperti diputar perlahan di fillm-film saat tokoh utamanya tiba-tiba menerawang jauh ke depan.
Kalau mau menilik lebih dalam, sebenarnya saya ini sedang penasaran-penasarannya dengan hal-hal yang ada di sekitar saya. Mungkin pertumbuhan otak saya agak lambat karena jarang mengkonsumsi omega 3. Rasa ini menyeruak perlahan setelah hasil pengamatan yang cukup lama terhadap kehidupan di sekitar saya. Karena setiap hari bertemu dengan banyak orang yang ragam dan jenisnya rupa-rupa, saya jadi ikut belajar secara tidak langsung bahwa hidup itu tidak melulu soal A. Masih ada 25 soal lainnya, atau mungkin lebih dari itu. Dan kalau diminta untuk memilih saat ini, jujur, saya masih ingin, amat sangat ingin belajar. Saya masih ingin kuliah (lagi).
Mungkin memang kita masih muda. Mungkin saya masih terlalu muda. Tapi apa salahnya jika saya menjalani keduanya? Tentu ada kendalanya. Bagaimana bisa bertahan di usia muda dengan berbagai kendala ini? Tidak mungkin mengeluh pada orang tua. Dan begitulah setiap hari, setiap timbul pertanyaan, akan ada jawaban lalu timbul pertanyaan lain hingga disambut jawaban lain, dan seterusnya. Semua masih abu-abu...
Belum ada keputusan akhir dari semua rencana dan khayalan yang kian lama membumbung tinggi. Sejauh ini, jika memang belum saatnya, saya ingin kuliah lagi. Mempelajari sastra. Lebih dalam. Sastra Indonesia adalah pilihan saya. Jika Tuhan mengijinkan, semoga jalan tulus ini dipermudah.
Hidup adalah soal pilihan. Dan kalau ini pilihan terbaik untuk saat ini, apa salahnya mengesampingkan sejenak hal yang masih tampak abu-abu? Toh, hidup tidak melulu mulus dan manis, kadang ada pahit, asam, dan getirnya.
Ini hanya pemikiran saya semata, apa pemikiranmu?
Bukan soal hidup, bukan ingin berfilosifi a La filsuf. Namun, sudah beberapa waktu belakangan, hal ini cukup menggelitik hati dan rasa penasaran saya.
Bermula dari kakak teman di kantor yang akan menikah September ini, lalu ada juga teman kantor yang merencanakan akan menikah November tahun ini, berakhir pada Alodita yang ternyata baru saja bertunangan. Saya jadi iri.
Saya tidak kenal Alodita, begitu pula sebaliknya. Tapi saya menyukai virtual personality-nya dan hasil jepretan dia. Bisa dibilang, dia cukup mempengaruhi hidup saya setengah tahun terakhir ini, terutama dalam hal pemikiran dan cara pandang melalui blog-nya.
Yang membuat saya iri adalah.. sebagai seorang perempuan, saya juga memimpikan pernikahan saya yang spesial bersama pasangan untuk sekali seumur hidup. Sudah banyak imipian sejak dulu, bahkan sejak saya belum punya pacar, belum tahu rasanya pacaran, masih ngimpiin gebetan, impian sejenis ini sudah bersliweran di benak. Bahkan sampai terakhir kali kami berbincang mengenai rencana ke jenjang yang lebih mantap lagi. Saya masih ingat perbincangan terakhir kami.
Kini, saat ini, semua terasa abu-abu.
Hidup adalah soal pilihan dan manusia adalah makhluk yang berubah-ubah. Sebentar mau A, sebentar mau B, taunya ambil D sama dapet J. Tidak bisa ditebak. Dan itu berlaku pula pada saya. Pemikiran saya tiba-tiba berubah. Mendadak, perlahan.
Sekitar dua atau tiga hari ini, saya memikirkan soal pendidikan, masa depan, dan cita-cita saya. Saat semua bersliweran jadi satu, rasanya pengen menghela napas sedalam-dalamnya. Penyesalan, rasa senang akan khayalan untuk masa depan, dan cita-cita yang belum tercapai jadi satu. Mereka menyatu bagai, seperti diputar perlahan di fillm-film saat tokoh utamanya tiba-tiba menerawang jauh ke depan.
Kalau mau menilik lebih dalam, sebenarnya saya ini sedang penasaran-penasarannya dengan hal-hal yang ada di sekitar saya. Mungkin pertumbuhan otak saya agak lambat karena jarang mengkonsumsi omega 3. Rasa ini menyeruak perlahan setelah hasil pengamatan yang cukup lama terhadap kehidupan di sekitar saya. Karena setiap hari bertemu dengan banyak orang yang ragam dan jenisnya rupa-rupa, saya jadi ikut belajar secara tidak langsung bahwa hidup itu tidak melulu soal A. Masih ada 25 soal lainnya, atau mungkin lebih dari itu. Dan kalau diminta untuk memilih saat ini, jujur, saya masih ingin, amat sangat ingin belajar. Saya masih ingin kuliah (lagi).
