25.5.10

pemberian kehidupan malam...

weits, ngomongin kehidupan malam pasti konotasinya langsung menjurus kemana2. Kehidupan malam yang saya maksud adalah kehidupan malam yang sering menjadi pemandangan perjalanan pulang saya kalau pulang malam menggunakan KRL ekonomi tujuan Serpong.

Sebenarnya, bukan kisah menarik atau cerita yang 'wuah' gimanaaa gitu. Hanya saja, rasanya saya malu kalau melihat senyum mereka tadi di kereta.

Di tengah rasa kantuk yang agak berat, rasa bete, pusing, mual, pokoknya rasa bete yang bete banget, saya diberikan sebuah pemandangan sederhana, yg kecil, tapi menyentuh hati kecil ini.

Dua orang gadis cilik sekitar kelas empat atau lima SD tiba2 lewat belakang saya dengan ceria sambil membawa sebuah gitar kecil atau mungkin okulele (saya ga tau perbedaannya :D hehee ). Mereka sempat mampir menghampiri seorang bapak tua, yang juga penumpang, untuk mencium punggung tangan kanan sang bapak alias salim lalu mereka berlalu menuju gerbong kereta di belakang dengan ceria. Awalnya saya bertanya-tanya di tengah adegan yang tampak menyenangkan itu, mereka kenal dimana ya? atau mungkin, bapak itu adalah guru mereka? Siapapun sang bapak, yang pasti beliau orang baik, sampai anak kecil saja bersikap sopan dan terlihat senang saat berjumpa sang bapak.

Sementara itu pedagang lain lalu-lalang, masih mencari nafkah di malam yang sudah larut begini. Tak peduli jarum jam menunjuk angka sembilan lebih beberapa menit, yang mereka tau mungkin adalah cara untuk bisa menjual habis dagangan mereka dan pulang dengan uang cukup untuk setoran dan kebutuhan. Berselang beberapa menit, saya yang sudah mulai benar-benar mengantuk, terbangun sedikit oleh suara genjrengan gitar kecil gadis cilik tadi dan suara bening mereka menyanyikan lagu Armada, yang saya ga tau judulnya :D

Sesekali mereka terlihat tertawa bersama sambil bernyanyi, sesekali juga mereka asyik dengan lagu yang mereka nyanyikan walau saya yakin betul kalau mereka belum paham arti atau maksud lagu yang mereka bawakan itu. Saat lagu sudah hampir selesai dinyanyikan, gadis yang satunya lagi berjalan ke ujung gerbong yg saya singgahi untuk menerima pemberian dari penumpang yang baik hati atau merasa kasihan pada mereka. Sulit membedakannya, apalagi menyangkut isi hati orang. Dan saya memang tidak memberi sepeser pun (berarti saya bukan orang baik dong :D hehehee). Sang bapak tua memberi mereka selembar uang, entah berapa, yang pasti saat mereka menghampiri bapak itu, mereka bertiga saling menatap dan tersenyum juga tertawa kecil, seperti ada dialog tanpa kata2 diantara mereka dan itu hanya mereka yang tau.
Kemudian mereka berlari-lari kecil menuju gerbong lain lagi di belakang. Dan disinilah saya tersadar. Bayangkan! Jam tangan saya sudah menunjuk angka 9 lebih tiga menit, waktu yang sudah bisa dibilang larut untuk seorang anak kecil, anak SD seperti mereka. Jaman saya kecil mah, jam segini saya sedang mengerjakan PR atau belajar sambil ditunggui papa, atau mungkin menonton TV bersama keluarga. Tapi mereka, masih harus mencari lembaran rupiah, kepingan logam rupiah, demi membantu orang tuanya mencukupi kebutuhan sehari2. Padahal, mungkin saja mereka paginya harus sekolah, membantu ibunya memasak, atau kalau mereka memiliki adik kecil, mereka harus membantu mengasuh adik mereka, belum lagi mengerjakan PR, belum kalau ada ulangan esoknya. Sungguh naas apa yang saya rasakan tadi. Rasanya ciuuuttt kalau dibandingkan dengan mereka. Yang bikin saya tambah ciut, senyum itu tidak lepas dari wajah mereka yang lucu dan lugu. Walau penampilan mereka tidak terlalu compang camping dan termasuk terurus, tapi tetap saja, mereka adalah pengamen cilik, bahasa halusnya, seniman cilik jalanan.

Saat sampai di stasiun Sudimara, alhamdulillah saya mendapat tempat duduk. Ternyata mereka kembali lagi menghampiri bapak tua itu dan duduk di samping beliau. Mereka mengobrol sedikit2 dan kadang tertawa kecil. Kedua anak kecil itu juga kadang berbisik dan asyik mengobrol. Walau kelihatannya lelah, bapak tua yang baru pulang kerja itu terlihat menikmati waktunya bersama mereka, seperti kakek yang sedang mengasuh cucunya (bahasa jawanya ngemong kali yaa :D). Saya jadi ingat mimpi saya tadi pagi, jadi kangen sama kakek :')

Yahhh.. hanya sekilas cerita kecil yang merubah malam saya. Selama ini, akhir2 ini, hari ini saya terlalu berlebihan merasakan dan menanggapi hal2 yang terjadi di sekitar saya. Ke-bete-an ini juga hal yang berlebihan. Padahal tidak ada yang salah, hanya mood, dan kesalahannya ada pada saya yang menuruti mood. Padahal semua adalah perintah otak, pengendali tubuh ini. Mereka saja bisa tersenyum, kenapa saya tidak. Padahal kalau bisa mengeluh, mungkin mereka bakalan ngeluh capek, tapi nyatanya mereka asik2 aja. Seperti lagu alm. MJ berjudul Smile :'), I love that song soo muuuccchh :) dan sebuah lagu yang jadi soundtrack cerita ramadhan jaman saya SMP/SMA, judulnya kalau ga salah Keluarga Senyum. Akhir2 ini sering saya senandungkan :D

Senyum.. senyum.. senyumlah, senyumlah slalu setiap saat, buat orang bahagia
ramah, jangan judes atau galak
cobalah tuk slalu tersenyum
murah ongkosnya, tak perlu keluar isi dompetmu
karena senyum itu indah
indah itu, bersih hatinyaaa ..


Saya lupa lanjutannya sedikit, dan kayaknya ada yang salah hehehe.. maaf kalo ada yang salah, udah lama sih :D

jadiiiii, tersenyumlah !

cheers :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar