14.12.20

Belajar sabar dan bersyukur


Pandemi Covid-19 ini belum ada hilalnya kapan akan usai. Sementara pertumbuhan angka positif di Indonesia makin besar, walau itu hanya sebagian kecil saja yang dites kabarnya. Sementara, orang-orang sudah mulai jenuh, mulai berkumpul, mulai mudik, mulai beraktifitas layaknya tak ada pandemi.


Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَلَـنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَـوْفِ وَا لْجُـوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَ مْوَا لِ وَا لْاَ نْفُسِ وَا لثَّمَرٰتِ ۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ ۙ 

"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar," (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 155)

الَّذِيْنَ اِذَاۤ اَصَا بَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۙ قَا لُوْۤا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِ نَّـاۤ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ ۗ 

"(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali)." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 156)

اُولٰٓئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۗ وَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ

"Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 157)


Kita ini sedang diuji untuk bisa naik kelas. Dan bicara 'sedikit ketakutan' di masa pandemi, saya dan keluarga Alhamdulillah sudah kira-kira dua kali merasakannya. 


Pertama, 

Di Februari 2020, saya dan suami terkena batuk pilek yang cukup mengganggu. Kebetulan adek dan Bundo baru pulang dari Jepang sebelum kami sakit, dan kami sudah tau bahwa ada virus-virus nakal sedang merebak di Cina dan Jepang (saat adek dan Bundo baru sampai, langsung kami infokan untuk pakai masker setiap keluar dan banyak minum air). Disana juga ternyata sudah mulai banyak info tentang corona ini. Tapi namanya lagi jadi turis, kita ga bisa kontrol ketemu siapa saja, banyak juga turis dari Cina pada saat itu. Dan adik saya sempat demam tinggi 1 hari sebelum pulang kemari, padahal waktu itu sudah mulai diberlakukan temperature check di bandara, jadi agak ketar ketir takut adek ngga boleh terbang besoknya. Segala cara dicoba biar demamnya turun, dan dia jadi rajin minum plus doyan Tolak Angin gara-gara ini 😄 Alhamdulillah panas turun, kami berkumpul lagi, tapi kami tidak ketemu dulu untuk satu minggu, kalau pun terpaksa ketemu, adek dan bundo harus pakai masker. 


Tidak lama kemudian, saya dan suami kena batuk pilek. Kondisi saya sedang hamil kira-kira usia 4 menuju 5 bulan. Dari awal hamil saya memang mudah batuk pilek, hampir setiap bulan. Dan Februari ini suami ikutan batpil. Tapi dia sampai dadanya sesak, panas, sulit bernapas. Sampai 3 dokter dia datangi dan semuanya bilang kalau suami kena infeksi pernapasan dalam. Apakah suami tertular virus Covid-19? Wallahua'lam. Yang pasti suami ngga pernah segininya kalau sakit sebelumnya. Sampai dua minggu lebih baru sembuh, setelah itu pun masuk kerja tetap saya minta pakai masker, karena kita tidak tahu dan waktu itu kasus Covid disini belum merebak kabarnya. Kalau saya? Ya alhamdulillah ada sesak juga tapi ngga separah suami. Sungguh pembelajaran buat kami bahwa sehat amatlah sangat nikmat.


Kedua..

Agustus 2020, rekan kerja suami ada yang positif, satu ruangan dengan suami, sebut saja A. Sore itu juga ditelfon sama suami diminta siap-siap nginep rumah papa dulu. Suami khawatir sm saya dan anak-anak, ikhtiar menjaga sampai semuanya clear. Apalagi kami punya pengalaman tidak enak saat Zaki dirawat inap di Perina di usia 25 hari, sedihnya minta ampun. 


Suami tidak kontak dengan A, tetapi A kontak dengan B dan C, suami kontak dengan B kalau saya tidak salah ingat. Kemudian semua yang kontak dengan A melakukan rapid test, hasilnya mayoritas reaktif lalu semuanya diharuskan tes swab. Suami diminta isolasi mandiri di rumah selama 2 minggu, saya dan anak-anak pun mengungsi di rumah papa, tinggal nyebrang sih, tapi tetap saja rasanya sedih. Singkat cerita hasil tes rapid suami non reaktif dan kami bisa berkumpul lagi. Apa pelajaran yang kami dapat? Sungguh tidak enak rasanya, baik dari sisi suami maupun saya dan anak-anak. Ada rasa takut, rasa sedih ngga bisa berkumpul, rasa marah, semua menjadi satu. 3 hari pertama rasanya berat sekali. Saya selalu membatin,'Kenapa sih begini ya Allah? Kenapa harus pisah? Kenapa harus kita? Kenapa? Capek ya Allah harus begini (bolak balik ke rumah, anter jemput makanan dan piring suami sambil urus 2 bocils)' Padahal suami amat menjaga kebersihan dan lain-lainnya. Lalu Allah beri kami petunjuk, saya terutama. Saya diarahkan untuk membaca dan menonton cerita dokter dan perawat yang merawat pasien Covid, mereka yang berjibaku membantu masyarakat dalam ikhtiar sembuh, apa kabarnya perasaan mereka harus terpisah berminggu minggu, berbulan bulan, ngga ketemu orang tua, suami/istri, anak-anak mereka. Bagaimana kabar keluarga mereka yang ditinggal gugur saat bertugas? Tidak bertemu berminggu minggu lalu harus berpisah raga selamanya? Rasanya saya tertampar, saya menangis di kamar, di rumah papa. Saya chat suami. Ketakutan, lelah, semua yang kita rasakan ini belum ada apa-apanya dibanding mereka. Sungguh saya malu, amat tidak bersyukur. Astaghfirullah..