Mungkin memang kita masih muda. Mungkin saya masih terlalu muda. Tapi apa salahnya jika saya menjalani keduanya? Tentu ada kendalanya. Bagaimana bisa bertahan di usia muda dengan berbagai kendala ini? Tidak mungkin mengeluh pada orang tua. Dan begitulah setiap hari, setiap timbul pertanyaan, akan ada jawaban lalu timbul pertanyaan lain hingga disambut jawaban lain, dan seterusnya. Semua masih abu-abu...
Belum ada keputusan akhir dari semua rencana dan khayalan yang kian lama membumbung tinggi. Sejauh ini, jika memang belum saatnya, saya ingin kuliah lagi. Mempelajari sastra. Lebih dalam. Sastra Indonesia adalah pilihan saya. Jika Tuhan mengijinkan, semoga jalan tulus ini dipermudah.
Hidup adalah soal pilihan. Dan kalau ini pilihan terbaik untuk saat ini, apa salahnya mengesampingkan sejenak hal yang masih tampak abu-abu? Toh, hidup tidak melulu mulus dan manis, kadang ada pahit, asam, dan getirnya.
Ini hanya pemikiran saya semata, apa pemikiranmu?
23.1.12
Heartbreak-Love
Bukan. Bukan saya yang sedang patah hati ataupun putus. Bukan soal patah hati juga yang akan ada disini. Hanya beberapa hal klise tentang hal yang sangkut-menyaut dengan patah hati, putus cinta.
Bukan terinspirasi, bukan juga mau nulis biografi. Tapi kisah sahabat dekat, membuat saya tergugah untuk menulis tentang ini. Beriring John Mayer-Comfortable :)
Hanya ingin menyampaikan bahwa saya bukan orang yang kreatif. Semua kata-kata, apa yang saya hasilkan dimana-mana kebanyakan adalah hasil 'terinspirasi'. Dimanapun, kapanpun, saat apapun itu. Tidak salah dan tidak benar menurut saya. Saya bukan manusia yang bisa menciptakan karya-karya atau apapunlah itu yang original. Tidak juga kamu atau kalian. Hanya Tuhan, Dia-lah yang paling original sejagat raya alam semesta bimasakti dan sekitarnya ini.
Kembali ke persoalan patah hati, putus cinta. Ada banyak hal yang bisa mempengaruhinya. Menurut pengalaman teman-teman yang curhat sejak jaman putih-abu-abu dulu sampai sekarang, tidak pernah ada satu orang yang patah hati hanya karena satu alasan yang itu-itu aja. Tapi kebanyakan putus karena 'beda'. Entah beda prinsip, beda fisik, beda tujuan, sampai beda yang paling mendasar : beda keyakinan.
Saya belum pernah mengalami perbedaan se'dasar' ini. Pacaran pun baru sekali, semoga ini juga yang terakhir kali :) Tapi, bagaimana rasanya bagi mereka yang mengalami ini? Sedih? Tentu. Dengar saja lagu Marcell yang judulnya Peri Cintaku. Klise tapi nyangkut dengan dahsyatnya di hati.
Serba salah. Mungkin masalah selanjutnya yang harus dihadapi. Masing-masing harus bisa 'let it go' dan 'move on'. Keduanya harus dijalani dengan sedikit paksaan. Untuk bisa lepas dari 'rasa' yang masih menggebu-gebu tapi tak sampai, sulit sekali bisa menerapkan kedua itu, bahkan salah satunya. Jauuuhh lebih susah dari merelakan gebetan yang ternyata hanya memberi harapan palsu selama nyaris dua tahun. Oke, kenapa saya jadi curhat? Tapi benar adanya, kejadian itu membuat saya sulit 'let him go' dan 'move on' selama nyaris dua tahun lamanya. Otak, hati, dan pikiran seperti layang-layang yang digambari wajahnya, sementara waktu menjadi tali yang menarik ulur layang-layang sampai akhirnya waktu jugalah yang memutus tali tersebut karena telah usang. Belum 'jadian' saja sudah sulit begitu, apalagi yang sudah jalan bersama?
