Entah ini namanya cobaan atau apa. Yang pasti, saya jadi mati rasa. Bingung mau apa. Semua mengalir begitu aja tanpa ada yang tau nantinya bagaimana. Semoga semua baik2 saja amiiin.
Entah sudah berapa makanan yang menjadi pelampiasan hari ini. Sampai detik ini pun, rasanya mulut masih ingin mengunyah, apapun itu asal rasanya enak. Ga peduli sehat atau ga, yang pasti harus enak biar hati saya jadi enak.
Entah harus bagaimana. Rasanya seperti yang dulu saya rasakan saat kelas 3 SMP. Rasanya benar2 mati rasa. Saya tidak siap dengan semua ini. Semoga, semua baik-baik saja.. amiiin...
18.10.10
17.10.10
Kasih sayang elektronik
Beberapa tahun terakhir, saya perhatikan makin banyak orang2 yang dekat tapi terasa jauh. Sebenarnya mereka berdekatan dan secara tidak sengaja menjauh karena teknologi yang semakin maju juga berkembang.
Di perjalanan pulang di kereta tadi, miris melihat pemandangan di depan saya. Dua pasang ibu-anak duduk berdampingan tapi masing2 asik dengan handphone mereka. Tidak ada obrolan kecil atau tatapan bahkan mungkin sekedar lirikan satu sama lain. Mereka tenggelam dalam keasyikan masing2.
Pasangan pertama yang duduk di serong kanan saya, mereka sudah ada sejak saya duduk. Sang ibu terlihat serius dengan BeBek-nya sementara si anak asik dengan handphone ber-antena miliknya. Tidak ada interaksi yang berarti di antara mereka. Kenapa saya bisa bilang mereka ibu-anak? Karena wajah mereka mirip :D Dan benarlah, saat sang anak melepas earphone dari telinganya dan bertanya sesuatu pada ibunya, sang ibu hanya berdeham dan menjawab sekenanya dengan tatapan lurus ke BeBek.
Pasangan kedua, duduk di serong kiri saya dan baru naik dari Stasiun Kebayoran. Baru naik, sang ibu langsung mengeluarkan BeBek bersarung putihnya dan si anak mengeluarkan NDS bersarung kuning miliknya. Dan keduanya tenggelam dalam keasyikan masing2. Sampai sang ibu istirahat dan bertanya sesuatu pada anaknya. Si anak sempat hanya menyahut,"Hah?" selama tiga kali dan sang ibu pun mengulang kata2nya sebanyak tiga kali dengan sabar. Habis itu, si anak malah menyahut begini kalo saya ngga salah dengar. "Yah, jadi mati kan, Bu." Lalu ia menjawab dengan sedikit kesal.
Ada satu lagi pasangan ibu-anak di serong kiri saya, lebih jauh dari pasangan kedua. Pasangan yang satu ini asyik mengobrol dan duduk berdua. Si anak cowo duduk manis di samping ibunya. Mereka terlihat 'hangat' dan akrab. Jadi iriii :((
Kesimpulan saya, teknologi membuat manusia menjadi autis. Dan kasih sayang yang seharusnya bisa tercurah langsung dan baik2, harus tersendat. Sebenarnya bukan sepenuhnya salah. Semua tergantung dari si manusia itu. Teknologi awalnya mendekatkan yang jauh, tapi kenapa sekarang menjadi menjauhkan yang dekat? Tapi semua tetap kembali ke masing2 manusia, harusnya mereka bisa membagi waktunya dan jika ada manusia lain disisinya, hendaknya simpan dulu teknologi-canggih-mahal-yang-belum-mampu-saya-beli-sendiri itu.
Saya sudah merasakannya sendiri. Bertemu dengan sahabat, melepas rindu siang tadi seperti hanya pergi ke toko kue untuk membeli kue lalu membayarnya. Singkat. Amat sangat singat. Awalnya semua baik2 saja, senenggg banget bisa ketemu lagi. Setelah habis bahan obrolan, dia asyik sama handphone dan telponan, sementara saya bingung, mati kutu mau ngapain. Sampai akhirnya dia memberi ide untuk pulang dan saya buru2 telpon pacar karena udah ngga betah juga. She's changed...