Melihat teman-teman, keluarga, banyak orang dekat merasa jenuh di rumah saja, sudah mulai ke tempat umum, membawa anak mereka dengan dalih tetap menjaga protokol kesehatan, sedih rasanya. Ini tanggapan saya pribadi ya. Kenapa? Protokol kesehatan itu nomer satunya adalah menjauhi kerumunan, bukan? Apakah mati jika di rumah saja? Banyak sekali yang bisa dilakukan sebenarnya walau di rumah saja, masyaAllah. Belum lagi sudah mulai banyak yang mudik. Kangen katanya dengan keluarga. Padahal, saat kasus positif masih di angka seribuan, mudik dilarang, yang wajib seperti solat Jum'at pun dilarang. Dan kita sebagai muslim diperintahkan Allah dan Nabi untuk mentaati pemimpin kita, seperti apapun pemimpin kita, wajib kita taati selama mereka tidak menyerukan untuk berbuat maksiat atau kerusakan. Apakah ngga terpikir oleh mereka yang mudik kalau bisa saja kita yang membawa virus (carrier)? Kalau sampai iya, bukankah kita dzolim dengan keluarga yang kita datangi? Na'udzubillahimindzalik.. belum lagi, masyarakat +62 ini serba ngga enakan. Misal kita mudik, bawa bayi, menggemaskan (masyaAllah), ketemu sanak saudara yang pegang-pegang, cium sana sini (entah mereka sudah cuci tangan atau belum, sedang sakit atau tidak), apa berani menolak? Prakteknya sih pasrah ya, alasannya ngga enak, toh nanti bisa dibersihkan, insyaAllah aman (aamiinn). Tapiiii apa rasa ngga enak itu mengalahkan rasa sayang kita ke anak kita? Masa iya mau mengorbankan anak demi rasa ngga enak? Mohon maaf, saya dan suami bukan tipe yang begini insyaAllah ya. Terang-terangan saya minta mertua, orang tua, siapapun yang mau pegang anak saya untuk cuci tangan dulu, kalau sakit jangan dekat-dekat dan harap pakai masker. Tentu dengan cara yang baik, walau kadang saya sering kelepasan 🙏 Tapi pengalaman anak diopname saat bayi sungguh jadi pelajaran berharga untuk saya sekeluarga. Semoga kalian tidak perlu mengalaminya.


'Emangnya ngga kangen mudik? Ngga kangen sama keluarga lain?' Kangen! Banget! Hampir setahun ngga ketemu. Tapi demi kebaikan bersama, kami harus bersabar, membuang jauh ego. InsyaAllah, nanti akan Allah pertemukan kembali di waktu terbaik menurutNya.


2020 ini benar-benar tahun untuk belajar. Banyak belajar. Belajar sabar, belajar bersyukur, belajar ikhlas. "Kita sering baru bisa bersyukur saat melihat cobaan orang lain. Baru sadar kalau cobaan buat kita ini ngga ada apa-apanya dibanding cobaan orang lain. Baru sadar kalau Allah sayang banget sama kita," ucap suami.


Di penghujung tahun, semua masih sama di keluarga kami. Tidak ada acara keluar rumah kecuali mendesak sekali seperti kerja, imunisasi, belanja kebutuhan sehari-hari yang tidak bisa via online, atau solat Jum'at. Solat Jum'at ini pun baru-baru saja kami terapkan kembali, dengan menjaga jarak dan terus memakai masker tentunya, membawa sajadah antiair sendiri. Setelah pulang kerja atau bepergian selalu langsung mandi, sabunan, keramas, cuci dan bersihkan semua barang yang tadi kami bawa atau sentuh dengan disinfektan. Semua belanjaan mau online atau bukan, selalu dibersihkan satu per satu dengan disinfektan atau tissue antibakteri (yes, bukan tissue antivirus, karena ngga ada kan? 😅). Semua jajanan masakan yang dibeli via online food juga dibersihkan dulu lalu dihangatkan sebelum dimakan. Semua yang dari luar harus discreening dulu pokoknya. Lebay? Terserah. Yang pasti sebagian besar yang kami lakukan ini protokol kesehatan yang terus digaungkan di tivi kemarin-kemarin. Selain itu, kami peduli dengan kesehatan orang tua, anak-anak kami, dan tentunya diri sendiri. Memang nyawa Allah yang pegang, sudah ada jatahnya umur masing-masing. Sakitpun Allah yang ijinkan kena atau tidaknya. Tapi kalau kita abai atau sekedar 'ngga enak-an' sama orang lain lantas mengorbankan diri sendiri dan keluarga, bukankah itu termasuk dzolim? 


Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَمَاۤ اَصَا بَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍ ۗ 

"Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS. Asy-Syura 42: Ayat 30)


Mari perbanyak istighfar, minta pada Allah untuk dijauhkan dari qadr buruk, kejahatan, orang-orang jahat, segala jenis penyakit, fitnah dunia dan lainnya. Selanjutnya ikhtiar, menjaga tubuh sempurna pemberian Allah ini. Terakhir, pasrahkan semua kepada Allah, karena Allah adalah sebaik-baiknya Pengatur, Allah Maha Tahu, Allah Maha Adil.


Tempatkan Allah selalu di awal dan akhir hidup, mulai semua dengan nama Allah, Sang Pemberi Kehidupan. Lalu usaha, dan akhiri dengan ama Allah juga. Jangan usaha dulu baru pasrah sama Allah, bisa jadi kita terhasut bisikan syaitan dan malah jadi menghebatkan usaha kita tersebut (walau kadang implisit). Karena kita manusia, mudah sekali jatuh pada godaan syaitan. Semoga Allah jaga kita selalu, senantiasa diberikan petunjuk dan hidayahnya agar selalu menjadi umatnya yang bersyukur.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَاۤ اِنْ نَّسِيْنَاۤ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَاۤ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَا قَةَ لَنَا بِهٖ ۚ وَا عْفُ عَنَّا ۗ وَا غْفِرْ لَنَا ۗ وَا رْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰٮنَا فَا نْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 286)


Wallahua'lam

10.11.20

Please, STOP!



"Kok kamu kurus banget pake baju ini keliatannya, Mas?"

"Kok makannya sedikit banget, tho?"

"Beratnya berapa? Jangan gendut-gendut, tho."

"Besar amat anaknya, jangan kegendutan ya."

"Kok kata Pakde Asep (nama samaran) anakmu gede banget, jangan kebesaran ya, mbak."

Daaann masih banyak lagi body shaming sejak dini kepada bayi dan balita. 

Why sih? Whyyy???

Perlukah kalimat-kalimat itu diucapkan? Pentingkah? Apa manfaatnya? Manfaat untuk si pengucap dan yang mendengarnya, adakah? Kenapa harus selalu mengomentari fisik? 

Mirisnya, kalimat-kalimat di atas seringnya kita terima dari orang-orang terdekat. Sedih ya? Banget! 

Internet dan kecanggihan teknologi membuat hubungan yang berjarak jadi lebih dekat. Tapi, kalau setiap bercengkrama yang dibicarakan hal-hal di atas, kira-kira malah bikin lebih dekat atau malah bikin yang mendengarkan menjauh? Saya sih lebih pilih menjauh, lebih jauh kalau perlu. Tapi itu salah, iya, pilihan saya salah. 

