28.9.10

topeng dan koreng ...

gadis itu bertopeng
kini senyumnya tak setulus jiwa
hatinya perlahan penuh dengan koreng
gadis itu pun ragu akan dirinya
pantaskah ia disebut gadis?
bahkan sejak tinta ini pertama digoreskan
gadis itu butuh pundi
tak kuasa ia buta karenanya
ingin ia hidup lepas dari sangkarnya
gadis itu kadang tertawa
saat ia marah
saat ia merah
gadis itu menangisi ibunya
karena banyak kecewa yang ia tebar
sementara rindu tertanam mati di hatinya
gadis itu membenci hidupnya
tersemat amarah dalam belenggu aturan
dan ia meronta kesakitan
gadis itu rindu kasih sayang
tahun lalu ia temukan
tapi kini palsu meredam
gadis itu menyesali perbuatannya
tanpa janji yang lagi ditebar
ia hanya ingin menemukan damai dan cinta
di tengah kebusukan yang tersebar ...

BSD, 27 Sept'10
17:59

Kala Sang Surya Tenggelam ...

Surya tenggelam ditelan kabut kelam
Senja nan muram di hati remuk redam
Jalan berliku dalam kehidupan
Dua remaja kehilangan
Penawar rindu kasih pujaan
Menempuh cobaan
Malam mencekam, rembulan sendu rawan
Anak perawan menanggung rindu dendam
Jalan berliku dalam kehidupan
Dua remaja kehilangan
Penawar rindu kasih pujaan
Menempuh cobaan

Kala Sang Surya Tenggelam-Chrisye

Melodinya, kata2nya, suaranya penyanyinya, semua melebur jadi satu dan saya cinta lagu ini. Seperti menyindir kehidupan ini tapi saya suka, saya cinta ..

23.9.10

meracau ...

Sebagai manusia, kita diciptakan dengan dua mata, dua telinga, satu hidung dan satu mulut. Dua mata untuk kita bisa melihat dengan jelas agar bisa membedakan mana yang benar dan salah. Dua telinga untuk kita bisa mendengar lebih banyak lagi. Satu hidung dan satu mulut, jumlahnya hanya satu. Kalau hidung, jelas, fungsinya untuk bernapas masukin oksigen ke paru2 demi kelangsungan hidup. Kalau mulut? Fungsinya juga jelas, untuk bicara. Kerja telinga dan mulut harus kompak. Lebih banyak mendengar dan sedikit berbicara. Dan itu semua barusan adalah pendapat saya dari bacaan dan ilmu sosial.

Faktanya, sebagai manusia justru kadang saya atau mungkin kita lebih banyak berbicara daripada mendengar. Dan entah kenapa, setiap ucapan saya, pendapat dan saran saya bukannya bikin orang lain menjadi lebih terbuka pemikirannya malah bikin orang lain jadi tambah pusing. Apa emang udah takdirnya gitu? Kadang sih rasanya sedih saat kita dengan semangat dan setulus hati memberi saran dan masukan tapi nyatanya malah kebulakannya. Olalaaa .. atau mungkin ini seperti karma karena sering menyampingkan saran atau masukan dari orang tua, seperti nasihat2 mereka. Haduh duh duh biyuuung. Atau emang salah ya terlalu peduli ? Lama2 bingung gimana cara menyampaikan saran atau pendapat yang baik. Karena jujur, selama ini, dimanapun itu, keluarga, teman, organisasi, teman dekat dan lain2, setiap pendapat atau saran yang terlontar dari mulut saya ini pasti cuma dianggap angin lewat. Walau kadang akhirnya didengar juga saat sudah kepepet. Cuma yaaa.. gitu deh..

Seperti meracau, mungkin itulah istilah yang tepat untuk saya. Kasian sama diri sendiri lama2. Yah, ambil hikmahnya ajalah yaa, mungkin memang saya harus lebih banyak mendengar lagi dan membaca daripada meracau ngga jelas dan malah bikin orang lain tambah pusing.