Saya tahu, beberapa waktu lalu ada masalah komunikasi dan lain2, tapi perubahan ini makin jauh rasanya. Saya tidak bisa mengimbangi kehidupannya yang makin berkelas, juga teman2nya yang berkelas itu. Dia adalah pekerja keras dan saya belum bisa bekerja keras. Saya salut dengannya. Saya suka semangatnya. Saya senang mendengar cerita2nya yang ekspresif dan menggebu2. Tapi entah kenapa, saya tidak suka jarak yang ada diantara kami. Maaf...
Di jaman yang makin maju ini, saya tadi sempat berikrar dalam hati. Kalau sampai nanti punya anak, baru akan saya belikan dan ijinkan memakai handphone saat SMA kelas 2 atau 3, seperti yang orang tua saya terapkan pada anak2nya. Boleh2 aja asyik sendiri dengan barang2 itu tapi kalau sedang pergi bersama orang lain yaa harusnya bisa dibatasi ke'asyik'an itu. Agar mereka bisa menghargai orang lain dengan baik. Agar mereka tahu fungsi utama barang2 elektronik canggih itu. Agar mereka selalu dekat dengan orang terdekat dan mendekatkan yang jauh disana. Dan biarlah kasih sayang elektronik itu berfungsi di waktu yang tepat :)
*cheers
Di perjalanan pulang di kereta tadi, miris melihat pemandangan di depan saya. Dua pasang ibu-anak duduk berdampingan tapi masing2 asik dengan handphone mereka. Tidak ada obrolan kecil atau tatapan bahkan mungkin sekedar lirikan satu sama lain. Mereka tenggelam dalam keasyikan masing2.
Pasangan pertama yang duduk di serong kanan saya, mereka sudah ada sejak saya duduk. Sang ibu terlihat serius dengan BeBek-nya sementara si anak asik dengan handphone ber-antena miliknya. Tidak ada interaksi yang berarti di antara mereka. Kenapa saya bisa bilang mereka ibu-anak? Karena wajah mereka mirip :D Dan benarlah, saat sang anak melepas earphone dari telinganya dan bertanya sesuatu pada ibunya, sang ibu hanya berdeham dan menjawab sekenanya dengan tatapan lurus ke BeBek.
Pasangan kedua, duduk di serong kiri saya dan baru naik dari Stasiun Kebayoran. Baru naik, sang ibu langsung mengeluarkan BeBek bersarung putihnya dan si anak mengeluarkan NDS bersarung kuning miliknya. Dan keduanya tenggelam dalam keasyikan masing2. Sampai sang ibu istirahat dan bertanya sesuatu pada anaknya. Si anak sempat hanya menyahut,"Hah?" selama tiga kali dan sang ibu pun mengulang kata2nya sebanyak tiga kali dengan sabar. Habis itu, si anak malah menyahut begini kalo saya ngga salah dengar. "Yah, jadi mati kan, Bu." Lalu ia menjawab dengan sedikit kesal.
Ada satu lagi pasangan ibu-anak di serong kiri saya, lebih jauh dari pasangan kedua. Pasangan yang satu ini asyik mengobrol dan duduk berdua. Si anak cowo duduk manis di samping ibunya. Mereka terlihat 'hangat' dan akrab. Jadi iriii :((
Kesimpulan saya, teknologi membuat manusia menjadi autis. Dan kasih sayang yang seharusnya bisa tercurah langsung dan baik2, harus tersendat. Sebenarnya bukan sepenuhnya salah. Semua tergantung dari si manusia itu. Teknologi awalnya mendekatkan yang jauh, tapi kenapa sekarang menjadi menjauhkan yang dekat? Tapi semua tetap kembali ke masing2 manusia, harusnya mereka bisa membagi waktunya dan jika ada manusia lain disisinya, hendaknya simpan dulu teknologi-canggih-mahal-yang-belum-mampu-saya-beli-sendiri itu.