Bulan Oktober lalu saya ikut kuliah whatsapp dengan judul Parenting Nyaman, Bebas Insecure bersama IbuRakaRayi a.k.a Mbak Iput. Saya sudah lama menjadi follower beliau, dari jaman masih main ig dan mbak Iput bikin buku Kisah Air Hujan, kebetulan saya juga beli buku itu. Bagus deh. Kembali ke topik Parenting Nyaman, Bebas Insecure. Disini intinya dibahas, jadi orang tua memang sulit, amanah dari Allah sangatlah besar tanggung jawabnya sampai akhirat. Dan kita sebagai ayah atau ibu (terutama mak emaknya yg sering baperan), tidak bisa mengontrol komentar atau omongan orang lain juga lingkungan, yang bisa kita kontrol hanya diri sendiri, sisanya mari kita kembalikan lagi kepada Allah Yang Maha Mendengar, Maha Tahu, Maha Adil. Jadi, ga usah baper, ga perlu baper. Minta tolong sama Allah, berusaha mengontrol diri, menjadikan diri versi manusia, ibu, istri, anak terbaik, sisanya (lingkungan) tidak perlu ditanggapi terlalu serius, kalau tidak ada manfaatnya apalagi, tinggalkan. 

Yes, teori memang mudah. Praktek itu yang sulit. Sulitnya minta ampun.

Awal Oktober lalu juga saya dibuat syok. Kenaikan BB bayi saya (anak ke-2) cuma 100 gram, sodara sodara! Itu juga bantuan dari popok sm baju mungkin 😌 Berusaha tenang, tapi hati kocar kacir. Kenapa? Kok bisa? Apa yang salah? Kenapa anakku begini? Aku salah apa? Perasaan dia nyusu terus, kenceng. Apa yang salaaahh??? Menjerit dalam hati, pagi siang sore malam, tapi wajah tampak lempeng, jadi nobody knows. Udah sih curhat ke suami sama adek, tapi suami ya gitu lah,"Alhamdulillah, yang penting anaknya sehat." Ya iya sih, tetap harus bersyukur. Alhamdulillah anak ke-2 ini memang milestonenya lebih cepat, dari usia 2 hari sudah bisa angkat kepala, usia 2 bulan sudah bisa tengkurap sendiri, kepala sudah tegak dengan baik, usia 4 bulan sudah bs duduk sendiri, masyaAllah, Allah yang buat ini semua. Tapi kan sebagai ibu, aku harus tau apa yang bikin doi naik BB cuma 100 graaamm, 100 gram dalam sebulan, yang biasanya minimal 900 gram 😱😭

Singkat cerita, ternyata banyak faktor. Setelah saya tabayyun, kira-kira inilah faktor-faktornya :
1. Saya kurang minum air putih sejak September.
2. Saya terlalu multitasking, sibuk, baru join komunitas, baru aktif jualan, jadi ga fokus pada anak dan diri sendiri (termasuk minum air, ini penting banget lho!)
3. Anak bayi susah fokus saat nyusu. Mungkin karena asi seret dan kakaknya sering ngajak main waktu dia nyusu.
4. Stress! 

Jadi, faktor 1 & 2 mah ngertilah ya. Memang salah saya. Jadi setelah tabayyun, minta petunjuk sama Allah sampai mewek-mewek karena hanya sama Allah ku bisa mengadu, dan Allah yang paling Tau, Maha Mendengarkan, saya mulai minum air putih yang banyak lagi. Lalu muncul petunjuk lain dari  Allah, efek asi seret ini, setelah mulai minum lagi, BB anak masih belum naik (ngeceknya dengan cara nimbang sambil gendong - BB kita sendiri) dan yang keluar mayoritas hanya foremilk. Saya beli susu almond. Mulai nampak hindmilknya, saya belum puas. Tapi Alhamdulillah, hampir 10 hari, BB anak naik 200gr waktu dicek pas imunisasi. Belum puas, datang lagi petunjuk Allah dan kekepoanku, belilah Herbology Breasfeeding Capsul. Tadinya mau beli Herbs of Gold, tapi mengingat harga dan lain hal, kucoba produk dalam negri saja. Alhamdulillah sekarang sudah terasa lagi bocornya ASI, sudah banyak hindmilknya, dan nak bayi sudah mulai fokus lagi nyusunya.

Faktor ke-4, stress. 
Taukah kalian stress ini darimana asalnya? Dari komentar-komentar di atas. Saya ngga ambil pusing, saya ngga pikirin tapiii mereka (komentar-komentar.red) ternyata bergelayutan di alam bawah sadar. Suka timbul tenggelam sewaktu-waktu.

Bayangin, hampir setiap video call dengan orang terdekat, yang dikomentarin anak saya besar, dipesankan ke saya atau suami, dibilang jangan sampai kebesaran. Ya gimana? Bayi ASI ini, gimana ngontrolnya, mereka sendiri yang ngontrol kebutuhan ASI untuk diri mereka. Dan produksi ASI itu kan rumusnya 'supply by demand'. 

Lagian ya, buat apa sih komentar begitu? Salah ya bayi saya tampak besar? Kakaknya kurus juga salah kayaknya. Video call kan juga bikin orang terlihat lebih besar, kayak orang masuk tivi, jadi 2x lipat lebih lebar. 

Komentar-komentar di atas berhasil membuat bayi saya ga kebesaran lagi. Yang tadinya BB di atas rata-rata sedikit, jadi dibawahnya. Selamat, Anda berhasil! Susu ibunya pun ikut seret. 

Walau bukan satu-satunya faktor yang membuat ASI saya seret dan BB anak seret juga, tapi faktor ke-4 ini sumbangsihnya lumayan besar. Dia bergelantungan di alam bawah sadar si ibu. Sudah lama, sejak si bayi masih 'besar'. 

Sedih? Iya.

Lebay? Terserah ~

Tapi yasudahlah. 

Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.. Laa illaha illallah.. Hasbunallah wa ni'mal wakil..

Allah sebaik-baik penolong dan pemberi petunjuk. Berusaha ikhlas, dan praktek untuk membuang kalimat-kalimat buruk dari hati dan kepala, minta bantuan sama Allah ta'ala. 

Tapi juga, please, STOP!

Saya juga manusia yang banyak khilaf dan dosa, sebisa mungkin saya hindari berkomentar seperti itu, kalau saya ternyata masih begitu, tolong tegur saya. 

Tapi, please, STOP!

Berkomentar seperti itu tidak ada manfaatnya untuk si ibu, anaknya, dan mungkin si pengomentar (masa iya ada manfaat buat mereka sih?)

Please, STOP! Terutama berkomentar begitu pada ibu baru, ibu yang baru melahirkan, baru punya anak pertama. 

Semua akan dihisab sama Allah, semoga kita bisa menjaga ucapan, ketikan, dan perilaku agar tidak menyakiti orang lain dan merugikan diri sendiri.

Saya sudah maafkan, saya ikhlaskan, semoga dengan saya gores di blog ini, bisa saya lupakan juga. Tolonglah aku, ya Allah, hapuskan, bersihkan isi kepala dan hati ini.

".. ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati terasa tentram." (QS. Ar-Ra'd : 28)

"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak maka diamlah." (HR. Bukhari No. 6018 dan Muslim No. 47)

Please, STOP! 😊

9.3.16

Lokal Hotel, Jogja


Akhir Oktober 2015 lalu, saya bersama suami sempat weekend getaway sebentar ke Jogja. Selain karena memang suami dan adik ipar ke Jogja untuk menghadiri pameran percetakan, sekalian saja kami liburan. 

Kami berangkat dari Kudus sekitar jam 8 pagi dan sempat mampir di Banaran 9 Semarang arah Magelang untuk ngopi dan ngemil tempe mendoan lalu makan siang di Jejamuran Resto di daerah Sleman, Jogja. Sampai di Jogja sebenarnya agak terlalu cepat, jam 11an kami sudah tiba, jadi makanya sempat makan siang dulu di Jejamuran baru setelah itu ke acara pameran mesin percetakan dan mampir sebentar ke Malioboro untuk mencari titipan Ibu mertua.

Dari Malioboro ke Lokal Hotel sebenarnya cukup makan waktu ya, apalagi waktu itu hari Sabtu. Dari Malioboro saja sudah macet, belum lagi ada jalan yang ditutup jadi harus putar balik, dan sempat nyasar lewat jalan-jalan perumahan kecil gara-gara ngikutin petunjuknya GoogleMaps =,=" Entah sudah berapa kali dibuat bingung sama aplikasi ini, walau ujung-ujungnya sampai siiih tapi kan ya ga harus lewat jalan tikus dkk. 

Saya dan suami tiba di Lokal Hotel sekitar jam 6an. Tadinya kami mau langsung makan di restorannya yang berada persis di depan hotel dan parkiran, tapi mungkin lebih baik cek in dulu supaya setelah makan bisa langsung ke kamar dan tidur, ngga perlu angkat-angkat tas lagi dan buka tutup mobil. Lagipula suasana restoran waktu itu belum ramai, kata salah seorang waiternya juga biasanya baru ramai jam 8 malam ke atas jadi tidak perlu booking dulu, karena kalau booking harus minimal order 500rebong -,-" 500ribu buat dua orang bisa kenyang muntah-muntah jungkir balik sampe laper lagi itu. Suer dah.




Dari awal menginjakkan kaki di lobi hotel, kita sudah disambut dengan nuansa rumah. Lantainya berupa semen yang dihaluskan dan ada tegel kunci warna-warni cantik dengan motif kawung dan pencahayaan yang redup. Di serong kanan resepsionisnya terdapat meja panjang besar dengan beberapa kursi, entah itu untuk customer atau bukan, tapi sepertinya bisa dipakai untuk umum maupun kalau lagi ada briefing karyawan mungkin. Di meja panjang itu juga tersedia seperangkat iMac. Semua perangkatnya menggunakan Apple, mulai dari resepsionis, restoran, sampai di kamar. Di lobi juga ada satu sofa berukuran sedang dan dua kursi yang dipisahkan meja bundar kecil. Kalau kita menoleh ke arah kanan dari meja resepsionis, kolam renang akan nampak dari balik rindangnya tanaman hijau. Dikelilingi rumput, rasanya kolam renang cukup untuk menampung tamu hotel karena memang kamarnya juga tidak terlalu banyak.



Resepsionisnya sangat ramah dan helpful, penjelasannya pun mendetail dan jelas sekali. Untuk menuju ke kamar kami di lantai 3, kami dibantu oleh bellboy yang memang wajib dan sudah disediakan oleh hotel untuk mengantar tamu ke kamarnya, saya dan suami yang terbiasa bawa barang sendiri jadi agak segan, karena kalau diingat-ingat sejak saya kecil, setiap menginap di hotel, orang tua pun tidak pernah memanjakan kami untuk dibawakan tas dan perkakasnya, jadi yaaa agak ngga enak gimanaaa gitu pas dibawain tasnya sampai kamar. Saat akan diberikan uang tip pun masnya menolak dengan halus lalu pergi meninggalkan kami. 

Kami memesan kamar tipe C, dan itu berada di lantai 3. Sebenarnya saya pengen banget nyobain kamar tipe B karena kamarnya terdiri dari 2 lantai dan kasurnya ada di lantai 2 jadi pasti seru, tapi melihat harga dan waktu menginap yang singkat jadi yang C aja deh. Kalau tipe kamar A terdiri dari twin bed, cocok buat kakak beradik atau sahabat kalau mau menginap. 




Kamar kami tidak begitu luas tapi mempunya cukup ruang untuk bergerak. Kasurnya bersih dan cozy (berlapis bed cover hasil desain dari Lulu Lutfi Labibi dengan warna hitam putih), fasilitasnya lengkap (disediakan juga speaker untuk iPhone), makanan di dalam kulkasnya gratis, hanya saja untuk kebersihan kamar mandinya agak kurang dan perlu ditingkatkan. Saya sudah menginputnya di kertas kritik dan saran, semoga semakin diperhatikan ya kebersihannya.

Perut rasanya laper banget jadi ngga lama-lama di kamar, kami langsung ke restorannya. Duduk di dekat jendela dan memesan makanan yang sudah kami pilih sejak masih di rumah hahahaha. Berhubung budget terbatas dan akhir bulan, jadi kami sudah merencakan akan makan dan minum apa nanti di restorannya, untuk menunya bisa di lihat di web Lokal Hotel

Untuk rasa makanan dan minuman, nilainya 8,5 dari 10. Saya pesan Chicken Katsu with Pesto Sauce sementara suami memesan Dory Macombrang (Nasi yang ditanak dengan herbs dan ada ikan dory fillet plus telur mata sapi ditaburi saus macombrang), sedangkan minuman kami memesan Lemongrass Tea dan Orange Juice. Eh, ternyata kita dapet welcome drink (kami lupa >,<") berupa jus buah segar dua gelas tapi udah terlanjur pesan minuman ya udah deh, kekenyangan jadinya hahahaha. Suami sempat menyesal, karena awalnya dia mau pesan Nasi Goreng Roa karena katanya enak banget tapi entah kenapa dia pesennya malah Dory Macombrang, laki-laki kadang galau-an juga ya.