Tidak usah dibayangkan, tidak usah dipikirkan. Disini tempat untuk menyampah pikiran-pikiran agar tidak busuk dieram di otak lalu jatuh ke hati :p
'Keep in touch'. Salut pada sohib saya dan pasangannya ini. Mereka terlihat cocok sejak saya melihat keduanya berkunjung ke rumah. Pipi keduanya bersemu merah tiap saya goda soal hubungan mereka-yang pada saat itu saya pun belum tahu mereka sudah jadian atau belum. Tapi kejadian dan keputusan bersama mereka ini agak menyayat hati saya juga. Sebagai sahabat dekat dan nyaris senasib, saya bisa merasakan apa yang dirasakan sahabat saya ini. Tapi saya bisa apa? Mendengarkan dan berucap,"Sabar" adalah yang saya bisa sampai sejauh ini. Sedih sekaligus senang bercampur aduk saat mendengar ceritanya. Tapi kembali lagi, saat dia tiba-tiba terdiam setelah cerita panjang lebar, saya bisa apa? Saya tahu yang dia rasakan, pastinya jauh lebih sakit dari yang saya rasakan. Namun, dari semua ceritanya, satu pesan kekasihnya untuk dia. "Kita harus tetap 'keep in touch' ya." Walau kenyataannya pasti sulit untuk mempraktekannya dan memang benar begitu. Mereka harus tetap berhubungan baik tanpa harus terbawa perasaan yang sedang menggebu-gebu. Mungkin rasanya seperti mencoba nyebrang lautan pake perahu tapi kita harus mendayung perahu tersebut jauh dari tepi pantai untuk bisa sampai di bibir pantai.
'Ketidakcocokan satu sama lain' menjadi klise saat perbedaan yang paling mendasar ini berbicara. Buktinya, Indonesia dengan beraneka ragam suku dan budaya yang berbeda satu sama lain tetap bisa hidup bersama dan baik-baik saja. Memang kadang ada gejolak amarah, perbedaan yang tiba-tiba tampak mencolok dan sulit ditengahi, tapi mau apa lagi? Menerimanya dengan lapang dada dan saling memperbaiki diri masing-masing untuk bisa menjadi lebih baik adalah jalan terbaik. Toh, kalau kita buka mata lebar-lebar, Tuhan saja menciptakan mahluk hidup berbeda-beda. Diciptakan berbeda-beda agar lebih berwarna, saling menolong, dan menopang. Seperti tubuh kita yang di dalamnya terdapat organ dan indera yang berbeda-beda fungsi dan letaknya, mereka diciptakan berbeda untuk saling menopang hidup kita, bukan untuk saling merusak ataupun merasa dirinya yang paling benar dan penting.
Kamis yang lalu, untuk pertama kalinya saya mendengar kata 'cinta' terucap langsung dari bibirnya untuk saya. Bukan senang atau bahagia yang saya rasa. Klise yang ada. Telinga ini belum siap mendengar kata itu karena saat hati merasakan dengungannya, ia merasa salah. Ya, cinta adalah anugerah, tapi dua tahun kami bersama, belum cukup bagi saya untuk bisa benar-benar menelaah arti kata cinta yang sebenarnya. Bukan hanya sekedar perasaan. Bukan hanya soal kebiasaan mengucapkan. Bukan hanya sebatas kata penyejuk hati. Masih banyak yang harus diarungi oleh kami untuk bisa memahami kata itu sejujur-jujurnya dan sedalam-dalamnya.
Terakhir, semoga kita selalu diliputi kebahagiaan, syukur, dan cinta di sekeliling dan di dalam diri masing-masing. Kebersamaan akan menumbuhkan kecintaan lalu berbuah keseimbangan yang membawa kebaikan dan kebahagiaan, amiiin :)
Cheers.
Bukan terinspirasi, bukan juga mau nulis biografi. Tapi kisah sahabat dekat, membuat saya tergugah untuk menulis tentang ini. Beriring John Mayer-Comfortable :)
Hanya ingin menyampaikan bahwa saya bukan orang yang kreatif. Semua kata-kata, apa yang saya hasilkan dimana-mana kebanyakan adalah hasil 'terinspirasi'. Dimanapun, kapanpun, saat apapun itu. Tidak salah dan tidak benar menurut saya. Saya bukan manusia yang bisa menciptakan karya-karya atau apapunlah itu yang original. Tidak juga kamu atau kalian. Hanya Tuhan, Dia-lah yang paling original sejagat raya alam semesta bimasakti dan sekitarnya ini.
Kembali ke persoalan patah hati, putus cinta. Ada banyak hal yang bisa mempengaruhinya. Menurut pengalaman teman-teman yang curhat sejak jaman putih-abu-abu dulu sampai sekarang, tidak pernah ada satu orang yang patah hati hanya karena satu alasan yang itu-itu aja. Tapi kebanyakan putus karena 'beda'. Entah beda prinsip, beda fisik, beda tujuan, sampai beda yang paling mendasar : beda keyakinan.
Saya belum pernah mengalami perbedaan se'dasar' ini. Pacaran pun baru sekali, semoga ini juga yang terakhir kali :) Tapi, bagaimana rasanya bagi mereka yang mengalami ini? Sedih? Tentu. Dengar saja lagu Marcell yang judulnya Peri Cintaku. Klise tapi nyangkut dengan dahsyatnya di hati.