Saya sudah merasakannya sendiri. Bertemu dengan sahabat, melepas rindu siang tadi seperti hanya pergi ke toko kue untuk membeli kue lalu membayarnya. Singkat. Amat sangat singat. Awalnya semua baik2 saja, senenggg banget bisa ketemu lagi. Setelah habis bahan obrolan, dia asyik sama handphone dan telponan, sementara saya bingung, mati kutu mau ngapain. Sampai akhirnya dia memberi ide untuk pulang dan saya buru2 telpon pacar karena udah ngga betah juga. She's changed...
Saya tahu, beberapa waktu lalu ada masalah komunikasi dan lain2, tapi perubahan ini makin jauh rasanya. Saya tidak bisa mengimbangi kehidupannya yang makin berkelas, juga teman2nya yang berkelas itu. Dia adalah pekerja keras dan saya belum bisa bekerja keras. Saya salut dengannya. Saya suka semangatnya. Saya senang mendengar cerita2nya yang ekspresif dan menggebu2. Tapi entah kenapa, saya tidak suka jarak yang ada diantara kami. Maaf...
Di jaman yang makin maju ini, saya tadi sempat berikrar dalam hati. Kalau sampai nanti punya anak, baru akan saya belikan dan ijinkan memakai handphone saat SMA kelas 2 atau 3, seperti yang orang tua saya terapkan pada anak2nya. Boleh2 aja asyik sendiri dengan barang2 itu tapi kalau sedang pergi bersama orang lain yaa harusnya bisa dibatasi ke'asyik'an itu. Agar mereka bisa menghargai orang lain dengan baik. Agar mereka tahu fungsi utama barang2 elektronik canggih itu. Agar mereka selalu dekat dengan orang terdekat dan mendekatkan yang jauh disana. Dan biarlah kasih sayang elektronik itu berfungsi di waktu yang tepat :)
*cheers
♥
Wooow, hampir dimana-mana semua orang lagi jatuh cinta. Pujian, sanjungan, ucapan baik, semuaaa yang romantis-romantis lagi mengisi sekeliling saya, tanpa saya sadari, keadaan saya tidak jauh beda dari mereka. Jauh di dalam, saya pun seperti mereka.
Diawali dari melihat teman kuliah yang dijemput pacarnya di kampus. Saya yang baru aja keluar dari toilet sepulang kuliah jam 5 merasa agak sirik. Duileee, ada2 aja dah. Soalnya mereka terlihat bahagia banget! Rona wajah mereka bener2 cerah, senyum selalu mengembang di wajah keduanya dan setelah mengobrol singkat, saya pergi ke kos pacar untuk makan malam bersama. Seperti biasa, kami mengobrol ini-itu sampai akhirnya terdiam dan saya asal nyeplos, inget kejadian jam 5 di lantai 8.
Saya : Masa tadi si melati (bukan nama sebenarnya) dijemput pacarnya. (dengan nada nyindir bin cemburu)
Pacar : Lah, tiap hari pagi sama pulang kuliah itu aku ngapain? (dengan nada santai tanpa melirik sedikitpun)
DEG! Iya juga yaaa. Harusnya saya bisa lebih sombong. Bayangin aja, tiap pagi dijemput sebelum kuliah di stasiun Palmerah. Pulang kuliah juga dianterin, kadang dan lebih sering ditungguin sampe keretanya bener2 ilang dari penglihatan dia. Ckckck, bener2 payah saya jadi pacar -.-"
Dilanjutkan dengan iri melihat tweet teman2 yang selalu pamer seolah emang cuma mereka yang abis makan bareng sama jalan2 berduaan. Ya abis gimanaa yaaa, tweetnya itu loooh, bikin iri banget, sumpah! Tapi saya kemudian tersadar di tengah obrolan kecil bersama adik tercinta. Heran, kenapa saya harus iri? Dalam seminggu, hampir lima hari kita bisa sarapan atau makan sore bersama. Harusnya saya bisa pamer juga.