 Besoknya kami sarapan lagi di restoran. Untuk menu sarapannya disediakan beraneka jenis sereal, beraneka jenis buah potong segar, dua jenis jus buah, atau kita bisa memilih makanan berat sesuai di menu sarapannya (tersedia mulai dari nasi, mie, sampai bubur). Porsinya pun cukup banyak, jadi kalau makan kalian sedikit, bisa share sepiring berdua. Suasana restorannya di pagi hari cukup tenang dan sepi, hanya ada seorang waitress dan waiter dan beberapa pengunjung, pengunjung yang datang pun tidak melulu dari tamu yang menginap. Tapi suasananya yang homey banget bikin betah dan ngangenin, suami aja ngga pengen pulang kalau bisa haahahaha.









Kalau ada waktu dan kesempatan kami akan kembali ke Lokal Hotel Jogja. Hospitality dan makanannya top banget. Ini review pribadi saya dan suami, jadi kalau ke Jogja dan bosen sama hotel itu-itu aja, cobain deh ke Lokal Hotel. 

Selamat liburan! ^^

25.1.16

Tuna Melt Bruschetta


Akhir Desember sampai awal Januari kemarin rasanya sibuuukk banget, padahal cuma di rumah aja, kerjaan juga itu-itu aja (bebenah rumah dan bersih-bersih juga masak dan main game plus tidur siang #ups!). Dan di masa liburan kemarin saya banyak ngidam makanan yang ngga ada di Kudus T,T Kzl deh! Dan yang lagi bener-bener dipengenin itu yang berbau Italia seperti Garlic Bread, Pizza, Pasta, dan Bruschetta.

Alm. mama saya paling suka yang namanya Bruschetta, kalau ke Hartz Chicken Buffet (sekarang udah ngga ada deh kayaknya), Pizza Hut atau tempat makan yang berbau pizza atau Italia biasanya mama selalu pesan Bruschetta. Bruschetta sendiri menurut wikipedia adalah makan pembuka (appetizer) berupa potongan roti yang diolesi bawang putih dan olive oil lalu ditaburi garam. Semakin berkembang jaman, Bruschetta ini banyak divariasikan toppingnya. Kalau di Indonesia atau negara Asia lainnya (sok tau banget ya saya hahaha) kita mengenal roti yang diolesi bawang putih dengan olive oil atau butter dengan sebutan garlic bread, sementara bruschetta biasanya diberi topping tomat, keju, olive oil, atau bahkan scramble egg/telur orak-arik plus daging asap atau sosis.

Berhubung di Kudus cuma ada Paparonz Pizza-yang saya ngga suka, jadi mau ngga mau bikin sendiri deh. Mau ke Pizza Hut harus ke Semarang dulu, suami pun lagi sibuk banget kerjaannya. Jadilah beli roti tawar dan sekaleng tuna (ceritanya lagi ngidam banget Tuna Melt Pizza-nya Pizza Hut). Tapi ceritanya juga, saya lagi bereksperimen bikin versi agak rendah kalori dan lebih sehat kali ya, karena untuk keju hanya pakai mozarella dan mayonaise saya ganti dengan yogurt. Plus ada tambahan tomat dan bawang bombay. Udah lupa juga sih isinya Tuna Melt Pizza Hut apa aja jadi ya enjoy my recipe! Hihihiii

Tuna Melt Bruschetta
> skill : Easy
> prep time : ± 10-15 menit
> cook time : ± 10-15 menit 
> Qty : 6-10 bruschetta

Bahan :
3-5 lembar roti tawar atau roti gandum --> dipotong menjadi 2 per 1 helai roti
1 tbsp olive oil
1-2 tbsp butter atau margarin
1 kaleng ikan tuna --> saya pakai merk King's Fisher
2 tbsp plain yogurt
1 buah tomat ukuran sedang atau besar --> optional, potong dadu kecil
1/2 bawang bombay besar
3 siung bawang putih --> geprek lalu cincang halus (dibagi menjadi 2)
1 tsp blackpepper
1/2 tsp garam
bubuk cabai dan bubuk basil secukupnya
2 cups mozarella --> diparut kasar

Cara :
1. Preheat oven di 180˚C ± 8-10 menit. Siapkan tray untuk memanggang yang sudah dilapisi dengan kertas roti/baking sheet

2. Lelehkan butter/margarin lalu rendam 1/2 bagian dari bawang putih cincang ke dalam lelehan butter/margarine kemudian olesi masing-masing permukaan roti dengan garlic butter tsb. Sisihkan. *


3. Panaskan wajan, masukkan olive oil lalu tumis bawang bombay sampai agak layu kemudian tambahkan 1 kaleng ikan tuna, tumis sebentar. Dalam mangkuk terpisah, campur semua bahan dengan tumisan tuna dan bawang bombay lalu aduk rata. **


4. Tuang campuran ikan tuna dkk ke atas masing-masing roti lalu tambahkan mozarella di atasnya.


5. Panggang di dalam oven selama 10-15 menit sampai keju meleleh dan roti agak kecoklatan atau garing. Hiasi dengan taburan bubuk cabai atau blackpepper atau chili flakes.


*) Kalau saya suka memanggang dulu rotinya selama 5-10 menit sampai agak garing sebelum diberikan topping.


**) Jika ingin lebih melted bisa ditambahkan mozarella dan cheddar (atau Kraft melted) di dalam campuran ikan tuna ^^ Karena saya ingin bikin yang lebih sehat sedikit (sedikit ngga apa-apa lah ya yang penting niat :P) jadi mozarellanya cuma di toppingnya/diatasnya aja. 








Selamat mencobaaa, semoga suka yaaa! Kalau berani eksperimen sendiri biasanya akan menemukan kelezatan yang cucok di lidah, jadi otak atik aja resep saya ini. Ini original lhoo resepnya hahahaha (akhirnya yah, ngga nyontek foodblogger lain atau youtube :P). Enjoy!

Classic Chocolate Chip Cookies

Holaaa!





Musim liburan sudah tiba! Sayang, saya ngga bisa pulang kampung ke BSD dan liburan mungkin disekitaran Kudus atau Semarang aja. Tapi kalau anak-anak liburan pastinya ngga mungkin diem aja di rumah kan? Pasti mereka akan bosan. Jadi kalau memang tidak ada waktu atau budget untuk liburan keluar kota atau keluar negeri mungkin anak-anak bisa diajak 'bermain' di dapur ^^ Aktifitas ini ngga cuma Ibu yang berkontribusi lho, sang Ayah juga harus ikutan, jadi liburan mereka akan terasa sangat berkesan walau hanya di rumah saja.