Serba salah. Mungkin masalah selanjutnya yang harus dihadapi. Masing-masing harus bisa 'let it go' dan 'move on'. Keduanya harus dijalani dengan sedikit paksaan. Untuk bisa lepas dari 'rasa' yang masih menggebu-gebu tapi tak sampai, sulit sekali bisa menerapkan kedua itu, bahkan salah satunya. Jauuuhh lebih susah dari merelakan gebetan yang ternyata hanya memberi harapan palsu selama nyaris dua tahun. Oke, kenapa saya jadi curhat? Tapi benar adanya, kejadian itu membuat saya sulit 'let him go' dan 'move on' selama nyaris dua tahun lamanya. Otak, hati, dan pikiran seperti layang-layang yang digambari wajahnya, sementara waktu menjadi tali yang menarik ulur layang-layang sampai akhirnya waktu jugalah yang memutus tali tersebut karena telah usang. Belum 'jadian' saja sudah sulit begitu, apalagi yang sudah jalan bersama?
Tidak usah dibayangkan, tidak usah dipikirkan. Disini tempat untuk menyampah pikiran-pikiran agar tidak busuk dieram di otak lalu jatuh ke hati :p
'Keep in touch'. Salut pada sohib saya dan pasangannya ini. Mereka terlihat cocok sejak saya melihat keduanya berkunjung ke rumah. Pipi keduanya bersemu merah tiap saya goda soal hubungan mereka-yang pada saat itu saya pun belum tahu mereka sudah jadian atau belum. Tapi kejadian dan keputusan bersama mereka ini agak menyayat hati saya juga. Sebagai sahabat dekat dan nyaris senasib, saya bisa merasakan apa yang dirasakan sahabat saya ini. Tapi saya bisa apa? Mendengarkan dan berucap,"Sabar" adalah yang saya bisa sampai sejauh ini. Sedih sekaligus senang bercampur aduk saat mendengar ceritanya. Tapi kembali lagi, saat dia tiba-tiba terdiam setelah cerita panjang lebar, saya bisa apa? Saya tahu yang dia rasakan, pastinya jauh lebih sakit dari yang saya rasakan. Namun, dari semua ceritanya, satu pesan kekasihnya untuk dia. "Kita harus tetap 'keep in touch' ya." Walau kenyataannya pasti sulit untuk mempraktekannya dan memang benar begitu. Mereka harus tetap berhubungan baik tanpa harus terbawa perasaan yang sedang menggebu-gebu. Mungkin rasanya seperti mencoba nyebrang lautan pake perahu tapi kita harus mendayung perahu tersebut jauh dari tepi pantai untuk bisa sampai di bibir pantai.
'Ketidakcocokan satu sama lain' menjadi klise saat perbedaan yang paling mendasar ini berbicara. Buktinya, Indonesia dengan beraneka ragam suku dan budaya yang berbeda satu sama lain tetap bisa hidup bersama dan baik-baik saja. Memang kadang ada gejolak amarah, perbedaan yang tiba-tiba tampak mencolok dan sulit ditengahi, tapi mau apa lagi? Menerimanya dengan lapang dada dan saling memperbaiki diri masing-masing untuk bisa menjadi lebih baik adalah jalan terbaik. Toh, kalau kita buka mata lebar-lebar, Tuhan saja menciptakan mahluk hidup berbeda-beda. Diciptakan berbeda-beda agar lebih berwarna, saling menolong, dan menopang. Seperti tubuh kita yang di dalamnya terdapat organ dan indera yang berbeda-beda fungsi dan letaknya, mereka diciptakan berbeda untuk saling menopang hidup kita, bukan untuk saling merusak ataupun merasa dirinya yang paling benar dan penting.
Kamis yang lalu, untuk pertama kalinya saya mendengar kata 'cinta' terucap langsung dari bibirnya untuk saya. Bukan senang atau bahagia yang saya rasa. Klise yang ada. Telinga ini belum siap mendengar kata itu karena saat hati merasakan dengungannya, ia merasa salah. Ya, cinta adalah anugerah, tapi dua tahun kami bersama, belum cukup bagi saya untuk bisa benar-benar menelaah arti kata cinta yang sebenarnya. Bukan hanya sekedar perasaan. Bukan hanya soal kebiasaan mengucapkan. Bukan hanya sebatas kata penyejuk hati. Masih banyak yang harus diarungi oleh kami untuk bisa memahami kata itu sejujur-jujurnya dan sedalam-dalamnya.
Terakhir, semoga kita selalu diliputi kebahagiaan, syukur, dan cinta di sekeliling dan di dalam diri masing-masing. Kebersamaan akan menumbuhkan kecintaan lalu berbuah keseimbangan yang membawa kebaikan dan kebahagiaan, amiiin :)
Cheers.
Langganan:
Postingan (Atom)