Sayangnya, saya bukan tipe orang begitu. Biarlah apa yang saya, kita, dan mungkin kamu rasakan jadi rahasia kita bertiga saja. Aku, kamu, dan Tuhan :)
Dan entah kenapa, saya selalu malu2 untuk mengungkapkan perasaan saya, terutama perasaan sayang dan cintaaa aaahhh asiiikk dahhhh :D Ke orang tua, ke adik, ke saudara, bahkan ke pacar -.-" Mungkin karena saya orangnya pemalu awww (oyee !) atau karena saya malu2in ? Yahh yang pasti sih, barusan, sekitar pukul 09:25 pacar nelpon dan di tengah obrolan dia ungkapin perasaannya. Sementara saya, tersipu malu ga jelas nun jauh disini dan rasanya kata2 yang mau saya ucapkan padanya nyangkut di tenggorokan. Ga jadi deh ngomong,"Aku sayang kamu." Kasian bener yang jadi pacar saya ahahahhaha :P
Ga nyangka kita udah melangkah cukup lama tapi belum lama. Ibaratnya, kalau anak bayi, di usia segini dia baru bisa ngomong sepatah2 sama belajar jatuh-bangun. Dan seperti para bayi itu juga, mereka tidak pernah menyerah untuk bisa lancar berjalan hingga bisa berlari, mereka tidak pernah menyerah untuk bisa berbicara lancar sampai akhirnya bisa berpidato dan mengucapkan kata2 indah untuk orang2 tersayang. Aku harap kita bisa seperti mereka. Tidak pernah menyerah menjalani kehidupan kecil ini untuk bisa menjadi besar nantinya, amiiin.
Diawali dari melihat teman kuliah yang dijemput pacarnya di kampus. Saya yang baru aja keluar dari toilet sepulang kuliah jam 5 merasa agak sirik. Duileee, ada2 aja dah. Soalnya mereka terlihat bahagia banget! Rona wajah mereka bener2 cerah, senyum selalu mengembang di wajah keduanya dan setelah mengobrol singkat, saya pergi ke kos pacar untuk makan malam bersama. Seperti biasa, kami mengobrol ini-itu sampai akhirnya terdiam dan saya asal nyeplos, inget kejadian jam 5 di lantai 8.
Saya : Masa tadi si melati (bukan nama sebenarnya) dijemput pacarnya. (dengan nada nyindir bin cemburu)
Pacar : Lah, tiap hari pagi sama pulang kuliah itu aku ngapain? (dengan nada santai tanpa melirik sedikitpun)
DEG! Iya juga yaaa. Harusnya saya bisa lebih sombong. Bayangin aja, tiap pagi dijemput sebelum kuliah di stasiun Palmerah. Pulang kuliah juga dianterin, kadang dan lebih sering ditungguin sampe keretanya bener2 ilang dari penglihatan dia. Ckckck, bener2 payah saya jadi pacar -.-"
Dilanjutkan dengan iri melihat tweet teman2 yang selalu pamer seolah emang cuma mereka yang abis makan bareng sama jalan2 berduaan. Ya abis gimanaa yaaa, tweetnya itu loooh, bikin iri banget, sumpah! Tapi saya kemudian tersadar di tengah obrolan kecil bersama adik tercinta. Heran, kenapa saya harus iri? Dalam seminggu, hampir lima hari kita bisa sarapan atau makan sore bersama. Harusnya saya bisa pamer juga.
Sayangnya, saya bukan tipe orang begitu. Biarlah apa yang saya, kita, dan mungkin kamu rasakan jadi rahasia kita bertiga saja. Aku, kamu, dan Tuhan :)
Dan entah kenapa, saya selalu malu2 untuk mengungkapkan perasaan saya, terutama perasaan sayang dan cintaaa aaahhh asiiikk dahhhh :D Ke orang tua, ke adik, ke saudara, bahkan ke pacar -.-" Mungkin karena saya orangnya pemalu awww (oyee !) atau karena saya malu2in ? Yahh yang pasti sih, barusan, sekitar pukul 09:25 pacar nelpon dan di tengah obrolan dia ungkapin perasaannya. Sementara saya, tersipu malu ga jelas nun jauh disini dan rasanya kata2 yang mau saya ucapkan padanya nyangkut di tenggorokan. Ga jadi deh ngomong,"Aku sayang kamu." Kasian bener yang jadi pacar saya ahahahhaha :P
Ga nyangka kita udah melangkah cukup lama tapi belum lama. Ibaratnya, kalau anak bayi, di usia segini dia baru bisa ngomong sepatah2 sama belajar jatuh-bangun. Dan seperti para bayi itu juga, mereka tidak pernah menyerah untuk bisa lancar berjalan hingga bisa berlari, mereka tidak pernah menyerah untuk bisa berbicara lancar sampai akhirnya bisa berpidato dan mengucapkan kata2 indah untuk orang2 tersayang. Aku harap kita bisa seperti mereka. Tidak pernah menyerah menjalani kehidupan kecil ini untuk bisa menjadi besar nantinya, amiiin.
14.10.10
oh, boys ...
"PESAN SEORANG AYAH KEPADA ANAK LELAKI:
Kau harus berani mengatakan "tidak" untuk yang salah dan "ya" untuk yang benar. Kau harus melindungi martabat rumahmu dengan menjaga saudara-saudara perempuanmu dan ibumu. Kau harus berani melindungi yang tertindas. Dan jika kau berkeluarga nanti, kau sudah mati sebagai lelaki, tapi kau berganti menjadi suami dan ayah. Kau harus selalu pulang ke rumah dan mengabdi kepada istri dan anak-anakmu. Kau harus bekerja dan menafkahi mereka. Kau harus jadi ayah dan suami yang bisa menjaga kehormatan mereka."
— Gola Gong (Aku Anak Matahari)
Sudah cukup banyak perempuan, wanita, istri, ibu yang disakiti olehmu. Kami bukan mainan yang bisa kau mainkan saat kau ingin saja dan kau simpan di lemari saat kau bosan. Jika kau ingin atau mungkin terbesit niat untuk menyakiti perempuanmu atau mungkin tidak sengaja sudah terjadi, ingatlah ibumu yang telah melahirkanmu, perjuangannya dan cintanya. Ibumu adalah seorang perempuan *pastinya* dan hanya orang tak berakal dan tuna asmara yang akan membiarkan ibunya disakiti. Cobalah untuk selalu menjadi imam yang baik bagi perempuanmu, baik kalian sedang pacaran atau sudah menikah.
Kata2 yang berbunyi,'lebih baik selingkuh atau main2 sekarang, sebelum menikah, daripada setelah menikah malah berkelakuan buruk' menurut saya terlalu mengada-ada dan bodoh. Masa pacaran adalah masa untuk kita melatih diri agar lebih mantap saat menikah nanti. Kalau di masa pacaran aja udah begitu, gimana nikah. Memang ada waktunya manusia bertobat, tapi masa harus nunggu sampe tobat dulu? Cobalah untuk menjadi anak laki-laki, pacar, kakak laki-laki, suami, dan imam yang baik untuk perempuanmu ...
Kau harus berani mengatakan "tidak" untuk yang salah dan "ya" untuk yang benar. Kau harus melindungi martabat rumahmu dengan menjaga saudara-saudara perempuanmu dan ibumu. Kau harus berani melindungi yang tertindas. Dan jika kau berkeluarga nanti, kau sudah mati sebagai lelaki, tapi kau berganti menjadi suami dan ayah. Kau harus selalu pulang ke rumah dan mengabdi kepada istri dan anak-anakmu. Kau harus bekerja dan menafkahi mereka. Kau harus jadi ayah dan suami yang bisa menjaga kehormatan mereka."
— Gola Gong (Aku Anak Matahari)
Sudah cukup banyak perempuan, wanita, istri, ibu yang disakiti olehmu. Kami bukan mainan yang bisa kau mainkan saat kau ingin saja dan kau simpan di lemari saat kau bosan. Jika kau ingin atau mungkin terbesit niat untuk menyakiti perempuanmu atau mungkin tidak sengaja sudah terjadi, ingatlah ibumu yang telah melahirkanmu, perjuangannya dan cintanya. Ibumu adalah seorang perempuan *pastinya* dan hanya orang tak berakal dan tuna asmara yang akan membiarkan ibunya disakiti. Cobalah untuk selalu menjadi imam yang baik bagi perempuanmu, baik kalian sedang pacaran atau sudah menikah.