Dulu kalau liburan Lebaran atau Natal waktu SD pasti banyak tugas dari sekolah, biasanya saya dan teman-teman disuruh membuat 100 soal untuk 1 mata pelajaran atau kadang di mixed antara matematika, IPA, dan IPS. Saya baru sadar saat beranjak dewasa kalau sistem ini bagus sekali jika diterapkan di tiap sekolah karena walau liburan, bukan berarti tidak membaca atau belajar. Jadi dengan tugas seperti itu, mau tidak mau si anak akan membaca buku pelajarannya untuk bisa membuat pertanyaan beserta jawabannya. Nah, kalau jaman sekarang sih kurang tau ya gimana, belum punya anak juga sih hihihii

Kali ini saya mau bagi-bagi resep comotan dari Good FoodDari dulu pengeeen banget bisa bikin cookies kayak Mrs. Fields atau yang suka dijual di cafe atau hotel. Cookiesnya itu crispy diluarnya tapi dalemnya bisa lembut dan lumer di mulut. Dan setelah browsing sana-sini, akhirnya saya menemukan resep cookies sederhana yang bisa dibilang miriplah sama Mrs. Fields. Untuk saya sebagai pemula, bisa dibilang resep ini sooo easy dan pasti in sha Allah berhasil! Yuk, mari cek bahan-bahan yang diperlukan dan cara pembuatannya ^^


Vintage Chocolate Chip Cookie
> skill : Easy
> prep time : ± 10-15 menit
> cook time : ± 10-15 menit 
> Qty : 20-25 cookies

Bahan :
1/2 + 1/8 cup salted butter (150gr) --> room temperature dan kalau pake unsalted butter nanti harus tambahin ± 1tsp garam di adonannya
1/3 cup brown sugar (80gr) --> saya pakai palm sugar
1/3 cup+1 tbsp gula pasir
1 butir telur
1+1/2+1/4 cup tepung terigu serba guna (225gr)
1/2 tsp baking soda
1/4 tsp garam
2 cups chocochip (200gr)
setetes vanilla essence atau 2 tsp vanilla extract

Cara :
1. Preheat oven di 180˚C ± 8-10 menit. Siapkan tray untuk memanggang yang sudah dilapisi dengan kertas roti/baking sheet

2. Campur semua bahan-bahan kering sampai rata.

3. Siapkan mixer, campur butter, gula palem dan gula pasir sampai adonan terasa menyatu (fluffy & light) dengan kecepatan medium. Tambahkan garam, vanilla essence/extract, dan telur dengan kecepatan low. Campur sampai benar-benar menyatu. Tambahkan chocochip dan aduk rata sebentar agar menyatu dengan adonan.*



4. Dengan menggunakan scoop es krim atau sendok makan, bentuk adonan menjadi bola-bola kecil dan susun di atas baking tray.



5. Panggang selama ± 8-10 menit sampai warnanya menjadi agak kecoklatan. 

*) Kalau tidak punya mixer, bisa diaduk dengan menggunakan tangan saja dan spatula atau apapun yang kokoh dan bisa untuk mengaduk adonan. 

Oh iya, setelah dikeluarkan dari oven, tekstur cookies masih lembut dan terlihat seperti belum matang. Awalnya saya yang pemula juga kaget, saya kira belum matang tapi ternyata saya salah. Cookies yang baru keluar dari oven, sebaiknya ditaruh di jaring-jaring panggangan atau dipindahkan dari loyang oven karena sebenarnya di dalamnya masih terjadi pemanggangan itu sendiri. Jadi panas dari oven dan baking tray masih berkutat di dalam diri masing-masing cookies tersebut. Kira-kira butuh waktu 10 menit sampai cookies dingin dan teksturnya perfecto!



Daaan, kalau dalam percobaan resep pertama yang nyontek ini, entah kenapa cookies saya ga meleleh sampai gepeng seperti yang dicontohkan oleh foodblogger atau chef yang ada di youtube, jadi saya harus sedikit menggepengkan bola-bola cookies sebelum dimasukkan ke dalam oven.


Kalau kalian suka tekstur cookies yang crispy luar-dalam, mungkin bisa dipanggang 10 menit lebih lama jadi totalnya dipanggang selama 20 menit (saya sudah mencobanya ^^ walau dalamnya masih agak lembut hehe. Karena saya ngga suka cookies yang garing :P). Mungkin kalian juga bisa menambahkan tepung terigu ke dalam adonannya sebanyak 1/4 cup (kalau ini saya belum coba, kalau kalian coba, kabar-kabarin ya! hihihii).

Selamat mencoba! Selamat bermain di dapur! ^^


16.12.15

Payung Merah



Kedua mata mereka saling bertatap. Diam seribu bahasa, hanya rintik hujan membunyikan genting, memecah kesunyian.

"Aku pergi...", ucap Lara perih sembari membawa kopernya berjalan keluar rumah, ke teras. Air matanya masih seperti gerimis, sementara langkah yang dinanti mengikuti tak kunjung datang, Lara membuka payung merahnya, menghela napas dalam, kembali melangkah menuju pagar.

Logika tidak lagi berkuasa di dalam kemudi otaknya, hanya ada kelibatan memori indah berputar di otak Dimas. Degup jantungnya makin bergemuruh di tiap langkah Lara, menjauh darinya. Hati ingin mengejarnya, menariknya kembali ke dalam rumah, memeluknya erat, berlutut di hadapannya jika perlu, dan berjanji bahwa semua akan baik adanya.

Dari dalam ruang tamu, payung merah itu sudah hampir menjauh. Kaki sang empunya berjalan melambat di dekat pagar,"Ah.. pasti dia akan menoleh, memintaku mengejar,"ucap Dimas dalam hati.

Jauh di pagar rumah, Lara memejamkan matanya, mengehela lagi napasnya sangat dalam. Berucap pada dirinya sendiri bahwa ini adalah keputusan yang bulat. Jangan pernah menoleh lagi ke belakang, kalau memang dia cinta, maka cinta itu akan menariknya kembali masuk ke dalam rumah. Dibukanya gerendel pagar, dan tanpa menutupnya kembali, Lara melangkah pasti berjalan di aspal menuju trotoar.

Rahang Dimas mengeras, tangannya mengepal. Logika berkata kalau mungkin memang mereka butuh berpisah sementara. Tetapi hati? Ia bertanya pada Dimas,'haruskah Lara pergi? Tidakkah cinta pantas digenggam lagi?' Dimas gundah. Ingin rasanya berteriak, namun lidahnya kelu. Hati kembali bersuara,'Kejar dia! Cintamu tidak pantas kau biarkan berlalu.'

Dimas berlari keluar rumah, melewati pagar yang setengah terbuka, mendapati payung merah dan empunya sudah jauh di depan sana. "LARA!"

Dimas berlari sambil terus meneriaki nama istrinya. Tubuhnya basah kuyup oleh hujan yang terjun bebas ke bumi. Semakin dikejar, payung merah malah terasa semakin jauh bersama empunya. Napasnya terengah, kelibatan memori indah dan sedih 6 tahun bersama Lara terus berputar-putar di kepala Dimas. Hanya ada Lara. Di kepala dan hatinya.