Kata2 yang berbunyi,'lebih baik selingkuh atau main2 sekarang, sebelum menikah, daripada setelah menikah malah berkelakuan buruk' menurut saya terlalu mengada-ada dan bodoh. Masa pacaran adalah masa untuk kita melatih diri agar lebih mantap saat menikah nanti. Kalau di masa pacaran aja udah begitu, gimana nikah. Memang ada waktunya manusia bertobat, tapi masa harus nunggu sampe tobat dulu? Cobalah untuk menjadi anak laki-laki, pacar, kakak laki-laki, suami, dan imam yang baik untuk perempuanmu ...
4.10.10
kita di antara mereka ...
Banyak yang sedang berbahagia, banyak juga yang sedang bersedih. Itu bagian dari kehidupan. Dan alhamdulillahnya saya sedang berbahagia. :)
Mereka yang sedang dimabuk cinta, rasanya iri tiap melihat twitt di timeline, kata2 yang mereka rangkai seolah begitu bernyawa dan ingin menunjukkan kalau mereka sedang jatuh cinta. Mereka saling adu gombal, balas-balasan kata2 romantis bin manis, dan pamer foto2 mereka yang terlihat 'wuah, mereka cocok banget' sehingga membuat kita secara tidak langsung berdoa untuk kelanggengan mereka. Dan abis 'iri-iri-an' melihat timeline di twitter, saya baru sadar, kalau saya punya pacar :P
Beberapa di antara mereka ada yang perempuannya lebih romantis, ada yang lelakinya terlalu romantis, ada juga yang biasa aja, ada yang sampe nyebut pacarnya 'my lady', ada yang selalu manggil pasangannya 'sayang', ada yang begini dan pasti ada yang begitu. Look! They are so in love.
Kadang rasa penasaran tentang pacar teman begitu besar sampai rela melihat profil dan membaca isi twitt mereka sampai ke foto2 mereka dan menyadari beberapa hal dari para lelaki itu. Beberapa di antara mereka mengumbar rasa cintanya sewajar mungkin. Ada juga sebagian besar yang mengumbarnya dengan kata2 romantis bikin mabok tapi ada juga yang jadi bikin saya, sebagai perempuan, jadi bertanya2. Di balik kata2 yang mereka tulis itu, apakah hati mereka sesuai dan setulus kata-kata yang mereka ucapkan? Men are like children, i think. Kadang mereka terlalu mudah mengumbar janji lalu melupakannya sampai akhirnya teringat kembali setelah melakukan kesalahan lalu mendapatkan akibatnya.
Mereka terlalu mudah mengumbar janji dan kata2 manis yang terlalu manis, bahkan saat kita tidak memintanya berjanji atau menggombal.
Tapi bukan ini yang ingin saya bahas. Di balik para lelaki di twitter dan gombalan mereka, saya punya dia, aku punya kamu. Walau belum seutuhnya dan tidak mungkin, karena kamu milik Tuhan seutuhnya :) Ibarat rumah, aku mau membelinya agar bisa berteduh di dalamnya selamanya dan membuatnya menjadi indah, bukan hanya sekedar mengontrak lalu harus mau di depak jika masa kontrakan sudah habis. Honestly, I want you to be my last :)
Kadang kalo berharap dan mengkhayal sendiri, saya jadi berpikir, apakah dia juga merasakan hal yang sama, seenggaknya pernah berharap atau sekedar berkhayal tentang kami di masa depan, akankah tetap begini, semakin baik dan terus bersama, atau malah entah bagaimana.
Di balik rasa iri saya terhadap teman2 saya yang seolah-seolah dunia sedang milik mereka dengan pasangannya saja, saya, aku bersyukur masih bersama kamu sampai detik ini. Waktu kadang terasa lambat saat kita sedang bermasalah dan kadang terasa cepat saat kita sedang berbahagia. Sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik, itu seperti sudah menjadi hukum alam. Dan menengok ke mereka yang sedang patah hati, pastinya akan terasa menyakitkan saat kenyataan tak sesuai dengan harapan.
Tapi yang pasti, selama berharap ga dipasangin tarif Rp 10.000,00/harapan, aku ingin kita selalu bersama dalam setiap sedih, tangis, susah, tawa, bahagia, dalam setiap keadaan dan kondisi tak terkecuali. Karena kamu sahabat dan cintaku ... karena saat cinta gugur, sahabat akan terus ada dan hidup di dalam. Apabila diijinkan, aku ingin keduanya selalu hidup berdampingan di dalammu, di antara kita, di dalam kita.
Mereka yang sedang dimabuk cinta, rasanya iri tiap melihat twitt di timeline, kata2 yang mereka rangkai seolah begitu bernyawa dan ingin menunjukkan kalau mereka sedang jatuh cinta. Mereka saling adu gombal, balas-balasan kata2 romantis bin manis, dan pamer foto2 mereka yang terlihat 'wuah, mereka cocok banget' sehingga membuat kita secara tidak langsung berdoa untuk kelanggengan mereka. Dan abis 'iri-iri-an' melihat timeline di twitter, saya baru sadar, kalau saya punya pacar :P
Beberapa di antara mereka ada yang perempuannya lebih romantis, ada yang lelakinya terlalu romantis, ada juga yang biasa aja, ada yang sampe nyebut pacarnya 'my lady', ada yang selalu manggil pasangannya 'sayang', ada yang begini dan pasti ada yang begitu. Look! They are so in love.
Kadang rasa penasaran tentang pacar teman begitu besar sampai rela melihat profil dan membaca isi twitt mereka sampai ke foto2 mereka dan menyadari beberapa hal dari para lelaki itu. Beberapa di antara mereka mengumbar rasa cintanya sewajar mungkin. Ada juga sebagian besar yang mengumbarnya dengan kata2 romantis bikin mabok tapi ada juga yang jadi bikin saya, sebagai perempuan, jadi bertanya2. Di balik kata2 yang mereka tulis itu, apakah hati mereka sesuai dan setulus kata-kata yang mereka ucapkan? Men are like children, i think. Kadang mereka terlalu mudah mengumbar janji lalu melupakannya sampai akhirnya teringat kembali setelah melakukan kesalahan lalu mendapatkan akibatnya.
Mereka terlalu mudah mengumbar janji dan kata2 manis yang terlalu manis, bahkan saat kita tidak memintanya berjanji atau menggombal.
Tapi bukan ini yang ingin saya bahas. Di balik para lelaki di twitter dan gombalan mereka, saya punya dia, aku punya kamu. Walau belum seutuhnya dan tidak mungkin, karena kamu milik Tuhan seutuhnya :) Ibarat rumah, aku mau membelinya agar bisa berteduh di dalamnya selamanya dan membuatnya menjadi indah, bukan hanya sekedar mengontrak lalu harus mau di depak jika masa kontrakan sudah habis. Honestly, I want you to be my last :)
Kadang kalo berharap dan mengkhayal sendiri, saya jadi berpikir, apakah dia juga merasakan hal yang sama, seenggaknya pernah berharap atau sekedar berkhayal tentang kami di masa depan, akankah tetap begini, semakin baik dan terus bersama, atau malah entah bagaimana.
Di balik rasa iri saya terhadap teman2 saya yang seolah-seolah dunia sedang milik mereka dengan pasangannya saja, saya, aku bersyukur masih bersama kamu sampai detik ini. Waktu kadang terasa lambat saat kita sedang bermasalah dan kadang terasa cepat saat kita sedang berbahagia. Sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik, itu seperti sudah menjadi hukum alam. Dan menengok ke mereka yang sedang patah hati, pastinya akan terasa menyakitkan saat kenyataan tak sesuai dengan harapan.
Tapi yang pasti, selama berharap ga dipasangin tarif Rp 10.000,00/harapan, aku ingin kita selalu bersama dalam setiap sedih, tangis, susah, tawa, bahagia, dalam setiap keadaan dan kondisi tak terkecuali. Karena kamu sahabat dan cintaku ... karena saat cinta gugur, sahabat akan terus ada dan hidup di dalam. Apabila diijinkan, aku ingin keduanya selalu hidup berdampingan di dalammu, di antara kita, di dalam kita.
Langganan:
Postingan (Atom)