"LARA!"

Payung merah itu berhenti seiring langkah sang empunya. Gemuruh petir memecah suasana, mungkin para malaikat sedang asyik menyaksikan drama sepasang manusia ini.

Lara berbalik badan. Dilihatnya laki-laki yang sudah 6 tahun ini mengisi hidupnya penuh suka dan duka, tubuhnya lepek, rambutnya layu karena basah, napasnya terpogoh-pogoh, dan senyumnya... senyum itu merekah di hadapannya, diikuti pelukan erat dan hangat Dimas. Lara melepas payungnya hingga terjatuh ke aspal lalu memeluk erat Dimas. Wajahnya basah entah karena air mata atau hujan yang deras. Yang ia tahu, pernikahannya belum berakhir. Pertengkaran yang sering terjadi 3 bulan belakangan ini tidak mampu memisahkan mereka, setidaknya bukan sekarang. Walau buah hati belum hadir diantaranya, cinta Dimas dan Lara terus menguat di tiap cobaan.

Drama (nyaris) perpisahan ini sudah sering terjadi. Lara pun sebenarnya tidak ingin pergi meninggalkan rumah, tujuan pun dia tidak tahu kemana. Sudahlah, kini Dimas ada dalam pelukannya, berbisik hangat,"Ayo, kita pulang, sayang."

Payung merah itu diambil Dimas. Langkah mereka beriringan kembali ke rumah bernaungi payung merah, hadiah ulang tahun untuk Lara darinya 3 tahun yang lalu. Mungkin terlihat konyol atau sederhana, tapi yang Dimas mau adalah agar payung merah ini senantiasa melindungi Lara dari panas dan hujan, agar cintanya tidak sakit, agar cintanya senantiasa dinaungi cinta yang terus membara.

6.12.15

Chocolate Chip Muffin

Muffin!

Yes, saya lagi keranjingan baking hihihii. Kali ini mau cerita sedikit tentang chocolate chip muffin. Ini pertama kali saya buat choco chip muffin dan kedua kalinya saya membuat muffin. Hasilnya? ENAK! Suami sukaaa bgt ^^


Resep choco chip muffin ini saya dapat dari Little Sweet Baker. Mencari resep dan semua yang kita ingin tahu sekarang memang mudah sekali, asalkan ada internet, semua bisa dicari, kecuali #cintayanghilang ya :P Perjalanan mencari resep muffin ini juga bukan tanpa halangan karena, selain memang mudah dalam mencari apa yang mau kita cari dengan Google, kita akan dihadapkan dalam dilema karena mesin pencari itu memberikan banyaaaakkk sekali pilihan resep -,-" Jadi, saya cek satu per satu bahan dari satu baker ke baker yang lain, dari food blogger terkenal sampai yang saya baru tahu namanya (mungkin saya yang ngga kenal tapi sebenernya dia sudah terkenal hehehe). Perjalanan pencarian resep pun berakhir di Little Sweet Baker. Tapiii, bukan #dapuricha namanya kalau ngga modif resep orang (alasan sebenernya adalah ngga kreatif dan sotoy tingkat dewa).

Resep ini adalah resep yang kalau saya baca dari bahan, tulisan, gambar, dan penjelasannya paling menyentuh hati (cieelaaahh). Bener lho! Memasak, mencuci, mencintai, kalau ngga pakai hati, pasti hasilnya dan rasanya beda, bisa ngga karuan malah. Makanya, jangan main-main sama hati (halaaahh). Selain itu, semua yang dibutuhkan dalam membuat muffin ini ada di dapur saya, jadi, langsung deh eksekusi. Kalau mau lihat resep aslinya kalian bisa langsung visit blog doi, saya sebenernya cuma mengubah di bagian baking soda, di resep asli dia pakai 1 tsp baking soda, tapi saya modif jadi 1/2 tsp. Alasannya?

Jadi saya ini ceritanya lagi belajar baking atau bikin kue dkk, baru menemukan bedanya baking soda dan baking powder pas mau eksekusi resep ini. Banyak penjelasan njelimet yang saya temui dari yang berbahasa Inggris sampai berbahasa Indonesia. Intinya yang saya tangkap sih, baking soda itu kandungannya lebih banyak kimiawi daripada baking powder. Hati pun berkata,"Jangan banyak-banyak baking sodanya, nanti ngembang ngga karuan lho.." Oke, si sotoy ini pun mengikuti kata hati jadi dikurangin deh tuh baking sodanya jadi cuma 1/2.

Chocolate Chip Muffin
> skill : Easy
> prep time : ± 10-15 menit
> cook time : ± 40 menit 
> Qty : 16-20 muffin

Bahan :
2 cups tepung terigu serba guna
1 tbsp baking powder double acting*
1/2 tsp garam halus
1/2 cup unsalted butter (1 stick)
1/2 + 1/4 cup gula pasir
2 telur (room temperature) -> kocok
1 cup susu (room temperature)
1 cup chocochip/chocobar (u/ adonan) + 1/2 cup chocochip (u/ taburan)**
2 tetes vanilla essence***

Cara :
1. Preheat oven di 190˚C ± 8-10 menit. Siapkan loyang muffin/cups muffin kertas. Jika pakai loyang muffin langsung maka dilapisi butter atau mentega dulu dan taburi tepung terigu tipis-tipis.

2. Lelehkan butter, gula pasir, telur, dan susu di api kecil. Aduk tapi jangan terlalu lama. Matikan api, aduk sampai suhunya normal lagi (room temperature).

3. Aduk rata tepung terigu, baking powder, baking soda, dan garam sampai rata (kalau ngga, takutnya adonan ngembang sebagian doang atau asin di beberapa sisi saja). Campurkan adonan basah (no. 2) perlahan lalu aduk sampai benar-benar menyatu. Tambahkan chocohip , aduk sebentar di adonan (kalau pakai coklat yang mudah meleleh saya sarankan masukkan adonan setengah dulu, taburkan coklatnya lalu tuang lagi adonan sampai setinggi loyang. Based on pengalaman saya, Hersey's (saya pakai semi-sweet choco chip Hersey's) mudah meleleh jadi nanti adonannya ada guratan coklat dan coklatnya meleleh menyatu dengan adonan. Saya sih suka, tapi suami ngga begitu suka, mungkin kalian juga belum tentu suka :D. Tuang ke loyang muffin atau muffin cups.

4. Panggan di dalam oven selama 20-25 menit/sampai adonan dalam kering (saat ditusuk tusuk gigi tidak ada adonan yang tersangkut). Biarkan dingin sebentar sekitar 10 menit.





*) Pertama kali ke toko bahan kue, saya minta baking powder dan diberikanyalah saya sebungkus (sebesar genggaman tangan anak kecil) baking powder yang bentuknya seperti gula halus. Saat membuat cheese muffin, saya baru ngeh kalau baking powder yang saya punya ada tulisannya 'double acting'. Oke! Panik! Googling, dan ternyata baking powder itu ada dua jenis, yaitu Single Acting dan Double Acting. Jadi, intinya, 'single acting' itu kalau dipakai harus langsung di panggang atau direbus atau diapainlah biar mateng, kalau ngga nanti ngembang. Kalau 'double acting' bisa didiamkan dulu beberapa saat, agak lama juga ngga apa-apa, bagus buat bikin kue, roti, dll. Ngerti? Kalau ngga, googling sendiri yah hehehehe.

**) Chocochip ini saya anjurkan pakai yang semi sweet atau kalau suka malah dark (kalau ngga suka manis ya). Kalau saya sih adonannya saya pakai hersey's yang semi sweet, atasnya baru ditaburi choco chip yang ngga mudah meleleh dan rasanya ngga terlalu manis juga (ngga ada merknya-saya beli di toko bahan kue terdekat dan terkenal se-Kudus raya).

***) Kenapa hanya 2 tetes? Karenaaa suami dan saya ngga suka rasa dan aroma dari vanilla essence waktu di mulut. Bikin eneg. Susah sih cari vanilla ekstrak di sini. Jadi yaa kalau kalian punya vanilla ekstrak atau malah bisa beli biji vanilla langsung yang ada di supermarket gedongan di Jakarta bisa dipakai sesuai selera. Di resep aslinya dia pakai 1 tbsp vanilla ekstrak.

3.12.15

Cheese Muffin


Hola, Desember!!!

Saya senang sekali dengan bulan Desember, entah kenapa. Kalau jaman sekolah dulu paling senang bulan Desember karena ada liburan Natal dan Tahun Baru kurang lebih 2 minggu lamanya dan di tivi pasti film-film liburan Natal diputer. Home Alone aja ngga tau deh udah berapa kali diputer di tivi. Pengennya sih kalau bulan Desember pergi keluar negri, ke London mungkin, ngerasain salju atau Jepang. Tapi nabung dulu kali ya, insyaAllah secepatnya. Tapi saya dan suami kalo udah punya uang maunya naik haji dulu atau umrah, insyaAllah amiinn :)

Semenjak saya jadi full time istri rumah tangga, saya selain suka masak, sekarang lagi belajar baking alias bikin kue dan teman-temannya. Pertama kali belajar, saya ngikutin resep brownies dari 3 chef blogger luar negri, hasilnya? Kemanisan! Mungkin bule sukanya yang manis-manis ya? Karena resep mereka sudah saya kurangi setengah cup gula pasir lho.. hehehehe walau sebenernya dari tekstur udah pas, fudgy-chewy gitu dan luarnya garing. Saya ngga suka brownies yang teksturnya kayak cake karena selain rasanya aneh, bukankah seharusnya brownies itu kue bantet ya? Kenapa jadi cake? Jadi ya otak udah mendefinisikan seperti itu, lidah dan mulut jadi ngikut deh. Itu pendapat saya lho yaaa..

Kali ini bukan mau share resep brownies semi gagal saya tapiii saya mau share resep muffin keju, yeay! Ini adalah masterpiece ke-2 saya setelah brownies kemanisan itu dan merupakan hasil browsing sana-sini. Yup! selain di dapur saya juga hobi ngerecokin komputer suami hihihii. 

Resep ini saya dapat dari Home Cooking Adventure. Suka banget lihat youtube channel doi. Kayaknya masak sama bikin ini itu tuh gampaaang banget, ngga ribet (like i always said, saya adalah orang yang anti ribet :P), dan looks yummy! Walaupun begitu, saya modif dikit, dikit aja ya tapinya, kalau banyak-banyak takut gatot (gagal total) hahahaha.

Yuk, mulai!



cheese muffin

Cheese Muffin
> skill : Easy
> prep time : ± 10-15 menit
> cook time : ± 40 menit 
>Qty : 10-12 muffin

Bahan :
1 1/2 cups tepung terigu serba guna (saya pakai beruang biru)
1 tbsp gula pasir
2 tsp baking powder
1/2 tsp salt
2 cups keju parut/1 batang keju cheddar(saya pakai prochiz, lebih baik pakai cheddar yang bener2 cheddar)
3/4 cup susu cair (saya pakai diamond full cream)
1/4 cup lemon juice
1 butir telur -> kocok
1/4 cup unsalted butter
1-2 jumput blackpepper
*) bubuk paprika untuk topping (optional, saya tidak pakai karena tidak punya hehehe)

Cara :
1. Preheat oven di 190˚C ± 10 menit. Siapkan loyang muffin/cups muffin kertas. Jika pakai loyang muffin langsung maka dilapisi butter atau mentega dulu dan taburi tepung terigu tipis-tipis.

2. Aduk semua bahan kering (tepung terigu, baking powder, garam, gula pasir) sampai rata kemudian tambahkan keju parut dan blackpepper dan aduk sampai benar-benar rata.

3. Di mangkuk lain aduk susu, lemon juice atau perasan jeruk lemon, telur yang sudah dikocok, dan melted butter sampai rata.

4. Campur adonan no. 3 ke adonan kering lalu aduk sampai rata.

5. Tuang adonan ke loyang muffin/cups muffin pakai sendok makan atau scoop es krim sampai setinggi batas loyang. Sprinkle dengan sisa keju parut dan bubuk paprika (optional).

6. Panggang di dalam oven selama 20-25 menit sampai berwarna agak kecoklatan/sampai keju garing.





Saya coba pakai muffin cup dan hasilnya, tekstur dalam lebih moist dan kalau dimakan langsung setelah matang (plus didinginkan 10-15 menit) rasanya masih kayak agak terigu rasa keju. Saya kira gagal karena yang ngga pakai cup rasanya enak walau kejunya saya rasa perlu pakai cheddar meleleh yang asli dan bukan cheddar olahan. Tapi setelah saya cari tahu, di beberapa artikel dan blog, disampaikan kalau muffin memang paling enak disajikan atau dimakan sehari setelahnya. Jadi misalnya bikinnya malam, besok pagi rasanya jadi makin enak, mungkin karena adonannya butuh waktu untuk ngeblend satu sama lain ya.. Memang benar sih, soalnya besoknya (H+1) suami dan saya makan rasanya malah makin enak. Suami sampai habis 4 >,< gimana ngga tambah gembul -,-!

Selamat mencoba! Sampai jumpa di resep berikutnyaaa ^^